Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuai tugas dan fungsinya. [2]
✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA
SETIAP TANGGAL, HARU, DAN WAKTU DENGAN
BAIK
✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA
✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN
MUNDUR)
^^^Selasa, 21 Juni 2023 (10.37)^^^
" Aaaaaaaa!!!!!!! "
Suara seorang gadis mengema di lorong sekolah, membuat beberapa kebisingan setelahnya, dengan alunan kaca yang pecah menghantam lantai.
Saat itu banyak siswa yang sudah berkerumun, mereka saling mengeliling depan lorong tempat susunan loker siswa, yakni di sebundaran gadis bernama Olivia yang telah terduduk kaku atas lantai.
Kedua tangan gadis itu penuh cairan merah yang kental, tubuhnya terdiam bergetar di atas porselen putih, dengan tatapan kosong dan cairan bening yang sudah menggenang basah di kelopak bawah matanya.
Bergegas Aslan dan Iefan datang, mereka mengubak dari balik kerumunan, cergas mendatangi Olivia di tengah yang terkulai trauma bersimbah darah.
Natha hanya bisa mengintip di sebalik keramaian, dia yang ikut menyusul tidak dapat melihat kejadian yang terjadi pada gadis cantik bernama Olivia tengah lingkaran insan.
Tubuhnya sebatas mampu mendengar lewat omongan siswa yang berjejer di depan, mereka bergumam mengatakan jika Olivia tampaknya baru saja di terror oleh seseorang.
Bersautkan punggung Aslan yang berjalan sambil mengendong Olivia ala brydal style lewat, dan seiring dengan kepergian Iefan menuju Unit Kesehatan Sekolah dari muntahan gerombolan siswa.
Tak sengaja sorot mata Natha dan Olivia saling bertemu di celah waktu, yang memberikan Natha tampilan arah mata Olivia, dengan warna trauma mendalam dan rasa takut yang berkoar.
Terlihat gadis yang mengerai rambutnya itu begitu lemas di hantui tekanan atas penemuan baru.
Beberapa murid mulai bubar setelahnya, sang korban sudah tidak berada di tempat, menyisakan Natha yang akhirnya sedikit demi sedikit dapat melihat peristiwa apa yang sebenarnya menimpa gadis yang mengaku sebagai temannya itu di sekolahan ini.
Banyak cairan merah yang bersimbah, bersumber dari sebuah kotak dalam loker, tampak sudah berantakan akibat terjatuh saat Olivia kaget menemukan.
Sialnya isi kotak itu rupanya sebuah jasad kucing, yang mati tanpa kepala di lantai. Kucing itu berwarna putih bersih, terlihat cukup gemuk dan terawat, mungkin pernah di pelihara seseorang dari tampilannya.
Sayangnya kucing itu harus mati menggenaskan hari ini, dijadikan sebagai bahan peneroran orang tak berperasaaan, hingga tega membunuh seekor hewan secara sadis.
Natha memperhatikan tubuh kucing tersebut, tak di sangka malah berhadapan dengan orang lain, yakni pria yang Natha temukan di dekat ruang cctv tadi seberang depan.
Pria itu menilik Natha dalam diam, baru disadari gadis tertuju ketika dia menoleh, bersautkan dengan senyuman yang Baron berikan terhadap Natha setelahnya.
Ya, pria yang Natha temui di dekat lokasi ruang cctv adalah Baron. Natha sempat terkejut, dia bingung selain membalas senyum, tapi akhirnya memilih untuk pergi duluan di antara mereka berdua.
Pasalnya di sana hanya tersisa sepasang insan itu, Natha pikir tak seharunya dia berlama-lama berada di lokasi kejadian, terlebih mengingat dia masih memiliki peristiwa pertemuan tadi siang bersama Baron.
Takutnya laki-laki itu akan melapor atau menyadari identitas Natha, karena tingkahnya yang cukup aneh mengintip ke ruang cctv, dan sekarang justru memperhatikan seksama sebuah mayat kucing.
Meninggalkan genggaman tangan samar dari Baron, yang mengamati langkah Natha dalam diam ketika gadis itu berlalu pergi.
^^^Rabu, 22 Juni 2022 (15.29)^^^
Langit sore berjingga-jingga mewarnai, mentari bulat mulai turun, tapi belum sembunyi di ufuk barat. Masih mau berkelahi dengan awam hitam yang memaksa mendominasi.
Hanya sedikit cahaya yang tersisa, sore hari yang seharusnya masih terang malah gelap. Hampir di kira sudah malam dan petang. Seakan senada dengan perasaan seorang gadis yang melangkah lesu menuju rumahnya.
Dia adalah Natha, kakinya lemas hendak memasuki rumah, menatap sejenak rak sepatu yang hampir kosong depan sisi kanan pintu. Hanya tersisa sebuah sendal jepit yang biasa Natha gunakan.
Tanpa keberadaan sepasang alas kaki kumuh yang hampir tak bisa di pakai yang dia harapkan, sampai di tambal menggunakan paku agar ujung tengahnya tidak putus.
Sendal itu adalah kepunyaan ibu, wanita paru baya yang melahirkan Natha tersebut begitu hemat, dia mengalah dengan sang anak agar gadis itu bisa membeli sepatu untuk sekolah, seperti yang Natha gunakan sekarang.
Sepatu itu berwarna putih, mungkin sudah cukup kumuh dan terbuka di ujung kanan dan kirinya akibat di tekuk ketika berjalan, wajar saja karena sudah di pakai selama beberapa tahun dari Natha masih Sekolah Menengah Atas hingga kuliah sekarang.
Tapi tetap saja Natha bersyukur masih memiliki sepatu, di bandingkan sepatunya dahulu yang sampai bolong dan basah ketika terlanjur menginjak genangan air ketika musim penghujan.
Sore ini Natha terdiam memperhatikan isi rumah, ibunya masih belum memiliki kabar, padahal sudah tiga hari berlalu.
Natha sempat bingung kemana perginya wanita berumur tersebut, jika berada di rumah temannya, apakah akan selama ini?
Begitu besarkah amarah ibu kali ini hingga dia tega meninggalkan Natha berhari-hari tanpa warta.
Makanan yang ada di rumah memang masih cukup untuk di konsumsi, dia juga bingung bagaimana ada beberapa stok pangan yang biasanya tidak pernah ibu beli karena hemat, kini malah tertata rapi di lemari dapur.
Apakah benar jika ibunya memang sengaja membeli dan menyiapkan simpanan makanan, karena dia sudah berencana untuk meninggalkan Natha selama beberapa hari yang cukup lama.
Jika iya bisakah Natha memilih menemui ibu dan bersujud kepada wanita itu saja, dia siap meminta maaf dengan apapun caranya, asalkan wanita itu mau pulang dan memaafkan dirinya.
Tak ada orang lain yang Natha punya di tempat ini, kerabat ataupun teman juga tidak dimiliki, jika ibunya kini memilih meninggalkan dia juga maka siapa lagi yang akan Natha miliki kelak.
Dia mampu bertahan sampai saat ini karena ibu, dia begitu nekat untuk kuliah juga karena ibu, sudah cukup hinaan dan cemooh yang orang-orang berikan terhadap ibunya.
Natha ingin menjadi orang terpandang, yang mampu menjadi tameng saat ibu di hina, dan menjadi ujung pisau untuk membunuh gunjingan orang.
Naasnya setelah kejadian hilang dan rusaknya handphone Natha dia tidak punya akses untuk menghubungi ibu.
Walau sempat di belikan oleh Aslan sebuah telepon genggam tadi siang, sebagai pengganti gawai miliknya yang hilang, usai Aslan menanyakan alasan Natha sampai nekat masuk ke gedung terbengkalai itu sendiri.
Tetapi Natha juga tiba-tiba buta terhadap ingatannya tentang semua jumlah nomor telepon milik ibu, alhasil tetap tak ada kesempatan dia untuk menghubungi ibu.
Gadis itu termasuk nekad menerima pemberian orang, dipikir Natha tidak ada cara lain untuk menganti telepon miliknya yang rusak, dia tak akan mampu untuk membeli kembali yang bekas sekalipun.
Makanya dengan niatan untuk menyicil sedikit demi sedikit kepada anak sekolahan itu, Natha menerima pemberian handphone dari Aslan.
Meski kebenarannya Aslan tidak meminta pembayaran sepeserpun, dia memang sengaja memberi Natha secara percuma.
Sruakkkkkk...
Suara hantaman cairan dari langit tiba-tiba menderas, jatuh menyerbu genteng dan sekitaran bumi bagiannya.
Cekatan Natha yang menyadari perubahan cuaca tersebut segera menutup jendela, bergegas menyelamatkan benda-benda yang tertinggal di luar rumah.
Termasuk jemuran yang tertata rapi bagian belakang tempat tinggalnya, hingga tak sengaja malah melirik robekan kertas yang mulai basah dan gosong dalam tong besi sudut halaman belakang.
Baju Natha dan ibunya reflek terlepas begitu saja dari tangan mungil gadis yang masih berpakaian anak Sekolah Menengah Atas Jaya Pura.
Menjatuhkan helaian pakaian wanita yang sudah usang milik ibu.Mulai basah di hantam derasnya hujan di sore itu.
Natha gelagapan meraih tumpukan kertas dalam tong, tangannya hitam di kenai arang dan abu. Tidak ada yang tersisa atau mampu di bawa mata.
Semua cara telah di lakukan, rintik-rintik rasa putus asa seolah ikut menghantui Natha. Hingga ketika petir luar mulai bersuara, ingatan kecil muncul di kolongan otak Natha, di hari yang sama saat hendak hujan seperti sekarang, tepat ketika Natha mau berangkat kuliah.
Dia sempat menuliskan catatan di kertas note warna merah muda, yang di tempelkan atas meja kamar ibu.
Bergegas gadis itu memasuki ruangan suram di belahan rumah, tidak ada lampu yang bisa di akses, tidak terfikir juga untuk menyalakan lampu lebih dahulu.
Natha sudah berhambur menghampiri meja di kamar sang ibu, mencari benda penting itu, tepat ketika kilatan petir masuk menusuk dari celah jendela kaca, ringkihan tangan Natha mulai menyentuh pelan sebuah kertas.
Jiwanya penuh rasa senang dan bergejolak ria. Tidak menyangka jiwa sekarang dia telah mendapatkan akses untuk mencari sang ibu.
Cepat Natha memasukan nomor tersebut ke handphone yang Aslan berikan, beruntung benda canggih itu juga sudah di isi kuota dan pulsa. Mencakup nomor yang menamai ketiga anak sekolahan tersebut pada daftar kontak.
Tutttt...... Tutttt..... Tuttttt......
Pikiran Natha karuan tidak tenang, gadis itu mengigit bibir bawahnya sambil menunggu. Cemas nomor ibu yang dia telpon tidak kujung di angkat meski sudah tersambung.
Hingga hampir 32 kalinya menelpon, alat komunikasi itu akhirnya memunculkan suara kecil insan di ujung sana. Yang membuahkan sentruman senang di hati Natha.
“ Hallo? “
^^^“ Hallo! ibu! Astaga, akhirnya ibu angkat telpon ku. “^^^
“ Hallo?? “
^^^“ Ibu, ibu dimana sih, ibu kok pergi ngga bilang-bilang. Ibu Natha tau kelakuan Natha salah kemarin malam, tapi ibu jangan ninggalin Natha kaya gini. Bu Natha minta maaf, Natha tau Natha salah besar. Ibu pulang yah, Natha minta maaf banget. “^^^
“ Maaf kamu siapa ya? “
^^^“ Ibu?? Ibu ini Natha, Natha pakai handphone baru. Maaf ya Bu, Natha bakal jelasin kemana perginya handphone Natha yang lama. Tapi Natha mohon ibu pulang dulu. Ibu dimana sih sekarang? Natha jemput! “^^^
“ Maaf ya nak, sepertinya kamu salah sambung. Saya bukan ibu kamu. “
...“ Ibu kenapa sih? Ini benaran nomor ibu dan Natha ngga bakalan salah ngenal suara ibu. “...
“ Maaf nak, kayanya kamu salah sambung. “
^^^“ Ib- “^^^
Tuttttt!!!!!!
“ -Buu! “
...~Bersambung~...
✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA
✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA
ILMU BAGI AKU