Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Siapa yang keberatan???"
"Kembali sana ke mejamu!!" titah Darren.
Riana pun kembali ke mejanya tanpa protes lagi.
Satu jam sebelum datang ke acara, Riana sudah mengambil pakaian Darren di lobi yang baru saja di antarkan oleh supir keluarganya, karena sebelumnya Riana memang sudah menghubunginya untuk membawakan pakaian Darren.
Tanpa protes lagi Darren pun segera mengganti pakaiannya tanpa curiga sedikit pun, lalu keduanya berangkat, dan karena Rama tidak ada, Darren lah yang mengemudi mobilnya saat ini, dengan Riana di sampingnya.
"Besok-besok aku akan menyuruh Rama untuk mengajarimu menyetir, jadi kalau dia sedang tidak ada, kamu yang akan menjadi supir." ucap Darren saat mobil mulai melaju meninggalkan perkantoran.
"Tapi, saya ini kan cuma sekertaris Pak. Saya nggak wajib bisa menyetir. Pekerjaan saya kan cuma di kantor dan mencatat jadwal Bapak, juga menemani Bapak saat ada meeting di luar."
"Sekertarisku harus bisa apa pun dan menguasai apa pun, termasuk mengendarai mobil."
"Termasuk bisa mengalahkan kekayaan Bapak suatu saat nanti." Entah kenapa Riana bicara seperti itu.
Padahal Darren ini termasuk Bos yang galak, tapi Riana terkadang membantahnya jika tak sejalan dengan otaknya. Beruntungnya meski galak, tapi Darren tidak pernah berbuat di luar keprimanusiaan.
Meski tingkahnya, yaaa memang selalu bikin naik darah.
"Jangan mimpi, kamu itu cuma seupil bagi saya."
Riana tak lagi membantah, lalu tak terjadi lagi perbincangan di antara mereka, karena Darren kini fokus menyetir.
Beberapa saat kemudian Darren pun sampai di hotel tempat Bu Windy mengadakan acara makan malam, meski Darren sendiri belum mengetahui jika Riana berbohong padanya.
Saat ia masuk ke restoran, Darren melihat Maminya tersenyum manis dan juga ada beberapa orang yang tak di kenal Darren ada di sana.
Darren pun sadar jika Riana dan Maminya sedang sekongkol. Darren pun segera menengok ke arah belakang, berniat untuk memarahi Riana.
Tapi, Riana sudah tak ada lagi di belakangnya, padahal saat ia masuk ke dalam, Riana masih mengikutinya dan saat ini Riana bagai debu yang tertiup angin, hilang tak berbekas.
Darren ingin menghindar, tapi tidak mungkin, dia sudah berada di sini, dan mau tidak mau ia pun melanjutkan langkahnya dan ikut bergabung bersama yang lainnya yang ada di sana.
Darren duduk berhadapan dengan seorang wanita berhijab panjang dengan paras yang cukup manis, yang selalu menundukkan pandangannya. Terlihat jika dia adalah wanita baik-baik.
"Darren dia adalah Amira Khoerunisa, dia adalah wanita yang Mami pilihkan untuk menjadi istrimu dan juga Mama untuk Nadia. Kalian nggak harus memberikan keputusan kalian malam ini, kami sepakat untuk memberi kalian kesempatan mengenal satu sama lain, agar kedepannya kalian bisa memutuskan yang terbaik untuk kalian. Kami tidak akan memaksa, tapi kami berharap kalian bisa cocok satu sama lain," jelas Bu Windy.
Darren tersenyum kepada semua orang termasuk wanita yang saat ini ada di hadapannya yang terkadang diam-diam mencuri pandang padanya.
Darren menarik napas panjang, untuk pertama kalinya selama beberapa tahun ia menyetujui permintaan Maminya untuk berkenalan dengan seorang wanita. Sejak malam Riana datang ke rumahnya, Darren sadar jika Nadia membutuhkan sosok seorang Mama, dan kali ini Darren memutuskan untuk mencoba berdamai dengan hati demi keponakannya dan juga Maminya.
Ya keponakan, Nadia sebenarnya adalah keponakan Darren, anak dari Almarhum Kakaknya yang telah meninggal dalam sebuah kecelakan bersama istrinya dan hanya Nadia yang masih bayi, yang selamat dari kecelakaan itu.
Sejak saat itu, Darren berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi sosok Ayah pengganti bagi Nadia.
Meski saat ini Darren merasa sulit untuk kembali mencintai, tapi bukankah cinta datang karena terbiasa, dan Darren akan belajar untuk terbiasa mulai dari sekarang demi Nadia.
***
Sementara itu di kantor, Jihan mengeluarkan sebuah benda pipih dari dalam tasnya, dan memberikannya kepada Rendi.
"Apa ini??" Rendi bertanya heran, meski ia tahu benda apa yang di sodorkan di hadapannya.
"Aku udah telat dua minggu, dan saat aku coba cek, ternyata itu hasilnya." jawab Jihan.
"Apa!!! Ti-tidak mungkin. Kita selalu memakai pengaman saat melakukannya, jadi aku yakin kamu nggak mungkin hamil!!!" ucap Rendi dengan memekik kaget.
"Saat itu kamu sedang mabuk Mas, dan kita melakukannya tanpa pengaman."
Rendi kembali duduk dan meremas rambutnya frustasi.
"Kalau kamu tidak menginginkannya maka aku akan menggugurkannya, dan aku pun akan pergi selamanya dari hidupmu, Mas." Jihan menunduk sendu, dan Rendi pun seketika menghampirinya karena tak tega melihat wanita yang di cintainya menangis.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang??" tanya Rendi bingung.
"Kita harus menikah sebelum perut aku membesar Mas. Aku nggak mungkin membawa perut besar tanpa status yang jelas."
"Tapi, aku belum bercerai dari Riana, Han." Rendi kebingungan.
"Pria bisa memiliki dua istri Mas. Lagi pula bukankah kamu tidak lagi mencintai Riana, dan akan menceraikannya jika saatnya tiba.
"Iya, tapi nggak semudah itu. Mama sangat menyukai Riana, dan aku yakin Ibu adalah orang pertama yang akan menentang perceraianku dengan Riana. Karena Riana menantu kesayangannya," jelas Rendi.
"Ya sudah kalau begitu, aku gugurin aja bayi ini. Lagi pula Ayahnya juga tidak mau menerimanya," jawab Jihan dengan wajah kecewa.
"Jihan, kamu ngomong apa sih!! Jangan berfikiran macam-macam. Secepatnya aku akan cari solusi untuk kita berdua."
"Iya tapi jangan lama-lama Mas, aku takut kalau kelamaan, orang-orang akan tau."
"Iya sayang... Secepatnya aku akan cari solusi untuk kita berdua. Lagi pula, aku sangat mencintaimu. Aku akan melakukan yang terbaik untukmu." Rendi mengecup kening Jihan.
"Terima kasih Mas. Aku nggak salah mencintai kamu, karena kamu memang pilihan terbaik untukku."
***
Setelah beberapa hari berfikir cukup keras, akhirnya Rendi membawa Jihan ke rumah Ibunya untuk menjelaskan semua yang terjadi.
"Kamu siap kan??" Tanya Rendi sembari menggenggam tangan Jihan.
"I-iya Mas, cuma ... Aku agak takut sama Mama kamu. Terakhir kita ketemu kamu, Mamanya Mas sempet ngancem aku." jawab Jihan.
"Mungkin Mama akan sangat marah, tapi aku yakin saat Mama tau kamu mengandung cucunya, Mama akan menerima kamu lagi. Dan aku yakin Mama akan cepat sayang sama kamu, karena kamu lebih segalanya dari pada Riana" ucap Rendi lagi.
Rendi pun berjalan lebih dulu saat ia sudah hampir sampai di depan pintu Mamanya. Sedangkan Jihan di belakang dengan jantung yang mulai berdebar.
Untuk pertama kalinya Jihan menguatkan hatinya untuk bertemu dengan Mamanya Rendi, setelah sebelumnya sempat bertemu dan mengalami momen yang buruk.
Tapi sebisa mungkin ia harus bertahan dan siap mental untuk bertemu calon mertuanya.
Rendi pun mengetuk pintu setelah sebelumnya mengucapkan salam, tak lama gagang pintu pun bergerak dan pintu perlahan terbuka.
"Rendi, kamu kesini??" tanya Bu Ajeng heran, karena Rendi datang tapi tidak mengabarinya, biasanya Rendi akan berkabar pada Mamanya jika ia hendak datang ke rumah.
"Iya Ma. Apa tidak boleh??"
"Maksud Mama, kenapa kamu kesini nggak bilang-bilang. Kok tumben, biasanya selalu berkabar," jawab Bu Ajeng.
"Lagi pengen aja Ma. Apa aku boleh masuk??" tanya Rendi lagi.
"Kamu kenapa jadi aneh sih hari ini?? Biasanya juga kamu langsung aja nyelonong masuk, nggak pake ijin dulu." Bu Ajeng semakin heran.
********
********
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur