Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Hari itu Raisya begitu lelah, pukul 22.00 ia sudah tiba di apartemennya, setelah melakukan ritual pembersihan ia pun segera naik ke tempat tidur.
Sambil mencoba memejamkan mata, Raisya teringat akan band LENTERA yang sempat dibahas di cafe tadi bersama kedua sahabatnya.
Mengingat beberapa tahun lalu saat ia pertama kali bertemu dengan seorang pria bernama Vian, kala itu pria berkacamata yang sempat mencuri hatinya itu adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta.
**********************
Flashback Raisya on
Sore itu Raisya baru pulang kerja, ia memutuskan untuk mampir ke sebuah supermarket yang terletak tidak jauh dari apartementnya, untuk membeli stok bahan makanan.
Ketika selesai belanja, ia hampir dijambret oleh seorang pria asing, tas yang ia bawa, direbut paksa oleh pria itu sehingga belanjaan yang ia tenteng pun berhamburan ke aspal jalan.
Vian yang baru pulang dari kampus, melintas dengan mengendarai motor ninjanya itu, melihat kejadiannya dan langsung memarkirkan motornya, berniat membantu Raisya mengejar penjambret.
Vian pun sempat baku hantam dengan sang penjambret, tapi untungnya Vian sudah dibekali dengan ilmu bela diri yang mempuni, sehingga ia berhasil mendapatkan tas Raisya kembali.
Vian mendapat luka robek disudut bibirnya, membuat Raisya merasa bersalah sekaligus bersyukur, karna bila tanpanya mungkin tas yang berisi barang-barang penting miliknya bisa raib.
Raisya memperkenalkan diri pada Vian dengan panggilan Sya, dan berniat membawa Vian ke klinik untuk mendapatkan pengobatan, sebagai ucapan terima kasih, namun Vian menolak, kemudian Sya menawarkan diri untuk mengobatinya sendiri di apartement.
Sya dan Vian, memunguti barang belanjaan yang terjatuh, sebelum akhirnya Vian mengantar Sya ke apartemennya.
Sejujurnya Sya tidak pernah membawa pria ke dalam apartementnya, karena ia merasa takut dengan orang asing, hanya saja dengan Vian entah mengapa dia tidak merasa ketakutan sama sekali, padahal pria itu juga adalah orang asing baginya.
Sya mempersilahkannya duduk, dan menaruh barang belanjaannya di meja. Ia kemudian membuka laci untuk mengambil tas P3K, Vian yang baru masuk pun duduk di sofa yang berada disebelah ranjangnya.
Setelah mengambil tas P3K, Sya mencuci tangannya, lalu Ia pun duduk di sebelah Vian dan membersihkan lukanya terlebih dahulu sebelum memberikannya obat.
Dengan perlahan Sya membersihkan lukanya, Vian yang sedang menahan nyeri lantas memejamkan matanya, sambil meremas ujung sofa dengan sekuat tenaga.
Sya yang merasa geli melihat tingkah Vian terkekeh. Merasa ditertawakan, Vian kemudian membuka matanya dan melepaskan remasannya.
"Kamu takut ya??" Tanya Sya yang masih terkekeh namun tetap fokus membersihkan luka Vian.
"E-enggak kok, masa takut!!! Tadi aja lawan penjambret aku berani." Jawab Viandengan terbata-bata salah tingkah.
"Masa sih, hehehe," ejek Sya kemudian "dah selesai!!!."
Kemudian Sya berdiri dan menaruh kembali tas P3K di tempatnya semula. Setelah itu ia mengambil barang belanjaan yang berada diatas meja, lalu menyusunnya ke dalam kulkas.
"Kamu mau minum apa??, suka kopi??." Tanya Sya sambil menyusun barang belanjaan.
"Hmm suka, tapi tergantung kopi apa dulu," Jawab Vian yang masih fokus menahan sakit.
"Kalo cappuccino, suka gak??," Tawarnya lagi.
"Suka, itu kopi favorit aku,!!!" Jawab Vian sambil menoleh kearah Sya.
"Sama donk aku juga, tapi aku cuma punya cappuccino sachet, mau aku buatin??," Tanya Sya menoleh sambil menutup pintu kulkas.
" Boleh, kalo gak merepotkan," Jawab Vian sungkan.
Mereka pun menikmati secangkir Cappuccino sambil berbincang-bincang. Vian bercerita bahwa dia mempunyai band bersama kedua sahabatnya, yang diberi nama LENTERA. Nama Lentera ia ambil karena memiliki arti " Selalu memberi penerangan dan kehangatan, serta pertolongan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan."
Sejak hari itu Vian dan Sya lebih intens dalam komunikasi. Sepertinya rasa cinta itu tumbuh diantara keduanya, tapi sayang mereka belum saling mengungkapkan.
Hari itu Vian berjanji untuk menemui Sya, ia ingin mengungkapkan isi hatinya dan ingin memberikan sesuatu sebagai lambang perasaannya.
Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah cafe yang terletak di dekat apartemen Sya, pada pukul 20.00. Sya yang sudah berdandan cantik, tidak sabar untuk menemui Vian. Lantas ia pun bergegas menuju cafe dengan berjalan kaki. Suasana hatinya saat itu sangat bahagia.
Ia dengan setia menunggu Vian hingga tengah malam, tapi pria itu tak kunjung datang. Banyak chat dan panggilan yang ditujukan kepada Vian tapi tak ada satupun yang mendapat respon. Hingga cafe itupun tutup, Sya kembali pulang dengan langkah yang gontai. Pikirannya berkecamuk.
Apa yang terjadi dengan Vian, tidak seperti biasanya ia seperti itu. Setelah sampai di apartement, Sya masih mencoba mengirim pesan dan menelponnya kembali, tapi kali ini Hpnya bahkan tidak bisa di hubungi.
Sya bingung, ia tidak tau harus mencari Vian kemana, pada siapa ia harus bertanya. Setelah beberapa hari berlalu, ponsel Vian masih tidak bisa dihubungi. Sya yang sudah mulai menyerah pun berusaha melupakannya.
Tapi kemudian, setelah beberapa minggu berlalu, ia mendapatkan sebuah pesan dari Vian. Isi pesannya adalah "Maafkan aku Sya untuk hari itu, aku tidak bisa menemuimu, maaf karena telah membuatmu menunggu, maaf telah mengabaikanmu belakangan ini, maaf aku tidak bisa menjelaskan apapun padamu, dan satu hal yang ingin aku sampaikan, Maaf karena Aku...
Setelah membaca pesan yang belum tuntas itu, Sya lalu berusaha menghubungi nomor Vian, namun sayang, nomor itu tidak pernah aktif lagi hingga hari ini.
Flasback Raisya off
*************************
Semua menggantung begitu saja, tidak ada kepastian dan kejelasan setelah malam itu, Raisya yang bertahun-tahun menyimpan kenangan itu sendiri, kini harus teringat kembali karena sebuah kata LENTERA.
Tanpa terasa air matanya pun menetes, dalam isaknya ia mengingat-ingat wajah Vian, wajah yang pernah terukir jelas dalam benaknya, tapi mengapa, semakin diingat-ingat yang terbayang justru wajah atasannya itu, Alvian???
Raisya menggelengkan kepalanya, lalu mengerjap-ngerjap kan matanya, berusaha mengingat-ingat kembali sosok Vian, tapi wajah itu seolah berganti dengan wajah Alvian.
Raisya tertegun memikirkan hal ini, dalam hatinya bergumam, mengapa justru wajah Alvian yang menghiasi kepalanya??. Tidak mau ambil pusing Raisya kemudian bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya, rasa kantuknya kini menjadi hilang. kemudian ia membuat secangkir cappuccino, duduk di sofa dan menyalakan rokok sambil mendengarkan lagu.
*********************
Disisi lain, Alvian yang hari ini bertemu dengan Raisya kembali, setelah bertahun-tahun berlalu, membuatnya bersemangat untuk meneruskan kisah cintanya yang sempat menggantung.
Alvian mengingat kembali hari itu, dimana ia seharusnya menemui Raisya di cafe pada pukul 20.00. Saat ia selesai bersiap-siap dan hendak pergi menemui Raisya, ia mendengar papi bertengkar hebat dengan Andrew.
Alvian berusaha melerainya, tapi Andrew yang emosi terhadap papinya, mengeluarkan sebuah pisau dan hendak menusuknya, namun segera dihadang oleh Alvian.
Al dan Andrew pun berkelahi layaknya pegulat, mereka sama-sama dibekali ilmu bela diri oleh papi. Namun Andrew yang culas, mengambil sebuah balok kayu, lalu dipukulkannya ke wajah sang adik dengan membabi buta, papi yang melihat kejadian itu lalu mengambil pistol yang berada di dalam laci dan menembakannya tepat dipunggung sebelah kiri Andrew.
Tembakan itu lantas menghentikan aksinya, menumbangkan Andrew dalam sekejap. Al dan Andrew dibawa ke RS. Mami yang syok dengan kejadian itu langsung terkena serangan jantung, kemudian mami pun dibawa ke RS.
Al mendapatkan luka yang serius diwajahnya, mengharuskan ia melakukan operasi, sementara Andrew hanya luka tembakan saja, dan itupun tidak terlalu dalam. Sementara mami, beliau koma.
Papi yang kala itu merasa hancur, meminta pengacaranya untuk segera mengurus pencoretan nama Andrew sebagai ahli warisnya dan menjebloskan Andrew kepenjara, dan posisinya diperusahaan agar digantikan oleh Al sebagai pewaris utamanya.
Andrew yang mendengar percakapan papi dan pengacaranya itu tidak terima, lalu melarikan diri dari rumah sakit, padahal lukanya belum sembuh. Papi yang sadar bila Andrew kabur setelah mendengar pembicaraannya, langsung terpikir kepada Al. Bagaimana jika suatu saat Andrew kembali dan menyakiti Al.
Setelah beberapa lama koma mami akhirnya meninggal, Al yang kala itu masih dalam pemulihan pasca operasi plastik kemudian di ungsikan ke Jerman bersama kedua saudari kembarnya.
Sebelum pergi ke Jerman, Al teringat akan Raisya, ia kemudian mencari ponselnya, ternyata ponselnya sudah mati karena kehabisan baterai. Ia pun menyalakan kembali ponselnya. Dilihatnya ada banyak chat dan panggilan dari wanita yang ia cintai itu.
Rasa bersalah menelusup ke dalam hati Al, ia tidak bermaksud melukai Raisya seperti itu, hanya saja akan sulit menjelaskannya sehingga ia memutuskan untuk mengirim sebuah pesan.
Isi pesan yang tidak ia tuntaskan, karena ia tidak sanggup untuk mengucapkannya. Rasa bersalahnya kini lebih besar dari rasa cintanya, dan ia merasa tidak pantas untuk Raisya, terlebih ia akan ke Jerman untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.
Ia tidak ingin melukai hati wanita itu lagi, maka setelah mengirimkan pesan yang tak tuntas itu, ia pun membuang nomornya dan berusaha menghapus rasa cintanya terhadap Raisya.
Kini takdir mempertemukannya kembali, Al yang tidak pernah bertanya dimana Raisya bekerja, lantas tertegun saat ia kembali ke Jakarta untuk meneruskan perusahaan papi, dan mencium kembali aroma parfum yang mengingatkannya pada wanita yang pernah ia cintai beberapa tahun lalu, aroma yang selalu membuatnya candu pada Raisya.
Awalnya ia mengira mungkin hanya kebetulan saja, sampai hari ini ia akhirnya menemukan kembali wanita pujaan hatinya itu, tapi tentu saja Raisya tidak mengenalinya dengan wajah baru dan nama aslinya.