"Dewa Penghancur"
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zhi Hao, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi korban penghinaan dan pelecehan. Hidup di pinggiran masyarakat, Zhi Hao dianggap rendah—baik oleh keluarganya sendiri, lingkungan, maupun rekan-rekan sejawat. Setiap harinya, ia menanggung perlakuan kasar dan direndahkan hingga tubuh dan jiwanya lelah. Semua impian dan harga dirinya hancur, meninggalkan kehampaan mendalam.
Namun, dalam keputusasaan itu, lahir tekad baru. Bukan lagi untuk bertahan atau mencari penerimaan, melainkan untuk membalas dendam dan menghancurkan siapa saja yang pernah merendahkannya. Zhi Hao bertekad meninggalkan semua ketidakberdayaannya dan bersumpah: ia tak akan lagi menjadi orang terhina. Dalam pencarian kekuatan ini, ia menemukan cara untuk mengubah dirinya—tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam jiwa dan sikap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Rencana Pemberontakan
“Apa yang kamu katakan tampaknya benar, Keponakan.” ujar Xiao Ming. Ia menatap Xiao Bai yang kini duduk hadapannya. Wajahnya, yang biasanya dipenuhi senyum ramah, kini tampak serius, dipenuhi garis-garis kerutan yang seakan menorehkan beban berat yang dipikulnya.
“Kita harus membuat rencana baru, Paman.” ujar Xiao Bai. Matanya, yang biasanya berbinar ceria, kini memancarkan tekad yang kuat. Ia telah melihat sendiri kekejaman Zhi Sao, pemimpin Klan Xiao yang telah merebut tahta Patriark dengan cara yang kejam.
“Kamu tenanglah. Aku sudah menghubungi seseorang yang ada di Klan Xiao. Ikut aku untuk menemuinya.” kata Xiao Ming. Ia bangkit dari duduknya, tubuhnya yang kekar tampak tegap meskipun usia telah menua.
Xiao Bai bertanya-tanya soal itu dalam benaknya, tapi ia tidak mengungkapkan. Hanya mengikuti kemana Xiao Ming akan membawanya. Ia percaya pada Pamannya, satu-satunya keluarga yang tersisa setelah tragedi yang merenggut orang tuanya.
Mereka berjalan di sepanjang jalan setapak yang membelah hutan bambu. Angin berdesir lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru saja diguyur hujan. Xiao Bai merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya, bukan karena cuaca, melainkan karena beban tanggung jawab yang semakin berat. Ia tahu, pertemuan ini akan menentukan nasib Klan Xiao dan masa depannya sendiri.
Rumah Makan Karindangan. Sebuah bangunan tua dengan ukiran kayu yang rumit, berdiri megah di tengah rimbunnya pepohonan. Aroma rempah-rempah dan daging panggang tercium samar, menggugah selera.
Di sebuah Ruang Pribadi, yang dihiasi dengan lukisan naga yang gagah, mereka bertemu dengan Zhi Renxiao, seorang pria paruh baya dengan aura kepemimpinan yang kuat.
“Apakah kamu sudah lama menunggu?” tanya Zhi Renxiao yang baru datang.
Xiao Bai terkejut melihat orang ini. Ia pernah mendengar cerita tentang Zhi Renxiao, seorang ahli bela diri yang disegani di Klan Zhi. Namun, ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pria ini secara langsung.
Xiao Ming berkata, “Aku baru juga sampai. Makan pun belum sempat, lihatlah.” Ia menunjuk ada banyak makanan di meja yang belum tersentuh sama sekali.
Zhi Renxiao duduk di kursi yang ada dan menyantap makanan tersedia sambil bicara. “Sebelumnya dalam surat sudah aku katakan, bagaimana tanggapanmu?”
“Aku menyukai Rencananya. Tapi apa yang akan aku dapatkan kalau menyetujui rencana itu?” ujar Xiao Bai. Ia tidak mau terjebak dalam permainan politik yang rumit. Ia ingin tahu apa yang akan didapatnya jika ia membantu Zhi Renxiao merebut tahta Patriark Klan Zhi.
Zhi Renxiao tersenyum tipis, matanya berbinar-binar. “Kamu akan mendapatkan apa yang pantas kamu dapatkan, Patriark Xiao. Kekuatan, kekayaan, dan pengakuan. Tapi yang terpenting, kamu akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi satu-satunya Klan terkuat nomor satu di Kota Linggau ini.”
Xiao Ming terdiam. Kata-kata Zhi Renxiao begitu menggugah. “Aku akan memikirkan tawaranmu.” Kata Xiao Ming akhirnya.
"Bukankah kamu selama ini ingin Klan mu menjadi Klan Nomor satu di Kota Linggau ini?" tanya Zhi Renxiao. Suaranya tenang, namun di balik ketenangan itu tersirat ancaman yang terselubung.
"Memang benar, tapi selama ini Klan Xiao memang sudah menjadi Nomor satu, jadi tawaranmu itu seperti angin saja." kata Xiao Ming. Ia berusaha bersikap tenang, namun di balik kata-katanya tersirat kekhawatiran. Ia tahu, Zhi Renxiao tidak akan menawarkan kerjasama ini tanpa alasan yang kuat.
"Kamu tidak tahu dengan benar. Sekarang Zhi Hao sudah menjadi Ahli Waris Teknik Pedang Kilat. Dia juga sudah mencapai Ranah Bumi. Dengan kekuatan seorang pemuda seperti itu, apakah mungkin Klanmu akan bertahan selamanya menjadi Nomor satu? Hanya menghitung hari sebelum kekalahan. Maka dari itu aku menawarimu kerjasama ini."
Mendengar pemaparan tersebut membuat Xiao Ming berpikir. "Jadi dia telah mencapai tahap itu. Sungguh di usianya yang begitu muda melampaui batas. Aku masih tidak percaya." kata Xiao Ming. Ia tercengang mendengar kabar tersebut. Zhi Hao, putra pertama Zhi Sao, selama ini dianggap sebagai anak yang lemah dan tidak berbakat. Namun, ternyata ia telah mencapai Ranah Bumi dalam usia yang sangat muda.
"Aku adalah jaminan dari ucapanku sendiri. Untuk apa berdusta?" kata Zhi Renxiao. "Selama ini Zhi Sao menyembunyikan kekuatan Zhi Hao dan membiarkan orang lain menganggap Putra pertamanya itu sampah agar suatu saat ketika ia sudah siap dengan segalanya, tidak akan ada yang bisa menghentikan ambisinya. Aku sendiri terkejut saat itu. Kalau kamu tidak mengirim Xiao Long, itu tidak akan terungkap." ujarnya.
Xiao Ming terdiam. Ia menyadari bahwa bahaya yang dihadapi Klan Xiao jauh lebih besar dari yang ia perkirakan. Zhi Hao, yang selama ini dianggap lemah, ternyata adalah ancaman yang sangat besar.
"Bagaimana jika kita menolak tawaran mu?" tanya Xiao Ming. Ia ingin tahu apa yang akan terjadi jika ia menolak kerjasama dengan Zhi Renxiao.
"Jika kalian menolak, maka kalian akan menjadi korban dari ambisi Zhi Sao. Ia akan menghancurkan Klan Xiao dan menguasai Kota Linggau.." Jawab Zhi Renxiao dengan tegas.
"Aku harap kamu berpikir cepat. Aku akan memulai rencana itu malam ini. Aku sudah menyelidiki bahwa Zhi Hao tidak ada di Klan. Entah kemana dia pergi dan ini merupakan kesempatan untuk mengalahkan Zhi Sao. Bahkan kalau kamu tidak datang, itu tidak akan mengubah rencanaku. Aku hanya meminjam tanganmu untuk membantuku menghadapi Zhi Hao nantinya. Itu saja. Terima kasih atas makanan ini." ujar Renxiao, dia pun mengelap mulutnya, lalu pergi meninggalkan Ruang Pribadi itu.
Xiao Bai langsung berkata setelah Zhi Renxiao pergi. "Paman, apakah kamu percaya dengan ucapannya? Aku merasa dia hanya berdusta dan ingin menjebak Klan Xiao dalam pusaran kehancuran."
"Jika kita membantu dan ternyata itu adalah jebakan. Kita akan hancur, tapi sebaliknya. Kita tidak membantu dan Zhi Hao mengincar Klan kita saat ia menjadi lebih kuat dari ini. Apa yang bisa kita lakukan?" Xiao Ming berpikir.
"Bukankah kita memiliki Ahli Ranah Bumi tahap ketiga dan keempat di Klan Xiao."
"Menggunakan mereka hanya bisa di saat kritis Klan. Para Orang Tua itu tidak akan ikut campur urusan hanya ketika kita sudah di ambang kehancuran." jawab Xiao Ming. "Namun kalau Zhi Hao ini hanya berada di Ranah Bumi tahap pertama, aku yakin, aku bisa mengalahkannya. Ini pertaruhan yang pantas dilakukan. Saatnya memperluas dan mematikan Klan Zhi."
"Kita tidak bisa bekerja sama dengannya Paman. Jadi, kita hanya harus berpura-pura saja..." Xiao Bai terdiam, ia masih ragu dengan keputusan Pamannya.
"Ya, kita akan berpura-pura setuju dengan Renxiao. Kita akan ikut dalam rencananya, tapi kita akan tetap waspada. Kita akan menggunakan kesempatan ini untuk mempelajari kekuatan Zhi Hao dan mencari kesempatan untuk mengalahkannya." Kata Xiao Ming. Ia menatap Xiao Bai dengan tatapan yang penuh tekad.
"Tapi bagaimana jika Renxiao benar-benar ingin mengkhianati kita?" Tanya Xiao Bai.