Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Gue Berondong Manis Milik Mbak Maura!
Dengan penampilan berantakan dan wajah lesu, Raka berjalan mendekati Maura yang berdiri diapit dua pria.
Satunya laki-laki setengah matang yaitu Gavriel, satunya pria matang sempurna Daniel. Sementara Raka terlihat kematangan, atau sudah agak busuk.
“Mas, aku sedang nggak ingin bicara dengan mu. Apalagi kau adalah seorang pria beristri, sebaiknya kau pergi karena ini sudah malam!“ belum juga Raka bicara, Maura sudah mengusir mantan suaminya.
Raka menyugar rambut dengan gusar, ia tak bisa tidur di rumah bahkan tidak bisa bekerja juga karena terus memikirkan tentang pengkhianatan yang dia lakukan saat Maura membutuhkan nya 2 tahun lalu. Padahal saat itu, kecelakaan yang dialaminya tidak seberapa sakit jika dibandingkan rasa sakit Maura ketika menahan sakit kista.
Raka sudah googling tentang penyakit kista ovarium, ternyata akan sangat menyakitkan ketika berhubungan badan. Pernah beberapa kali Maura langsung kabur dari ranjang ke kamar mandi setelah Raka terpuaskan, bahkan Raka hanya melihat sekilas dan langsung tidur tanpa perduli karena ia kira Maura hanya ingin membersihkan diri setelah sesi percintaan, namun apakah saat itu Maura sedang merintih kesakitan di kamar mandi agar dirinya tidak tau?
Bruk!
Raka bersujud di atas tanah, ia benar-benar menyesal.
“Mas!“
Raka malah tergugu, terisak tak bisa lagi menahan rasa penyesalan nya. “Bisakah kamu memberikan kesempatan Mas kembali, Ra. Mas berjanji akan lebih perhatian padamu lagi, akan lebih memperhatikan kesehatan mu. Mas nggak akan egois dan hanya mementingkan n4ffsu Mas. Maafkan Mas, Ra... Mas mohon...“
“Mas...“
“Mas tau Mas salah, saat kamu sakit harusnya Mas peka! Pernah satu kali kamu menjerit kesakitan, tapi Mas nggak perduli karena Mas tak bisa menahannya. Mas egois, Ra! Mas egois! Andaikan tau kamu sudah sakit saat itu, Mas pasti nggak akan menyakitimu!“
Maura berjongkok, “Bangun, Mas. Malu diliat orang lain!“
“Maafkan Mas, Ra! Mas nggak bisa hidup tenang! Hati Mas hancur!“ Raka memukul-mukul dadanya sendiri.
“Ck! Laki-laki Cemen! Memakai air mata untuk meluluhkan hati wanita yang sudah disakiti itu namanya egois juga, Om! Lagian, mau dikemanakan istri muda Om!“ sindir Gavriel, bahkan sengaja memanggil Raka dengan sebutan Om.
Raka meradang, dia bangun dari duduknya di tanah. Pria terlalu matang itu menarik pakaian Gavriel, “Hei, Bocah! Bisa diem nggak kamu!“
“Gue bakal diem kalo Om nggak ganggu Mbak Maura lagi!“
“Siapa kamu ngatur-ngatur saya, hah!“ Raka semakin mengeratkan cekalan nya.
“Gue? Gue berondong manisnya milik Mbak Maura! Puas!“ Gavriel terkekeh.
“Gav!!!“ bentak Maura disertai delikan tajam.
Gavriel mengangkat bahu lebarnya tak perduli .
“Sudah! Sudah! Sebaiknya kau pulang Raka! Bini mu menunggu mu di rumah! Inget, Raka! Kamu punya bayi yang harus kamu perhatikan, jangan sampai anakmu bersama istri mu muda mu itu... menjadi korban broken home seperti Deva!“ Daniel lebih berpikiran rasional dan tidak terpancing ucapan Gavriel tentang pemuda itu yang mengatakan berondong Maura.
Raka melepaskan tarikan nya pada pakaian Gavriel, “Aku masih ingin bicara dengan Maura, kalian berdua lah yang harus pergi! Lagipula, menurut agama... aku masih bisa merujuk Maura sebelum masa tiga bulan habis.“
Kali ini Daniel yang emosi, tadinya dia masih bersikap tenang agar tak ada keributan. Namun alih-alih Raka sadar, pria itu malah semakin tak tau diri.
Tangan Daniel mengepal, dia bersiap melayangkan pukulan namun...
Bugh!
Gavriel lebih cepat dari Daniel, pemuda bermata biru itu menarik kerah Raka lantas melayangkan bogeman pada wajah Raka.
“Gavriel!“ Maura menutup mulutnya dengan kedua tangan, tak percaya dengan penglihatan nya.
Tubuh Raka sempoyongan dan hidungnya mengeluarkan darah terkena pukulan dari pemuda gagah seukuran Gavriel, apalagi pemuda itu penggiat boxing. Wah! Hanya satu pukulan darinya mampu membuat hidung Raka berdarah.
Gavriel menunjuk wajah Raka dengan raut wajah dingin, “Kau, pria tua! Sadar diri lah! Setelah kau menyakiti hati Maura, kau meminta kembali padanya! Kau tau seberapa besar sakit Maura karena menahan semuanya dari saat dia tau tentang penyakit nya sampai dia mengetahui kau selingkuh?! Maura menahannya seorang diri! Sedangkan kau, dimana kau saat Maura membutuhkan mu?! Bersenang-senang dengan wanita baru mu!“
“Kau hanya bocah kemarin sore! Kau nggak berhak mengatai ku! Aku yang lebih tau tentang Maura!“
“Bulshittttt! Lebih tau katamu??? Tau apa kau tentang Maura? Selama ini... Maura berusaha tegar di hadapan mu, berusaha kuat saat dunianya runtuh karena kau selingkuh! Tapi, apa dia pernah mengeluh padamu! Tidak! Dia bahkan berpura-pura selalu kuat hanya demi putrinya! Padahal nyatanya... dia hancur! Sehancur hancurnya!!!“
Raka maupun Daniel terhenyak, kedua pria itu bahkan tak menyangka Gavriel bisa mengetahui sedetail itu. Gavriel pun mengetahuinya dari bibir Maura sendiri saat di taman bermain tadi siang.
Maura pun terkejut, dia tak menyangka Gavriel malah membongkar semua yang telah dia ceritakan. “Mulut mu terlalu besar, Gavriel! Aku nggak menyangka mulut mu begitu lancang! Pergi!“
“Kalian juga pergilah! Aku muak!“ Maura menatap Raka dan Daniel sekilas, lalu wanita itu mendorong gerbang masuk ke dalam rumah mengunci pintu rumah.
Raka masih berusaha ingin bicara dengan Maura, tapi akhirnya dia pergi karena mendapatkan tatapan maut dari Daniel dan Gavriel.
.
.
Di Apartemen, perasaan Gavriel tak karuan. Baru saja ia berhasil lebih dekat lagi dengan Maura, malah berakhir Maura murka padanya.
“Sial! Sial! Lo bego banget sih, Gav!“
“Gue nggak bisa tidur, sialan! Bibir gue emang brengsek! Arghhtttt!“
Gavriel mengacak-acak rambutnya.
“Gimana biar Maura nggak marah lagi, ya?“
Sepanjang malam Gavriel memikirkan cara agar Maura bisa memaafkan dirinya.
d tunggu karya selanjutnya💜