Cristian Agung Jaya si pria tampan yang di juluki dengan CEO gila pemilik salah satu perusahaan terbesar di Asia. Gila yah benar-benar gila, dia sangat antusias untuk membuat para pekerjanya pusing bahkan hampir terkena struk ringan. Namun kegilaannya di balas lebih gila lagi oleh seorang wanita yang baru saja bergabung di perusahaannya miliknya. Wanita cantik pemilik nama Naila Cynthia ini justru berbeda dari pekerja lainnya yang takut menghadapi Cristian, dia bahkan melakukan segala kegilaan untuk membalaskan semua keluhan pekerja di perusahaan besar itu. Kalau mau tahu kelanjutan ceritanya mari di baca.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asrwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar tidak baik lagi
Semalaman itu Tian memilih untuk tetap berjaga di rumah sakit bersama kedua orang tua Thia.
Hingga esok harinya pun Tian memilih untuk tidak masuk kerja, karna Thia lebih penting dibandingkan dengan semua urusan di kantornya itu.
"Nak Tian kamu tidak masuk kerja?" tanya Mami Thia.
"Hemmm tidak Tante, seperti nya saya akan menunggu Thia sampai sadar dulu baru saya kembali beraktivitas" Jawab Tian
"Ouhh iya Tan, pak Fedrik dimana?" tanya Tian
"Om kamu lagi pergi sebentar mengecek hal penting di kantor nya, nanti akan kembali lagi setelah semua urusannya selesai, makanya Tante nanyain kamu kenapa tidak masuk bekerja hari ini"
"Tidak apa-apa Tante, saya memang harus menjaga Thia, kalau Tante juga ingin istirahat tidak apa-apa, Tante boleh pulang dulu kerumah" ujar Tian
"Yahhh sebetulnya Tante juga ingin mengambil beberapa pasang baju ganti untuk Tante dan om, kamu tidak keberatan untuk menjaga Thia disini?' tanya mami Thia kembali memastikan .
"Aman Tante, percayakan saja pada Tian" jawab nya dengan tegas.
"Baik lah nak, Tante berterima kasih sekali yah sama kamu, kalau begitu Tante pergi sebentar yah" ucap mami Thia lagi
"Baik Tante, hati-hati ya Tante" kata Tian. setelah mami Thia meninggalkan ruangan rawat itu, Tian pun mendekat kembali ke tubuh Thia yang tak berdaya itu. Dengan lembut Tian mengelus rambut dan memegang pipi Thia secara bergantian.
Semua tawa dan bahagia mereka beberapa waktu lalu terlintas kembali di benak Tian, sungguh hari yang begitu indah dan suasana yang selalu dia harapkan. Semua rasa tulus wanita itu benar-benar membuat nya merasa sangat kehilangan.
"Heiiii kamu gak capek tidur terus?? Ayolah bangun Thia....." ucap nya dengan sangat lembut sambil menciumi tangan Thia.
Setelah setengah hari di rumah sakit, Orang tua Thia kembali ke sana. Dan dalam waktu yang bertepatan dengan kedatangan orang tuanya itu, ada panggilan masuk ke handphone Thia.
"Halo pak Tian, saya supir pribadi papa anda" ucap seorang pria dari telepon itu, saat mengecek kembali ke layar hp nya benar saja nomor itu belum tersimpan di kontak Tian.
"Iya ada apa?" tanya Tian
"Saya ingin mengabarkan atas ijin nyonya juga, bahwasanya papa anda saat ini jatuh sakit dan di rawat di Rumah Sakit Universitas Charite Berlin" kata pria itu memberikan informasi.
"Saya harap anda mempertimbangkan untuk datang kesini pak Tian, karna beberapa hari lagi pak Fedrik akan menjalani operasi" Sambung nya lagi.
"Baik terimakasih untuk informasinya" ucap Tian lalu menutup panggilan telepon itu.
"Arghhhhhhhhhhhhh, siallllll, kenapa gue malah dapat kabar yang gak guna gini sihhhh" katanya menendang kursi yang ad di luar ruangan itu.
"Kamu kenapa Pak Tian?" tanya papi Thia yang menyadari itu, akhirnya Tian memilih untuk menceritakan nya baik baik pada Tian Fedrik.
"Papa saya jatuh sakit pak, dan saya di minta untuk datang ke Jerman" ucap nya dengan nada putus asa.
"Pergilah nak... Lihat dan saksikan perjuangan papa mu melawan sakitnya.... Untuk Thia tidak perlu khawatir kan dia, tenang saja Thia dalam keadaan aman bersama kami, ada papa mu yang menunggu di sana..." kata papi Thia memberikan masukan
"Tapi pak.."
"Tidak ada kata tapi untuk melihat keadaan orang tua kita, saya tahu semua background keluarga mu nak, dan semua orang juga tau, tapi tetap lah utamakan adab mu, karna orang tua mu membutuhkan kehadiran mu saat ini...." Ucap pak fedrik lagi
"Baik lah pak, saya akan segera berangkat, saya mohon yah pak, kalau Thia sudah siuman kabarin saya" kata Tian
"Tenang saja saya akan langsung menghubungi mu nak.... Pergilah dan sampai kan salam saya pada kedua orang tua mu" ucap papi Tian.
Tian pun berpamitan kepada kedua orang tua Thia, lalu dia bergegas menyuruh orang untuk memesankan tiket pesawat nya, dan dia memilih untuk mengemas barang-barangnya ke rumah. Dengan bantuan asisten rumah tangganya itu semua barangnya pun kini sudah siap.
Dengan berat hati dia pun berangkat menuju negara yang ingin dia tuju sekitar pukul 7 malam.
...........................
Keesokan harinya Tian sudah berada di sebuah hotel yang tak jauh letaknya dari rumah sakit tempat papa nya di rawat.
Setelah menghabiskan sarapannya Tian pun menuju ke RS itu setelah mendapatkan telepon dari mama nya.
Sesampainya di rumah sakit dia melihat dengan tatapan lesu kearah papa nya yang sudah dipasangi alat alat medis dimana mana, sangat banyak selang yang membantu pernapasan papa nya.
Jujur walaupun Tian merasa kecewa dan benci dengan cara papa dan mama nya membesarkan dia, namun tak bisa di pungkiri rasa sakit juga dia rasakan ketika melihat orang tuanya dalam kondisi yang kritis.
"Nakk terimakasih kamu udah mau datang lihat papa kesini, mama benar-benar ngerasa sendiri sekarang" ucap mama nya sambil memeluk Tian
Melihat mamanya menangis dan sedih, Tian pun membalas pelukan itu dan menenangkan mama nya.
...***********...
Sementara di tempat lain ada papi dan mami Thia yang sedang melihat kabar baik, karna pagi itu Thia siuman dan kembali memancarkan senyum manisnya kepada kedua orang tuanya itu.
"Nakkk kamu benar-benar hebat, papi dan mami menunggu mu sedari semalam" ucap papi nya memeluk lembut Thia.
"Maaf yah Pi, Mi, karna Thia kurang hati-hati malah buat kalian khawatir" ucap Thia dengan suara yang masih lemas.
"Asal kamu udah siuman, semuanya udah beres nak" ucap mami nya
"Ouhhh iya papi lupa, papi harus telpon Tian, karena dari hari kamu kecelakaan dia selalu setia nungguin kamu siuman, dia harus dapat informasi ini secepatnya" ucap papinya hendak menelpon Tian.
"Hemmm pi, jangan......" larang Thia
"Kenapa sayang??, bukannya Tian harus tau kabar baik ini?" tanya mami nya bingung
"Tidak Mi.... Ini tidak ada artinya bagi Tian.... Tidak perlu menghubungi nya.... Thia tidak mau dan tidak akan mau bertemu dengannya....." kata Thia merengek agar papi nya tak menelpon Tian.
"Kenapa nak? Bukannya hubungan kalian sudah semakin membaik?" tanya papinya
"Tidak pii...... Dia itu jahat.... Thia kecelakaan itu karna dia.. Jadi jangan termakan Ama aktingnya dia yang sok peduli sama Thia." Cerocos nya lagi tak mau tau.
"Hemmm sudah lah Pi, jangan telpon dulu mungkin Thia memang lagi tidak baik-baik saja dengan Tian" Pintah mami nya
"Ya sudah lah kalau begitu, papi tunggu sampai kamu sendiri saja yang memberi kabar padanya" ucap papi nya.
"Satu lagi...... Thia gak mau ada sebutan nama dia lagi.... Kalau papi dan mami masih aja mikirin dia... Lebih baik Thia mati aja...." kata Thia lagi memberikan ancaman maut pada kedua orangtuanya.
"Sayanggg kamu gak boleh ngomong gitu dongg...." ucap mami nya
"Makanya jangan pernah sebut dia lagi...." kata Thia lagi.
"Baiklah kalau begitu nak, sekarang tidak usah memikirkan hal yang tidak penting bagi mu, fokus saja agar kamu kembali sehat yahhh" kata papinya.
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."