Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersebarnya Berita
Di kediaman Wilyatama.
Syifa duduk dengan wajah menunduk dan meremas ujung bajunya, keluarga Kavindra juga sudah hadir diantara mereka atas panggilan Kavindra sendiri. Kini Syifa tak punya nyali apapun selain diam, tanpa mereka sadari Kavi tersenyum miring karena dia bisa melihat bagaimana amukan Hendra dan membalaskan apa yang Kejora rasakan selama hidupnya. Bagi Kavi, mungkin memang sulit ataupun tidak mungkin Kejora mau kembali padanya yang tidak mensyukuri hadirnya. Akan tetapi, Kavi berjanji akan membayar semuanya dengan permainannya sendiri, di balik kebenaran yang begitu mengejutkan ada kesempatan untuk menghancurkan. .
Semua orang berkumpul untuk mengintrogasi Syifa, dan dia menceritakan kebenaran yang di sembunyikannya sampai bisa hamil seperti sekarang ini. Ternyata, inilah alasannya mendesak ibu dan ayahnya untuk menikahkannya dengan Kavi karena dia pikir Kavi adalah pria yang mudah untuk di tipu. Sebelum Keluarga Kavi datang, Syifa sudah mendapatkan tamparan keras dari ayahnya sendiri dan juga amukan dari ibunya.
"Maaf sebelumnya, Tuan Hendra. Saya tidak menyangka kalau putri kalian telah membohongi kami semua, kami benar-benar kecewa." Ucap Haris dengan wajah menahan marah, orangtua mana yang terima anak kesayangannya itu di tipu saat pernikahan sudah di sahkan.
"Aku mau anakku cerai!" Pungkas Mega selaku Ibu dari Kavindra.
Wajah Syifa langsung terangkat, dia menggelengkan kepalanya cepat menatap wajah mertunya. Belum juga satu hari berita duka itu menyelimuti, ternyata badai langsung datang menghantam kedamaian.
"Besan, saya mohon untuk di bicarakan baik-baik semuanya." Ucap Eva memohon pada Mega.
"Mas Kavi, aku mohon jangan ceraikan aku." Ucap Syifa mulai ketakutan.
Kavi melipat kedua tangannya menatap kearah Hendra yang sedari tadi diam tak bersuara, kedua orangtuanya pun sangat amat marah sampai dada mereka naik turun.
"Kau pikir aku mau menerima kebohongan ini? Menerima anak yang bukan darah dagingku sendiri? Begitu?" Cecar Kavindra.
"Kavi, ceraikan dia sekarang juga! Mama gak mau nama baik keluarga kita kotor, ayo kita pulang saja! Bawa semua dokumen pernikahan kamu, biar Mama yang urus semua proses perceraiannya." Tegas Mega menarik tangan Kavi untuk pergi.
Belum juga langkah kaki Kavi menjauh dari tempat duduknya, Syifa langsung bersujud di kaki suaminya dengan isak tangisnya yang pecah. Mega yang melihatnya pun geram, dia mendorong tubuh Syifa dari hadapan putranya.
"Mas, Aku mohon." Syifa memelas, wajahnya terlihat sangat menyedihkan.
PLAKKK..
"Jangan sentuh anakku!" Bentak Mega.
Kembali mendapatkan tamparan dari mertuanya, Syifa sampai memalingkan wajahnya dengan rasa panas di pipinya. Haris mengekor di belakang tubuh anak dan istrinya, mereka semua benar-benar pergi tak mengindahkan teriakan Syifa yang memohon Kavi untuk kembali.
Eva memeluk tubuh Syifa yang terguncang hebat, walaupun kenyataannya dia juga sama kecewanya, hanya Syifa lah yang ia miliki saat ini.
Dari arah luar, Asisten Hendra berlari menghampiri Tuannya. Wajahnya nampak serius dan juga cemas, Hendra yang melihatnya pun sampai menegakkan tubuhnya menatap kearah Asistennya.
"Ada apa?" Tanya Hendra dingin.
"Berita kehamilan Nona Syifa sudah tersebat di media sosial, bahkan ada salah seorang yang menyebarkan malam panasnya. Para klien meminta kita untuk mengadakan rapat, mereka sangat marah atas berita yang sedang ramai di perbincangkan. Belum lagi Nona baru saja selesai menggelar pernikahan,ada salah satu alumni sekolah Tuna Bangsa yang speak up pernah di bully sampai depresi oleh Nona Syifa, rekaman jejak akan kekerasan yang di lalukan Nona Syifa pada Nona Kejora pun membuat masyarakat meradang." Jawab sang Asisten.
Bukan hanya itu saja, Ben juga mengatakan bahwasannya Syifa juga tah merebut kekasih adiknya sendiri, atau lebih tepatnya calon suami Kejora. Beruta tentang Syifa itu sangat heboh, zaman sekarang media sosial sangatlah cepat untuk menyebarkan berita atau gosip, banyak masyarakat juga yang langsung mengkritik apapun yang mereka lihat.
Brukkkk..
Tubuh Syifa langsung ambruk tak sadarkan diri, Hendra mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Aaarrggghhh... Kenapa jadi begini!" Hendra frustasi jika urusannya begini.
Hendra mengajak Ben untuk keluar dari dalam rumahnya, dia bahkan tak memperdulikan Syifa yang jatuh pingsan.
Di dalam mobilnya, Hendra diam memasang wajah dinginnya. Ben mengambil alih kemudi, dia tak mungkin membiarkan majikannya sendiri mengemudi dalam keadaan kacau seperti sekarang ini.
"Cari anak sialan itu sampai dapat! Aku tahu ini ulahnya, kalau perlu hajar dia sampai sekarat." Titah Hendra tanpa berperasaan.
Ben tahu siapa yang di maksud oleh Hendra, tetapi ia tak bisa melakukan kekerasan pada wanita. Mau tak mau ia menganggukkan kepalanya, dia juga sedang mencari tahu siapa yang sudah menyebar berita Syifa sampai meledak begitu saja seperti bom waktu, apakah Syifa sedang menuai hasil perbuatannya, entahlah Ben sangat lelah dan bingung.
*******
Sejak kepulangannya dari makam. Kejora pun mengurung dirinya di kamar, Meta dan Ayra hanya mampu memberikan Kejora waktu untuk sendiri.
Langit dan Raja sudah pergi ke kantor, mereka berdua sedang menyelesaikan pekerjaannya dan juga hal penting lainnya.
"Kak, Kejora gak mau makan." Ucap Ayra menghampiri kakaknya yang sedang membaca buku.
"Apa kita minta bantuan lagi sama Pak Langit? Cuman dia yang bisa bikin Kejora makan dengan kekonyolannya, " Meta memandang kearah Ayra mengusulkan pendapatnya.
"Ya malu lah Kak, baru juga kita kenal itupun Pak Langit yang nolongin Kejora." Ucap Ayra.
"Ya kita coba aja dulu, kalau tetap gak berhasil ya jalan satu-satunya ya Pak Langit." Putus Meta.
Ayra pun hanya memandangi pintu kamar yang di tempati Kejora, Meta dan Ayra hanya tinggal berdua saja, orangtua mereka sudah tidak ada dan orangtua angkat pun berada di kota yang berbeda.
Di kamar.
Kejora membuka ponsel miliknya dan berselancar di media sosial, dia membaca seluruh berita yang sedang ramai di perbincangkan di jagad maya. Mata Kejora mebelalak ketika namanya juga di seret, apa Kavindra yang melakukannya atau ada orang lain. Setahunya yang mengetahui sebagian besar kisah kehidupannya hanya Kavindra dan Ayra yang tahu, dan ia yakin Ayra tidak akan melakukannya tanpa persetujuan darinya.
"Apa Kavi yang melakukannya?" Gumam Kejora menebak-nebak semuanya.
Kejora kembali scroll media sosial, dia mendapati berita yang mengejutkan lagi.
Seorang pebisnis ternama, Kavindra yang baru saja satu hari melangsungkan pernikahan bersama anak dari keluarga wilyatama, akan melangsungkan perceraian. Usut punya usut, ternyata anak dari Wilyatama sudah mengandung anak dari orang lain.
Kejora berlari keluar dari kamarnya, dia mencari Ayra dan juga Meta untuk memperlihatkan berita yang di baca.
"Kak Meta, Ay. Liat berita gak?" Seru Kejora.
"Enggak, lagi gak mood scroll hp." Jawab Ayra.
"Sama, pengen rehat aja. Emangnya kenapa gitu?" Tanya Meta.
Kejora pun memberikan hpnya, Meta dan ayra pun lantas melihatnya dengan mata membelalak. Ayra menutup mulutnya tak menyangka beritanya ternyata sangat hot, Meta justru tertawa dan bertepuk tangan karena karma untuk mereka yanh dzalim sudah datang.
BRAKKKK ....
Pintu rumah Meta di dobrak dengan keras sampai pintunya rusak, ada sekitar empat pria berbadan kekar berjalan kearah mereka bertiga. Salah satu diantaranya membawa Kejora dengan paksa, Meta dan Ayra menarik Kejora agar tidak di bawa pergi.
"Lepaskan!" Berontak Kejora.
"Jangan loe bawa Kejora pergi, @nj!n9!" Pekik Ayra dengan umpatannya.
"Jangan ikut campur!" Bentak Bodyguard.
Brruukkkk..
"AYRA!" Teriak Kejora syok melihat Ayra di dorong oleh pria itu.
"Ikut kami, atau aku patahkan leher teman-tamanmu itu." Ancam pria kekar berwajah sangar itu.
Kejora di seret keluar walaupun dia memberontak, tubuh Kejora pun tidak bertenaga karena sering menangis dan tidak ada asupan yang masuk ke perutnya.