Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Di dalam mobil Anna memakai cincin berlian yang baru saja dia beli. Dia sengaja memamerkan jari tanganya di hadapan Lisa. Anna juga memamerkan tas branded yang dia beli.
"Sayang banget kurang banyak belinya. Besok aku beli lagi saja," gumam Anna.
Lisa mengepal geram akan Anna. Dia berdecak kesal. Lisa merasa iri pada Anna. "Sok pamer!"
Anna tersenyum sinis. "Kamu iri?"
"Untuk apa aku iri. Kamu memang lebih segala-segalanya. Tapi sayang, kamu itu mandul," ejek Lisa.
"Jaga bicaramu Lisa!" bentak Dimas.
Anna mengepal geram pada Lisa. Dengan terang-terangan Lisa menghinanya. Anna menarik rambut Lisa dengan kuat. Dimas jelas kaget akan hal itu.
Dimas menepikan mobilnya. Dia berusaha untuk melerai perkelahian istri tua dan istri mudanya. Lisa meringis sakit karna tarikan Anna.
"Ann ... lepaskan Lisa. Kasihan dia," ucap Dimas memelas.
"Dimas ... rambutku sakit," lirih Lisa.
"Berani sekali kamu menghinaku. Kamu memang pantas di perlakukan begini," sarkas Anna.
"Anna ... dia sedang hamil. Jangan bertingkah bar-bar," tegas Dimas.
Anna melepas tanganya dari rambut Lisa. Dimas bernapas lega akhirnya Anna melepas Lisa. Namun Lisa tidak terima begitu saja. Anna yang duduk di depan sangat mudah untuk Lisa membalasnya.
Lisa menarik rambut Anna dari belakang. Dimas mendelik akan perbuatan Lisa. Dia merasa pusing sendiri akan tingkah dari keduanya.
"Lisa ... lepaskan tanganmu dari Anna. Jangan membalas Anna. Kamu akan menyesal," pekik Dimas.
"Dia sudah menarik rambutku. Aku akan membalasnya," pekik Lisa.
Anna mencakar lengan tangan Lisa. Sontak Lisa melepas cengkraman tangan dari rambut Anna. Dia meringis sakit akan cakaran itu. Anna tidak tinggal diam, dia mengangkat tubuhnya menjorok ke belakang. Anna mencakar pipi Lisa.
Pipi Lisa tergores luka akibat kuku panjang Anna. Dimas mengusap wajahnya kasar. Anna bersedekap puas karna bisa melukai Lisa. Masa bodoh Lisa sedang mengandung. Yang jelas Anna akan membalas siapa pun yang menyakitinya.
Lisa memegang luka akibat kuku Anna. Dia mengeluarkan air mata. "Keterlaluan kamu Anna. Tega sekali kamu melukai wajahku."
Anna memutar mata malas. "Kamu sendiri yang cari masalah denganku."
Lisa melirik Dimas, dia juga kesal pada suaminya itu. Dimas tidak ada sama sekali memarahi Anna. Dimas hanya mengeleng melihat kelakuan dua istrinya.
"Dimas ... marahi Anna. Dia membuat wajahku cacat," rengek Lisa.
"Aku sudah bilang tadi. Jangan membalas Anna. Dia jago berkelahi, kamu akan kalah dalam hal itu," tutur Dimas.
Anna membereskan barang belanjaan miliknya. Dia ingin pulang sendiri ke rumah. Jika satu mobil lagi. Lisa pasti akan membalas mencakar wajahnya.
"Dimas ... aku pulang sendiri saja." Anna beralih menatap Lisa. "Semoga saja Dimas punya banyak uang. Lihat ... wajahmu terluka. Julukan kamu bukan lagi pelakor tapi si buruk rupa."
Anna membuka pintu mobil. Dia keluar lalu menutup pintu mobil dengan keras. Dimas hanya mengeleng saja. Lagi-lagi rencana membuat akur kedua istrinya gagal. Anna menghentinya taksi dan berlalu dari sana.
Lisa beralih duduk ke depan. Dimas meraih wajah Lisa. Dia melihat luka yang di berikan Anna. Luka itu tidak parah, Anna hanya mengoresnya saja. Kecuali luka di tangan Lisa. Luka itu sampai mengeluarkan darah.
Anna memang hanya memberi goresan saja di wajah Lisa. Dia juga tidak mau membuat wajah Lisa menjadi cacat. Dia sengaja mengatakan kata-kata buruk rupa hanya untuk membuat Lisa takut.
Sejak sekolah Anna memang di kenal jago berkelahi. Siswa yang mengenal Anna tidak berani untuk menganggunya. Hanya dengan Dimas saja Anna menjadi luluh.
Taksi berhenti tepat di depan perkarangan rumah. Anna keluar dan tidak lupa membayar ongkos taksi. Anna melangkah berjalan masuk ke dalam rumah.
Anna merebahkan dirinya di kursi sofa. Dia sangat lelah hari ini. Anna lelah hati, pikiran dan tenaga. Anna meraih ponselnya di dalam tas. Ada banyak sekali chat dan panggilan telepon dari Rey.
"Baru pulang!" Rey tiba-tiba berdiri di depan pintu rumah.
Anna terlonjak kaget mendengar suara Rey. Dia menelan ludah saat melihat tatapan tajam dari Reyhan. Anna sudah berpikir kalau Rey akan marah karna menghabiskan uangnya.
Anna terbata-bata. "Rey ... a-aku-"
Rey mengangkat satu tangannya agar Anna diam. Dia menghampiri Anna yang berdiri di samping sofa. Rey meraih tengkuk leher Anna dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir manis itu.
"Kenapa tidak membalas pesan dan panggilan telepon dariku?" tanya Rey.
"Aku habis dari jalan-jalan," jawab Anna.
"Apa tidak bisa membalas pesan dariku?" Rey sedikit kesal akan hal itu. Dia tahu Anna dari jalan-jalan. Dia juga tahu Anna habis berbelanja.
"Aku pergi bersama Dimas," kata Anna.
Rey melepas pelukannya dari Anna. Dia mengusap wajahnya. Rey lupa kalau kekasihnya bukanlah wanita single. Melainkan wanita bersuami.
Anna begitu gugup untuk bicara. Dia takut Rey akan marah. Anna sudah banyak menghabiskan uang Reyhan.
"Rey ... maaf sebelumnya. Aku memakai uangmu untuk belanja," ucap Anna.
Rey memberi tatapan tajam. Anna menunduk mengengam tangannya. Anna kaget karna Rey bukan marah tapi malah tertawa.
"Hahaha ... wajah takutmu lucu sekali," ledek Reyhan.
Anna tertegun melihat Rey tertawa. Memangnya apa yang lucu. Dia memang takut karna telah memakai uang Reyhan.
"Kamu tidak marah?" tanya Anna.
Rey mengeleng. "Aku sudah tahu kamu belanja. Pakai saja kartu itu sepuasmu. Aku sudah memberikannya untukmu."
"Aku merasa tidak enak. Aku memakainya karna ingin pamer pada Lisa dan Dimas," lirih Anna.
Reyhan menepuk-nepuk pangkuannya agar Anna duduk. Anna duduk di pangkuan Rey. Dia mengalungkan tangannya di leher Reyhan.
"Pakai saja ... aku tidak akan marah," ucap Rey.
Rey mencium bibir Anna. Mereka saling berciuman. Ciuman itu lama-lama menjadi memanas. Rey melepas pagutannya. Keduanya saling menatap. Napas mereka sudah memburu seolah menginginkan lebih.
Tahan Rey ... wanita di depanmu bukan wanita biasa. Jadikan dulu dia milikmu, batin Rey.
Aku sangat menginginkannya. Andai Rey adalah Dimas," batin Anna.
Entah kenapa Reyhan harus menahan hasratnya untuk menyentuh Anna. Dia ingin memperlakukan Anna seperti kekasih yang sebenarnya. Dia ingin hubungan yang mereka jalin benar adanya.
Anna sangat menginginkan sentuhan. Ciuman Rey sungguh membangkitkan gairahnya. Pria di depannya ini benar-benar bahaya. Jantung Anna berdegup kencang saat bersama Rey.
Rey dan Anna kembali berciuman. Anna menahan tengkuk Rey agar memperdalam ciuman mereka. Rey memeluk erat pinggang Anna.
"Kamu sudah menghabiskan waktu bersama suamimu. Sekarang ... waktunya kamu denganku," ucap Rey.
Anna mengangguk. "Baik ... aku akan bersamamu!"
Mereka kembali menyatukan bibir. Rey melahap bibir Anna dengan rakus. Anna kewalahan mengimbangi permainan Reyhan. Sebagai pemain wanita tentu saja Rey sangat ahli dalam hal ini.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.