Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIHADANG PREMAN
Tiga puluh orang lelaki telah berkumpul disebuah rumah kosong yang tak berpenghuni di pinggiran ibukota.
Satu orang diantara mereka memegang lembaran foto gadis yang akan menjadi target mereka kali ini.
“Lihat baik-baik wajah gadis itu, dia harus kita dapatkan secepatnya. Yang kita butuhkan hanya menangkapnya dan mengurungnya digudang. Sebelum kita kasih ke bos, kita bisa melakukan apapun kepadanya, anggap saja ini sebagai bonus”, kata Ucok setelah membagikan lembaran foto tersebut kepada anak buahnya.
Kedua puluh sembilan anak buahnya melihat dengan seksama foto target mereka agar tak salah sasaran.
“Ini uang muka yang dibayarakan. Sebelum tugas selesai, uang tak akan dibagikan jadi aku harap besok semuanya sudah beres”, Ucok kembali berkata sambil membuka kantong plastik berwarna hitam yang menampilkan setumpuk uang merah didalamnya.
“Apakah kita harus membunuhnya bang, kalau harus membunuh aku tidak mau. Tapi kalau cukup menangkapnya saja, aku lanjut”, ujar salah satu preman lugas.
Semua orang yang ada disana mengangguk setuju. Meski mereka preman dan sering melakukan tindak kejahatan seperti memalak dan mencuri namun mereka tak pernah membunuh orang.
Inipun mereka mau melakukan penculikan juga karena terdesak oleh kebutuhan yang memerlukan dana besar.
“Tidak sampai sejauh itu karena boslah yang akan mengeksekusi akhirnya. Kita hanya diberi bonus untuk bersenang-senang dengannya, bagi yang tak mau skip aja”, ujar Ucok santai.
“Hmm...ok lah kalau begitu. kapan kita mulai bergerak”, salah satu preman kembali bertanya dengan penuh semangat.
“Malam ini target dalam perjalann dari Bandung menuju Jakarta. Bisa dipastikan kemungkinan dini hari nanti sampai. Ini alamat apartemennya. Karena posisinya dekat dengan mabes jadi kita eksekusi di jalan ini saja karena jam segitu sangat sepi. Kita sudah standby disna mulai jam 11 malam mengantisipasi mereka tiba lebih cepat”, Ucok tampak memberi arahan kepada kelima belas preman yang akan menjalankan rencananya.
Mereka pun tampak mengamati jenis mobil dan nomor polisinya setelah mendapatkan data-data tersebut dari klien mereka.
Sementara itu didalam mobil yang kini sudah memasuki tol Cikampek, keduanya beristirahat sejenak direst area untuk mampir ketoilet sambil mengisi bahan bakar kendaraan yang mulai menipis.
“Ini cincinnya aku kembalikan”,tangan Audry yang hendak mengeluarkan cincin dari jarinya ditahan oleh Bagaskara.
“Aku memberikan cincin itu kepadamu jadi tak usah dikembalikan”, ujarnya datar.
Bagaskara yang melihat Audry ingin kembali bersuara pun segera memotongnya “Anggap saja cincin itu sebagai ucapan rasa terimakasihku karena telah membantuku keluar dari masalah hari ini”, ujar Bagaskara tulus.
Audry yang melihat ketulusan Bagaskara hanya bisa menerima pemberian tersebut dengan senang hati.
“Baiklah, jika itu yang kamu mau. Terimakasih, cincinnya sangat bagus”, ujar Audry sambil mengagumi cincin dengan berlian mungil dijari manisnya tersebut.
Setelah mereka menghabiskan kopi dan roti yang baru saja mereka beli di rest area, keduanya kembali memasuki mobil untuk melanjutkan perjalanan.
Jalanan tengah malam tampak sepi dan lenggang membuat Bagaskara bisa melaju dengan cepat tanpa kendala apapun.
Begitu memasuki ibukota, Audry mendapatkan bisikan dari khodam yang selama ini menjaganya “Berhati-hatilah, didepan ada sekelompok orang berniat buruk terhadapmu”.
Audry yang mendapatkan peringatan seperti itu mulai menatap jalanan dengan penuh kewaspadaan.
Bagaskara yang melihat tubuh Audry menegang sedikit memicingkan matanya penasaran “Ada apa ?”.
Belum juga pertanyaan Bagaskara terjawab, tak jauh didepan mobil mereka ada sebuah mobil melintang dijalan.
Mobil yang mereka kendarai juga tiba-tiba ditabrak dari arah belakang oleh sebuah van hitam membuat Bagaskara langsung mengerem secara mendadak.
Untung saja air bug didalam mobil berfungsi dengan baik sehingga Audry dan Bagaskara yang berada didalam tak sampai terluka, hanya terkejut saja.
“Brengsek ! cari mati mereka !”, umpat Bagaskara penuh amarah.
Audry yang tampak mengamati keadaan sekitar, untuk memastikan berapa orang yang malam ini mengepung mereka.
Krekkk...krekkkk....
Audry merenggangkan otot-otot tubuhnya yang sedikit kaku itung-itung sebagai pemanasan sebelum bertindak.
“Tiga puluh orang...tak masalah”, gumannya menyeringai.
“Kamu jangan keluar, biar aku yang membereskan semuanya”, ujar Bagaskara ketika melihat para pelaku yang dia duga begal mulai berjalan mendekat.
“Ah kamu nggak seru. Aku kan juga ingin bersenang-senang” , ujar Audry sambil mengerucutkan bibirnya pura-pura marah hingga membuat Bagaskara yang melihatnya menjadi gemas .
“Fokus Bagas. Bukan saatnya kamu berpikiran mesum seperti ini”, Bagaskara meruntuki kebodohannya dalam hati.
Saat ini, ketiga puluh preman tersebut telah mengelilingi mobil Audry sambil membawa aneka senjata tajam, seperti pisau, sangkur, belati dan balok kayu.
Dukkkk.....
Salah satu balok kayu dipukulkan keras kekaca mobil yang sayangnya tak berpengaruh apapun karena kaca tersebut tahan terhadap pukulan dan anti peluru.
“Keluar!!!”, bentak salah satu dari mereka
Dengan santai Audry dan Bagaskara membuka pintu mobil mereka seperti keberadaan preman-preman tersebut tak terlihat.
Audry bahkan mengecek kondisi belakang mobilnya yang tampak baik-baik saja meski sudah ditabrak sangat keras seperti itu.
“Bagus juga ketahanan mobil ini, aku jadi makin sayang dengannya”, batin Audry puas melihat mobilnya masih mulus seperti semula.
Melihat bagaimana santainya Audry membuat para preman tersebut tak sabar lagi ingin membawanya pergi untuk bersenang-senang.
“Ikut pergi dengan kami baik-baik maka aku tak akan melukaimu cantik....”, ujar salah satu preman sambil menjilati bibirnya yang hitam akibat kebanyakan merokok.
Ketiga puluh orang tersebut menatap target buruan mereka dengan penuh nafsu. Apalagi, Audry yang memang belum berganti pakaian setelah acara terlihat sexy dengan kebaya marron yang dikenakannya.
“Kurang ajar sekali mereka berani menatap gadisku penuh nafsu seperti itu”,batin Bagaskara geram.
Api amarah dalam diri Bagaskara mulai berkobar melihat tatapan penuh pelecehan yang dilayangkan oleh anak buah Ucok terhadap gadisnya.
BUGHHH...
Satu pukulan diwajah berhasil Bagaskara layangkan kepada lelaki yang tadi menyuruh Audry untuk mengikutinya hingga hidungnya berdarah.
“Brengsek! Serang mereka !”, teriaknya membuat yang lain pun segera bergerak.
Lima orang terlihat berusaha menyeret Audry masuk kedalam van agar tugas malam ini bisa cepat diselesaikan.
Tapi sayangnya, mereka yang menduga mudah menangkap Audry mengingat dia terlihat seperti gadis yang lemah, apalagi dengan kebaya yang dipakainya tak akan membuat gadis itu bisa lari nyatanya haru menerima pukulan demi pukulan yang cukup kuat hingga membuat mereka memuntahkan darah segar dari mulutnya.
“Bajingan! Cepat tangkap dia ! Fokus pada target !”, salah satu preman yang memuntahkan darah tadi segera menyuruh rekan-rekannya untuk meringkus Audry dan mengabaikan Bagaskara karena memang gadis itu target utama mereka.
Tujuh orang preman yang semula fokus pada Bagaskara kini hanya tersisa satu sebab yang lainnya berusaha memburu Audry.
BAGHHH.....
BUGHHH....
BUGHHH....
Dengan cepat Audry membanting tubuh preman-preman yang datang ke arahnya. Untung saja dia sudah mengganti high heelsnya dengan sandal japit sehingga mudah bergerak.
Duuugh...
“Arrgh....kepalaku”, adu salah satu preman yang kepalanya terbentur keras diaspal hingga mengeluarkan darah segar.
“Kurang ajar! Cepat ringkus dia !”, teriak Ucok yang baru datang dengan dua anak buah tambahan dengan lantang.
Bagaskara yang melihat lima orang yang baru bangun setelah dibanting Audry langsung menendang keras perutnya dan menghantam wajahnya dengan keras.
Bruugh krakkk....
Bagaskara mematahkan tangan dan kaki para preman yang ada dihadapannya dengan cepat.
“Aaarghhh.........”, lolongan teriakan kesakitan menggema diudara, seperti alunan lagu yang begitu menyayat hati.
Sambil menarik jarik yang dikenakannya keatas, Audry memasang kuda-kuda sambil menyeringai lebar, membuatnya terlihat seperti monster yang haus darah, dingin dan mematikan.
Begitu para preman kembali mengeroyoknya, Audry melompat keudara, lalu melayangkan tendangan memutar yang langsung tepat mengenai wajah mereka.
“Aaaarrghhh....”
Baaaghhh...baaaghhh.....baaaghhh....
Bruuuk....
Tubuh kelima preman terpental jatuh keaspal dengan pipi lebam akibat tendangan keras yang Audry layangkan.
Semua preman termasuk Ucok kini telah tergeletak dengan luka cukup parah.
Bahkan lebih dari setengah anak buah Ucok mengalami patah tulang ditangan dan kaki.
Namun hampir semuanya tampaknya mengalami luka dalam yang cukup serius akibat bogeman dan tendangan bertubi-tubi yang mereka terima malam ini.
“Katakan, siapa yang menyuruh kalian menculikku !”, ujar Audry sambil mencengkeram kerah baju Ucok karena menganggap jika lelaki itu pasti pimpinan preman tersebut.
Menatap preman didepannya tak bersuara, Audry kembali melayangkan tamparan keras beberapa kali hingga gigi depan Ucok patah sepenuhnya.
“Aku bisa mudah mendapatkan data keluarga kalian, jika tetap tak berbicara maka aku akan habisi seluruh keluarga kalian tanpa sisa”, Ancaman yang diberikan oleh Audry nyatanya mampu membuat salah satu anak buah Ucok bersuara.
“Kami tidak tahu siapa yang menyuruh karena hanya berkomunikasi lewat telepon saja”, ujar salah satu preman sambil menyerahkan ponsel yang biasa digunakan untuk melakukan transaksi.
Wuing...wuing...wuing.....
Mobil polisi yang Bagaskara panggil telah datang dan segera membawa para preman tersebut kekantor polisi.
“Aku lelah. Ayo pulang dan beristirahat...”,mendengar ucapan Audry, Bagaskara hanya mengangguk pelan dan mengatakan kepada petugas jika mereka akan melapor esok hari karena perlu sedikit waktu untuk beristirahat.