DEWA PENGHANCUR

Setelah mendengar penjelasan dari prajuritnya, tubuh Ye Chen menegang dan tatapannya kosong. Ia tidak percaya jika wanitanya telah mengalami penderitaan dan perlakuan yang tidak adil selama belasan tahun. Hati Ye Chen hancur berkeping-keping, segala prestasinya selama ini menjadi tidak berguna, ia merasa telah melakukan kesalahan yang sangat fatal dalam hidupnya. Putra yang dilahirkan dan dibesarkan oleh Xiao Nie seharusnya adalah darah dagingnya sendiri.

Memikirkan hal ini perasaan Ye Chen sangat kacau, dalam aspek tertentu ia sangat membenci Klan Xiao namun dalam aspek lainnya ia juga menyalahkan dirinya sendiri yang mengabaikan banyak hal selama ini.

"Selain itu ada kabar yang lebih mengkhawatirkan, orang-orang dari kelompok Xigua telah bergerak ke Kota Xinjiang. Mereka sedang menyusun rencana bersama beberapa keluarga besar untuk menghancurkan Klan Xiao, sepertinya Klan Xiao telah menarik minat kelompok Xigua" ucap prajurit kepercayaannya itu.

"Apa?" ekspresi Ye Chen terlihat lebih serius.

Walau bagaimanapun kelompok Xigua adalah kelompok pemberontak yang selama ini tengah diburu oleh pasukan Kekaisaran, meski keberadaan pemimpinnya belum diketahui namun perekrutan para pendekar ahli masih terus berlangsung dibawah pimpinan Liu Cing Cai yang merupakan tangan kanan Kai Chenlong.

"Hanya saja saya belum mengetahui maksud dan tujuan mereka, berita ini sangat tertutup. Namun ada kabar jika pimpinan mereka yang bernama Kai Chenlong telah bangkit, mereka akan melakukan aksi serupa seperti sebelumnya" prajurit tersebut kembali berkata, namun ia terlihat lebih berhati-hati.

"Huh....!"

Ye Chen menghela napas panjang, pikirannya semakin tak karuan. Informasi tentang Klan Xiao dan juga keberadaan kelompok Xigua sangat mengejutkan baginya, apalagi keduanya berada di Kota yang sama, tempat dirinya dilahirkan dan dibesarkan di masa lalu.

"Besok pagi-pagi sekali aku akan ke Xinjiang" ucap Ye Chen dengan tegas, tatapan matanya penuh tekad.

"Baik komandan" jawab prajurit kepercayaan Ye Chen tersebut, ia jelas sangat mengerti kondisi orang di dekatnya itu.

Kemudian prajurit tersebut pergi, sebagai seorang yang melayani Ye Chen ia segera menyiapkan segala kebutuhan untuk perjalanan besok. Prajurit itu tidak sekedar prajurit biasa, mereka sudah seperti saudara dan memiliki nilai persahabatan khusus. Dalam pelaksanaan tugas mereka terlihat formal, namun saat dalam menjalankan misi atau hal tertentu mereka terlihat lebih santai.

Qin Chenyu merupakan orang kepercayaan Ye Chen, sebelumnya ia adalah kepala desa di sebuah desa kecil. Dirinya terkena wajib militer karena kondisi wilayah selatan sepuluh tahun lalu sedang dalam kekacauan. Hal itu juga tidak terlepas dengan ulah Kai Chenlong dengan kelompoknya Xigua, mereka melakukan pemberontakan hingga menyerang Istana Kekaisaran di Kota Qinghai.

Ye Chen yang menjadi Dewa Perang Wilayah Selatan selama satu dekade terakhir tidak dapat mengetahui apa pun tentang kabar ataupun keberadaan Xiao Nie dan putranya itu. Sekarang setelah Qin Chenyu memberitahunya informasi tentang situasi Klan Xiao saat ini, Ye Chen mendapati dirinya merasa cemas tentang keselamatan orang yang ia cintai itu.

Tersesat dalam pikirannya yang mengkhawatirkan Xiao Nie dan juga putranya, Ye Chen ingin segera meninggalkan pencapaiannya selama ini dalam upaya melindungi keamanan wilayah selatan. Dia akhirnya kembali tersadarkan setelah mendapat beberapa pengingat dari Qin Chenyu.

Ye Chen merasa gelisah sepanjang malam, ia kembali ke kamarnya di kamp pasukan pada malam hari. Dia berjalan mondar-mandir saat rasa rindu yang dibalut rasa pilu yang terus menyiksa dan membanjiri seluruh ingatannya.

"Betapa bodohnya aku yang telah membiarkan mu menghadapi ini sendiri !" hati Ye Chen benar-benar terluka, ia menitikkan air mata tanpa sadar.

Mau bagaimana pun juga ia dan Xiao Nie telah melewati banyak hal, pernah mengikat sumpah setia dengan langit dan bumi sebagai saksi serta menyulam janji dalam sehidup semati. Alasan utama Ye Chen tampil perkasa di medan peperangan karena ia harus tetap hidup, demi sumpahnya pada Xiao Nie di masa lalu.

Pada akhirnya Ye Chen tidak tidak peduli akan hal-hal dimana dirinya dihormati dan disegani oleh banyak orang, kini ia merenungi kelemahan serta dosa besar yang kini menghantuinya, kelemahan terbesarnya adalah wanita yang menjadi pujaan hatinya, Xiao Nie kini menderita selama belasan tahun.

Ye Chen adalah satu-satunya harapan bagi Patriark Ye Chou dan merupakan anak laki-laki satu-satunya dari garis keluarga Patriark. Ye Chen adalah orang yang sangat berbakat. Dia meninggalkan rumah pada usia muda ketika Klan Ye sedang berada dalam dilema, memaksakan Ye Chen dalam hubungan pernikahan yang tidak ia inginkan. Dia pergi dari Kota Xinjiang yang menjadi masa depannya di dalam Klan Ye karena alasan ini, tetapi sekarang ia akan kembali dan menebus kesalahannya di masa lalu.

Hari pun berganti, pagi-pagi sekali Ye Chen dan Qin Chenyu beranjak pergi meninggalkan kamp pasukan penjaga wilayah selatan. Kepergiannya cukup dirahasiakan, hanya beberapa orang saja yang tahu demi mencegah kebocoran informasi yang akan menyebabkan lemahnya pertahanan prajurit kamp wilayah selatan setelah ditinggalkan Dewa Perang mereka.

Ye Chen akhirnya pergi meninggalkan bersama Qin Chenyu dan meninggalkan semua prestasinya di medan pertempuran. Bersama Qin Chenyu ia bergerak cepat menuju Klan Xiao, ada perasaan rindu tak terbendung yang akhirnya harus ia tuntaskan.

Di Tanah Terlarang Klan Xiao...

Dada Xiao Chen menegang dan jantungnya berdetak lebih cepat setelah ia berhasil menyerap seluruh inti api emas yang berada di dalam dantiannya. Kini tidak hanya kekuatannya yang telah meningkat, ia juga memiliki pemahaman tentang teknik-teknik beladiri yang ditinggalkan oleh jiwa Dewa penghancur.

Kini Xiao Chen bisa dikatakan sangat beruntung, di bawah hukuman dan jebakan yang ia alami ada keberuntungan yang ia dapatkan. Xiao Chen juga tidak peduli tentang dirinya yang telah diasingkan ke tanah terlarang Klan Xiao. Dengan kekuatan yang sangat besar yang berada di dalam tubuhnya, ia dapat membalaskan sakit hatinya kepada orang-orang Klan Xiao, dan kini ia mulai menata rencana di dalam otaknya.

Hal pertama yang ingin ia lakukan adalah membalas rasa sakit hati terhadap Klan Xiao, ia ingin memberi ibunya keadilan dari penindasan yang terjadi selama bertahun-tahun. Xiao Chen juga ingin membawa ibunya keluar dari Klan Xiao, memulai kehidupan baru di lingkungan yang baru juga.

Xiao Chen menarik napas dalam-dalam setelah membuka matanya, jika selama di dalam lautan kesadarannya ia berlatih berbagai teknik beladiri kini ia sudah bangkit dari keadaan yang menyedihkan. Entah kenapa ia merasa jika teknik yang ia pelajari sangat berbeda dengan keahlian keluarga Xiao yang berkonsentrasi pada jurus tangan kosong. Jurus eksklusif yang kini dimiliki oleh Xiao Chen adalah teknik berpedang, serta langkah bayangan dalam meringankan tubuh.