🥇Juara 1 YAAW Periode 2 2024 Genre Pria
🏅Juara Tema Kreatif 'Harem'
Elang menjadi pemuas nafsu para wanita dewasa semenjak SMA. Ia terpaksa melakukan itu demi bertahan di kehidupan ibu kota yang keras. Sampai suatu hari Elang mendapat pelanggan yang membuatnya terjebak dalam masalah besar.
Takdir membawa Elang harus menjadi guru les privat putri dari salah satu pelanggannya. Terlebih putri pelanggannya itu adalah sahabat kekasihnya Elang. Parahnya ketiga perempuan itu sama-sama jatuh cinta pada Elang.
Inilah cerita Elang. Petualangannya dalam menghadapi banyak wanita di hidupnya. Bagaimana kelanjutannya? Apa Elang membiarkan banyak wanita berlabuh di hatinya? Atau dia memilih melabuhkan hatinya hanya untuk satu orang saja.
*Genre : Harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 - Kandidat Calon Ketos
Elang berdecak kesal saat mendapat telepon dari Angela. Dia segera beranjak dari kamar hotel. Sebelum pergi, dirinya tak lupa membawa emas batangan yang ada di meja.
Ketika pagi telah tiba, Elang pergi ke sekolah seperti biasa. Ia menghela nafasnya saat sudah duduk di bangku. Namun belum lama duduk, bel tiba-tiba berbunyi. Guru menyuruh semua murid berkumpul di lapangan.
"Ayo, El! Ini kayaknya pemilihan kandidat ketua osis!" seru Alya.
"Apa? Bukannya kemarin udah ya?" tanggap Elang
"Kau lupa ya? Kemarin itu kan ditunda," sahut Alya.
Elang kembali mendengus kasar. Dengan terpaksa, dia menyeret kakinya menuju lapangan.
Kini semua orang sudah berkumpul di lapangan. Termasuk Elang. Seluruh murid berbaris sesuai kelas.
"Kau kayaknya bakalan terpilih deh," bisik Aldi. Dia berdiri di sebelah Elang.
"Nggak! Pokoknya aku nggak mau!" tegas Elang. Sungguh, dia sebenarnya tak memiliki minat menjadi terlalu menonjol di sekolah. Elang melakukan itu karena harus berjaga-jaga, terutama jika pekerjaan kotornya ketahuan.
"Terus kalau misalnya benar-benar terpilih, gimana?" tukas Aldi.
Elang mendelik. "Jangan di doain lah!" geramnya.
Tak lama, Pak Anwar selaku penyelenggara osis, mulai berbicara di mikrofon. Ia menanyakan nama-nama kandidat osis kepada seluruh murid.
Dua nama kandidat osis telah terpilih. Kedua orang itu adalah Katrin dan Dito. Mereka sudah maju ke depan dan berdiri.
"Sekarang kita akan memilih nama kandidat terakhir. Siapa menurut kalian yang cocok?" tanya Pak Anwar. Mengajarkan budaya demokrasi pada para muridnya.
"Elang!" pekik Alya lantang.
Mendengar itu, mata Elang membulat. Dia langsung mencengkeram pundak Alya.
"Al, apa-apaan kau!" timpal Elang.
"Kenapa? Kau kan emang cocok jadi ketos, El. Pasti nanti makin bersinar," jelas Alya.
"Kau--"
"Elang!"
"Elang!"
"Elang!"
Elang langsung terdiam tatkala semua orang menyerukan namanya. Alya dan teman sekelasnya yang lain bahkan ikut mendukung.
Suasana itu membuat Elang kebingungan. Dia terpikir ingin kabur saja. Alhasil perlahan dirinya melangkah mundur.
"Kalau begitu, sudah dipastikan kandidat ketiga adalah Elang. Ayo maju ke depan, El!" perintah Pak Anwar.
Elang hampir melarikan diri, tetapi gagal karena Aldi menghentikannya dan malah memaksa maju ke depan.
Karena merasa ditekan banyaknya orang, Elang tak punya pilihan selain maju ke depan. Ia berjalan dengan perasaan gelisah. Pak Anwar menyuruh Elang berdiri ke sebelah Katrin.
"Nah, inilah kandidat calon ketos kita. Jadi selama seminggu ini, mereka akan bersaing dengan visi misi masing-masing. Nanti hari senin, satu per satu dari mereka akan memberitahukan visi misi tersebut," ujar Pak Anwar.
"Ck! Sial! Sial!" rutuk Elang pelan. Dia benar-benar malas sekali menjadi ketua osis.
Katrin yang berdiri di sebelah Elang otomatis melirik. Dia bisa mendengar rutukan Elang.
"Kenapa? Nggak mau jadi ketos ya?" tanya Katrin.
"Dari mana kau tahu?" balas Elang. Ia menatap Katrin. Dirinya sangat mengenal gadis itu. Salah satu gadis tercantik dan pintar di sekolah. Namun, hanya satu kekurangan Katrin, yaitu miskin.
Elang sendiri cukup mengagumi Katrin. Bukan saja karena kepintaran dan kecantikannya, tetapi karena bodynya. Di usia yang muda, Katrin sudah memiliki payu dara besar dan bokong semok. Jujur saja, di kalangan murid lelaki, Katrin disukai karena itu.
"Tadi kau berkata sial dua kali. Tapi bagus deh kalau kau nggak berminat. Orang sepertimu memang tak pantas jadi ketos," ucap Katrin ketus.
"Apa maksudmu? Kenapa kau berkata begitu?" Elang menuntut jawaban. Dia tentu heran, terlebih dirinya baru kali ini mengobrol dengan Katrin. Namun gadis itu bersikap seolah sudah mengenalnya.
"Apa kau kenal Canda? Aku sahabatnya, dan aku tahu semua tentangmu!" ungkap Katrin. Senyuman miring terukir di wajahnya.