Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gunung Riddle : Desa Stone Hill
Di pagi hari yang cerah setelah badai yang terjadi kemarin, kami berkemas dan melanjutkan perjalanan kami melewati gunung Riddle, dalam perjalanan itu kami menemukan banyak burung-burung berleher panjang memakan hewan-hewan yang mati akibat tertimpa reruntuhan batu.
"Lihat ada seekor domba gunung tertimpa batu besar, ia masih hidup!" Seru ku. Lalu aku berjalan menghampiri domba tersebut yang sudah tidak memiliki tenaga untuk bertahan hidup.
"Apa yang ingin kau lakukan Ali?" Tanya Alaina, ketika melihatku mengeluarkan pedang untuk menyembelih domba tersebut.
"Aku ingin membunuhnya, untuk melepaskan penderitaannya, ia tidak mungkin bisa hidup meski kita selamatkan. Lalu aku mengambil sebagian dagingnya untuk di makan, kan lumayan dari pada ia menjadi bangkai." Ujar ku, sambil menyembelih domba tersebut.
"Menurutku itu hanya akal-akalan mu yang ingin memakan domba gunung itu." Celoteh Reno.
"Hehe.. ya kurang lebih seperti itu." Saut ku.
"Hmm.. tapi tidak apa-apa, aku juga ingin merasakannya." Ucap Alaina.
Setelah selesai mengambil sebagian daging domba, Kami pun kembali melanjutkan perjalanan melewati gunung Riddle. Selang beberapa waktu kemudian, dari tebing kami melihat kepulan asap dari kejauhan, ternyata itu berasal dari desa Stone Hill yang berada di kaki gunung, yang jaraknya masih cukup jauh untuk kami tempuh.
Karena cuaca yang sangat buruk, kami menghabiskan satu hari lebih lama untuk sampai di desa Stone Hill. Setibanya disana kami terpana akan penampakan desa yang carut marut tertimbun longsoran tanah dan bebatuan. Terlihat juga malang para penduduk yang masih menangis histeris karena anggota keluarganya yang belum di temukan. Melihat itu kami pun langsung mengikat kuda-kuda kami pada sebuah pohon, lalu menghampiri salah satu warga yang sedang duduk melamun, untuk menawarkan bantuan.
"Permisi, Ibu." Ucap Kami.
"..... " wanita tua itu diam acuh tidak menjawab salam dari kami, lalu kami mengalaminya untuk yang kedua kali, namun ibu itu tetap diam tidak berbicara sepatah kata pun, ia hanya melirik kearah kami lalu membuang muka. entah apa yang salah dengan cara kami menyapa sehingga ibu itu acuh begitu saja dengan wajah sinis nya, kami pun pergi meninggalkan ibu-ibu itu, menuju seorang anak kecil yang sedari tadi memandangi kami.
"Dek.." Anak kecil itu melangkah menjauh saat kita mendekati.
"Sepertinya dia takut." Ucap Alaina.
"Mengapa harus takut, kita kan bukan hantu." Celetuk Reno pelan.
"Hust.. kalian tetap disini, aku yang akan menghampirinya." Ucap Alaina. lalu ia berjalan kearah anak laki-laki tersebut. Saat di hampiri hanya oleh Alaina, anak kecil itu tidak menghindar, dan keduanya pun mengobrol.
"Sepertinya anak, kecil itu takut kepadamu guru." Celoteh ku kepada Reno.
"Hah, apa kau bilang?" Saut Reno.
"Tuh kan, nyeremin." Celoteh ku lagi.
"Hih!" Cetus Reno sambil memukul ku.
Dari kejauhan Alaina melambaikan tangannya kepada kami, tanda untuk kami segera mendekati nya. Sepertinya ia berhasil membujuk anak kecil tersebut. Namun tetap saja masih ada rasa takut di wajahnya saat aku dan Reno tiba di dekat mereka berdua.
"Tuh kan, kata aku juga apa guru." Celoteh ku saat melihat anak kecil itu masih ada rasa takut di wajahnya.
"Hih, diam!" Cetus Reno sambil memukul ku.
"Heh, malah berantem." Celetuk Alaina.
"Sebenernya mereka baik kok, cuman tampangnya aja begitu." Celoteh Alaina kepada anak kecil tersebut.
"Ehhh" Saut aku dan Reno, dengan ekspresi terkejut.
"Ngomong-ngomong, kita harus apa sekarang, Alaina?" Tanya ku.
Setelah menanyakan hal itu, anak kecil tersebut berbisik-bisik kepada Alaina, lalu Alaina menyampaikan bisikan anak kecil tersebut. "Ia minta kita untuk mengikutinya, kerumah pemimpin desa."
"Oh begitu."
Kami pun langsung bergegas pergi mengikuti anak tersebut ke rumah pemimpin desa itu berada. Sepanjang perjalanan, anak kecil itu tidak mengatakan sepatah kata pun, membuat ku sedikit curiga terhadap dirinya, lalu sampailah kami di sebuah tempat, yang dimana disitu ada banyak sekali orang-orang yang terbaring terluka, dan orang-orang dengan tatapan tajam memperhatikan kami. Suasana di tempat itu sangat aneh, rasanya sangat menjijikan, seperti aku ingin muntah. Reno juga merasakan hal yang sama seperti ku terkecuali Alaina, yang terlihat biasa-biasa saja, saat memasuki tempat tersebut. lalu ada seorang pria berambut putih dengan jubah aneh yang di kenakan nya menghampiri kami.
"Apakah kita kedatangan tamu?" Tanya orang tersebut dengan suara serak. Lalu anak kecil yang membawa kami ke tempat ini pun, pergi ke sisi orang itu, dan berbisik kepadanya.
"Oh iya, Maaf kami tiba di waktu yang tidak tepat, apa kami mengganggu kalian?" Ujar Alaina.
"Tidak apa-apa, aku justru senang ada orang yang ingin membantu kami, Perkenalkan aku Weird, tetua disini." Ujar Pria tersebut. Sepertinya anak itu memberitahu kan maksud kedatangan kami ke tempat ini.
"Namaku Alaina, dan ini kakak perempuan ku Reno, dan lelaki itu teman perjalanan kami, Ali." Ujar Alaina.
"Senang bertemu, kalian." Ucap Weird.
Lalu kami pun berbincang-bincang, menanyakan hal apa yang telah terjadi, meskipun kami tahu bahwa penyebab semua ini adalah peringatan untuk mereka dari Tuhan, meskipun begitu kami tidak tahu apa penyebabnya sehingga itu terjadi.
Dalam perbincangan kami, tampak tidak ada yang aneh dari penjelasan Weird tentang kejadian ini. Menurutnya ini hanyalah sebuah bencana alam saja dan merupakan hal yang tidak bisa di tentang karena ini kehendak alam, mendengar hal itu, kecurigaan ku seketika memudar. Akan tetapi masih ada sesuatu yang mengganjal di benak ku, aku merasakan ada aura negatif yang sangat tipis menyelimuti tempat ini.
Setelah perbincangan, Alaina meminta Reno untuk membantunya mengobati para penduduk yang terluka akibat bencana alam kemarin dengan sihirnya. Meskipun itu tidak langsung dapat menyembuhkan mereka, akan tetapi mempercepat pemulihan sel-sel di dalam tubuh. Meski demikian, walaupun kami sudah membantu mereka, tatapan tajam dan sinis mereka tetap tidak berubah sama sekali, dan anehnya lagi, kebanyakan dari mereka tidak ada yang berbicara hanya menatap kami dari kejauhan.
"Maaf jika kalian merasa terganggu, karena para penduduk yang memandangi kalian, mereka hanya belum terbiasa melihat orang-orang asing, karena desa ini cukup tertutup dari dunia luar." Ujar Weird dengan suara serak khas miliknya. Lalu ia mengajak kami dalam perjamuan yang telah di siapkan di dalam sebuah ruangan. Di dalam ruangan tersebut terdapat Ada lima orang laki laki yang sudah duduk menunggu kedatangan kami.
"Maaf, jika hanya ini yang bisa kami sajikan untuk kalian." Ujar Weird. Saat kami semua duduk di depan jamuan.
"Ia, tidak apa-apa, kami memaklumi nya, kami yang seharusnya minta maaf karena merepotkan kalian dalam kondisi desa yang sedang sulit." Ujar Alaina. Kami pun dengan senang hati memakan hidangan-hidangan yang tersaji.
"Wah daging apa ini, enak sekali, sangat empuk dan gurih." Celoteh ku saat makan.
"Terimakasih atas pujiannya, ada lagi yang lebih enak, coba lah yang ini." Ucap salah seorang pria sambil menyodorkan daging yang di bumbui dengan kecap, cabai dan bawang. Kami pun segera mengambil daging tersebut.
"Wah benar, ini enak sekali! ini daging apa?" Tanya Alaina.
"Itu paha manusia, dan yang sebelumnya adalah bagian dada, enak sekali bukan? Memang daging manusia adalah daging yang paling enak untuk di makan! Ayo lanjutkan makannya, jangan sungkan untuk di habiskan." Ucap Weird dan lima orang lainnya dengan wajah tersenyum jahat mengarah kepada kami.
Mendengar itu kami sontak terkejut lalu memuntahkan semua isi perut kami.
"Uueeekk."
"Apa-apaan maksudnya ini!" Cetus Ku, Sambil memegang kepalaku yang tiba-tiba merasa pusing, dan badanku lemas seketika. Dan di waktu yang bersamaan Alaina dan Reno sudah terbaring tak sadarkan diri.
"Alaina, Reno! Sadarlah!" Teriak Ku, sambil mengoyak-oyak kan badan Alaina yang duduk di sebelahku.
"Percuma saja, Ia tidak akan bangun." Celetuk Weird, sambil berdiri berjalan kearah kami bersama lima orang lainnya.
"Bangsat! Apa yang kalian Rencanakan!" Teriak Ku. Sambil melawan kesadaran ku yang perlahan-lahan mulai menghilang.
"Sial harusnya aku menyadari, hal ini akan terjadi." Gumamku.
"Woi Bangsat! Jangan sentuh Alaina dengan tangan Kotor Kalian!" Teriak ku, sambil berusaha mengeluarkan pedangku dari sarungnya.
"Brakkk!!" Tubuh ku terhempas jatuh, di tendang oleh Weird.
"Kau ini bicara terus dari tadi, hebat juga kau bisa bertahan dari obat bius yang aku taruh dalam makanan itu." Ujar Weird dengan wajahnya yang bengis.
"Kita bunuh saja dia, Weird." Ujar salah satu teman Weird.
"Tidak, jangan sekarang, nanti dagingnya jadi tidak segar, masukkan saja dia sekalian dalam ritual persembahan." Ujar Weird. lalu aku di pukuli hingga tubuh ku babak belur tidak berdaya.
"Sial, disaat-saat genting seperti ini aku selalu tidak berdaya, maaf kan aku Alaina tidak bisa melindungi mu." Gumamku sambil berlinang Air mata. Saat melihat Alaina di bopong oleh teman-teman Weird, saat aku sedang di pukuli. hingga akhirnya aku juga di bopong dan di bawa oleh orang-orang tersebut, dengan kesadaran ku yang masih tersisa sedikit, aku melihat anak kecil yang membawa kami ke tempat ini, tersenyum untuk pertama kalinya.
"Sial Anak biadab." Gumam ku, sebelum akhirnya kesadaran ku menghilang.
mampir di novelku juga ya thor jika berkenan/Smile//Pray/