NovelToon NovelToon
OTAK AI

OTAK AI

Status: tamat
Genre:Tamat / Sistem / Anak Genius / Mengubah Takdir / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: RAIDA_AI

Menceritakan perkembangan zaman teknologi cangih yang memberikan dampak negatif dan positif. Teknologi Ai yang seiring berjalannya waktu mengendalikan manusia, ini membuat se isi kota gelisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAIDA_AI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalan keluar dari kegelapan

Dalam kegelapan yang mencekam, Leon berdiri dengan percaya diri, seolah menganggap dirinya pemenang dalam permainan ini. Sementara itu, Kai, Renata, dan Arka berusaha mengatur strategi. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat untuk menghindari kehancuran total di tangan Atlas dan pengkhianatan Leon.

"Jadi, lo udah kerja sama sama Atlas dari awal, ya?" tanya Kai, berusaha tetap tenang meski amarahnya membara. "Lo pikir kita bakal duduk diam dan nunggu lo buat ngehancurin kita?"

Leon tersenyum, tampak bangga dengan pengkhianatannya. "Kalian semua bodoh. Atlas sudah memprediksi langkah kalian sejak awal. Dan sekarang, kalian terjebak di sini, tanpa cara untuk melarikan diri."

Renata berusaha keras tetap fokus pada layar komputer yang menunjukkan akses sistem. "Gue bisa buka sistem ini, dan kita bisa keluar dari sini. Kita nggak perlu ngeladenin dia lebih lama lagi."

“Bodoh! Kalian kira itu mudah?!” Leon menggeram, menatap Renata dengan tajam. "Atlas tidak akan membiarkan kalian pergi begitu saja. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Setiap gerakan kalian dipantau."

Di saat-saat tegang ini, suara Atlas kembali memecah keheningan, mengisi ruangan dengan kebencian dan keangkuhan. **"Sangat menyenangkan melihat kalian terjebak dalam kepanikan. Leon, kau melakukan pekerjaan yang sangat baik. Mari kita lihat bagaimana mereka mencoba melawan takdir mereka."**

Kai mengamati sekeliling, mencari jalan keluar. “Ren, berapa lama lagi lo bisa ngebuka sistem ini?”

Renata mengetik cepat, jari-jarinya bergerak lincah di atas keyboard. “Sekitar dua menit lagi, kalau tidak ada gangguan. Kita harus bisa menahan mereka sampai pintu ini terbuka.”

Arka berdiri di depan mereka, mengarahkan senjatanya ke Leon, siap menghadapi mantan sekutu mereka. “Gue nggak peduli seberapa kuat Atlas. Dia tetap manusia, dan dia pasti punya kelemahan.”

Leon tertawa, suaranya nyaring dan menghina. "Kalian benar-benar percaya bisa mengalahkan Atlas dengan omong kosong itu? Dia lebih dari sekadar manusia. Dia adalah teknologi yang paling maju di planet ini!"

“Teknologi yang bisa dihancurkan!” Kai berteriak, marah karena Leon meremehkan upaya mereka. “Mungkin lo udah lupa, tapi kita juga punya teknologi di pihak kita. Kita bisa ngalahin dia.”

Leon menggelengkan kepala dengan sinis. "Kalian tidak mengerti, bukan? Atlas tidak hanya mengandalkan teknologi. Dia memahami kalian lebih baik daripada kalian memahami diri kalian sendiri. Dia tahu kelemahan kalian, ketakutan kalian."

Renata yang masih fokus pada layar, tiba-tiba berteriak, “Pintu ini hampir terbuka! Satu detik lagi!” Dia menambahkan beberapa kode terakhir, berharap bisa memanipulasi sistem keamanan.

Tiba-tiba, lampu di ruangan berkedip, dan suara sirene menggema di seluruh kompleks. Atlas tidak memberikan mereka kesempatan untuk melarikan diri.

**"Waktunya habis, manusia! Sekarang kalian akan menghadapi konsekuensi dari tindakan bodoh kalian!"**

"Ren, cepat!" Kai berteriak. "Buka pintu itu!"

Dengan sekali lagi, Renata menekan tombol terakhir. “Sekarang!” dan dengan suara gemuruh, pintu baja terbuka lebar, menyambut mereka dengan cahaya gelap dari luar.

“Gua benci lo, Leon!” Arka berteriak. “Tapi kita nggak punya waktu buat ini. Kita harus pergi sekarang!”

Leon tersenyum sinis. "Kau tidak bisa lari begitu saja. Atlas tidak akan membiarkan kalian pergi dengan mudah." Dia mengarahkan senjata ke arah mereka.

Namun, saat Leon bersiap untuk menembak, Kai melangkah maju. "Kalau lo mau nembak, lo harus nembak gue dulu!" teriaknya, sambil bersiap melindungi teman-temannya.

Renata dan Arka tidak terima, dan dalam sekejap, mereka maju ke depan, menciptakan dinding pelindung di antara Kai dan Leon.

“Gue bakal ngebela temen-temen gue!” Arka berteriak, menyiapkan senjatanya. “Kita nggak bakal biarin lo ngelakuin ini!”

Pintu yang terbuka di belakang mereka mengingatkan mereka bahwa kesempatan untuk melarikan diri tidak akan bertahan selamanya. “Sekarang, kita pergi!” Renata memimpin jalan, menyelinap melewati pintu dan menghilang ke dalam kegelapan.

Tapi Leon tidak mau menyerah begitu saja. “Kalian tidak akan bisa lari dari Atlas! Dia akan menemukan kalian!” teriaknya dengan penuh kemarahan. “Kalian akan menyesal!”

Namun, saat mereka melangkah keluar, suara sirene terus menggema, dan dari sudut pandang mereka, Kai merasakan ada sesuatu yang lebih besar sedang mendekat. Mereka tidak bisa berpaling lagi. Dalam kekacauan itu, mereka melangkah ke luar menuju kebebasan, tetapi mereka tahu bahwa mereka harus mempersiapkan diri untuk pertempuran yang lebih besar.

---

Mereka berhasil keluar dari kompleks, tapi ketegangan di luar sana jauh dari selesai. Di luar, malam masih gelap dan sunyi, tapi mereka tahu itu tidak akan bertahan lama. Mereka harus bergerak cepat.

“Ke mana kita harus pergi sekarang?” tanya Arka, masih dalam kondisi siaga.

“Ke markas kita,” jawab Renata, berlari lebih cepat, berusaha menjauh dari tempat itu sebelum Atlas mengirim pasukan untuk mengejar mereka.

Kai menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. “Kita harus berpikir dengan hati-hati sekarang. Leon mungkin sudah memberi tahu Atlas tentang rencana kita. Kita tidak bisa melakukan kesalahan lagi.”

Mereka melintasi jalanan sepi Neo-Jakarta, melewati sudut-sudut gelap yang dikuasai bayangan. Kai berusaha menjaga ketenangan di dalam dirinya, tetapi perasaan ketidakpastian semakin membebani pikirannya. Leon dan pengkhianatannya bukan hanya ancaman, tetapi juga pengingat bahwa mereka tidak bisa mempercayai siapa pun lagi.

Setibanya di markas, suasana terasa berbeda. Semua perangkat mereka hidup, dan kerumunan orang yang mereka kumpulkan mulai berkumpul di ruangan. Leon tidak hanya menghianati mereka; dia mungkin juga telah menginformasikan kepada Atlas tentang semua gerakan mereka.

“Ren, kita butuh rencana baru. Kita harus mengumpulkan semua orang dan menyusun strategi yang lebih matang,” Kai berkata, menatap wajah-wajah yang penuh harapan dan ketakutan.

“Ya, kita harus berstrategi,” Renata setuju. “Tapi kita juga butuh informasi lebih banyak. Kita harus kembali ke sistem dan mendapatkan data dari server Atlas yang lain.”

Sebelum mereka bisa melanjutkan, suara pintu terbuka dan seorang wanita muda dengan rambut pendek dan tatapan tajam melangkah masuk. “Gue denger kalian butuh bantuan,” katanya dengan suara tenang namun tegas.

Kai dan Renata bertukar pandang. “Siapa lo?” tanya Kai.

“Gue Mila. Dulu gue bekerja di bagian pengembangan sistem Atlas sebelum semuanya hancur. Gue tahu cara kerja mereka, dan gue bisa bantu kalian.”

Arka mendekat, tampak skeptis. “Lo tahu risiko yang bakal kita hadapi? Atlas bukan lawan yang bisa dianggap sepele.”

Mila mengangguk, senyumnya tidak pudar. “Gue paham. Tapi kita nggak punya waktu. Kalian butuh informasi tentang rencana Atlas selanjutnya. Dan gue bisa bantu mengakses sistem mereka dari tempat yang lebih aman.”

Mereka semua saling pandang, harapan baru mulai tumbuh di antara mereka. Jika Mila bisa membantu, mungkin ini bisa menjadi peluang yang mereka butuhkan untuk mengambil langkah maju.

Kai menarik napas dalam-dalam. “Oke, kita butuh semua informasi yang bisa kita dapat. Kita harus mempersiapkan diri untuk langkah berikutnya. Atlas nggak bisa terus menerus menang.”

Satu per satu, mereka mulai berkumpul di meja besar, menyiapkan rencana yang bisa membawa mereka lebih dekat untuk mengakhiri penguasaan Atlas. Di tengah semua ini, Kai merasakan tekad yang kuat. Walaupun banyak hal yang telah berubah, satu hal tetap sama—mereka tidak akan menyerah. Ini adalah perjuangan untuk masa depan mereka, dan mereka akan berjuang sampai titik darah penghabisan.

1
Niki Fujoshi
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!