DEWA PENGHANCUR
Salam Fantim....
Hai readers, bijaklah dalam membaca dan jaga waktu bersama keluarga dengan baik...🙏🙏
***************************************************
Suatu hari di awal musim gugur, dimana tempat-tempat yang biasanya sangat panas saat musim panas dan sangat dingin pada musim semi, kini dalam satu bulan ke depan berada dalam kondisi cuaca yang ideal. Pemandangan alam Kota Xinjiang pun begitu hangat dengan pepohonan yang mulai menampilkan warna kuning, oranye, dan kemerahan.
Saat siang hari seorang remaja yang beranjak dewasa sedang menyapu di bawah pohon Ginkgo dan beberapa pohon maple, luasnya pekarangan yang ditumbuhi pepohonan tersebut membuat pemuda itu tampak kelelahan. Tidak ada yang memperhatikan pemuda tersebut, setiap orang yang berlalu lalang di Klan Xiao sudah terbiasa mengacuhkannya dan menganggap dirinya bukan siapa-siapa.
Tanah di kediaman Keluarga Xiao terlihat luas, sebagai klan yang terkenal keluarga Xiao telah berdiri selama ribuan tahun dan memiliki sejarah yang kuat semenjak Kota Xinjiang terbentuk.
Seorang pemuda bernama Xiao Chen duduk bersandar di bawah pohon Ginkgo, tubuhnya yang kurus tidak dapat menutupi batang pohon yang berdiri tegak. Ia terlihat menyeka peluh, sesekali wajahnya terlihat meringis menahan sakit namun ada senyum tersirat seolah hal itu bukanlah apa-apa.
Sebagian besar cahaya matahari di siang ini bersinar lembut seolah merasa simpati terhadap pemuda tersebut. Sambil beristirahat dia diam-diam mengeluarkan sebuah salinan buku yang ia tulis sendiri secara diam-diam saat malam hari. Buku itu merupakan teknik kultivasi dan juga beberapa teknik beladiri yang ia hafal saat membersihkan perpustakaan.
Meski ia dikucilkan dan dianggap bodoh, tidak ada yang mengetahui jika Xiao Chen memiliki bakat membaca dan menulis di atas rata-rata. Pada umumnya anak-anak Klan Xiao mendapatkan pelajaran membaca dan menulis sejak usia dini, hanya Xiao Chen yang tidak mendapatkan hak pendidikan yang seharusnya ia terima layaknya anak-anak Klan Xiao lainnya. Ketidakadilan ini ia terima dengan lapang, namun secara diam-diam ibunya mengajarkan menulis dan membaca dengan baik. Ditambah bakat menghapal yang dimiliki Xiao Chen membuatnya berkembang jauh tanpa terdeteksi oleh orang lain.
Sejak Xiao Chen kecil ibunya yang bernama Xiao Nie mendidik Xiao Chen dengan baik, ibunya seolah menyiapkan Xiao Chen untuk menjadi seorang sarjana. Meski mereka berdua tinggal di gubuk yang merupakan gudang terbengkalai, Xiao Chen tumbuh dengan cepat di bawah keprihatinan. Meski kekurangan sumberdaya, hal itu membuat pikiran Xiao Chen bekerja lebih keras daripada anak-anak Klan Xiao yang memiliki beragam fasilitas serta layanan dari para pelayan.
Xiao Chen kini telah tumbuh menjadi seorang remaja yang beranjak dewasa, bertubuh kurus memiliki tinggi rata-rata dengan pemuda seusianya. Dia juga tidak dapat dibilang tidak menarik, jika diperhatikan secara lebih detail ia memiliki wajah yang tampan dengan lesung pipinya. Hanya saja kelebihannya itu seperti tersembunyi dibalik rambut panjangnya yang sering tidak terurus.
Xiao Chen juga memiliki temperamen yang sangat pendiam, dari kecil ia tidak banyak bercengkrama dengan orang lain. Selain dengan ibunya ia tidak memiliki teman di keluarga Xiao, semua membencinya hanya karena ia tidak memiliki seorang ayah. Sepanjang waktu, dari ia masih kecil hingga kini ia berusia delapan belas tahun, ketidakadilan selalu menyertai jalan hidupnya.
Sebagai anak laki-laki ia lebih banyak mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh perempuan, ia tidak diberikan kesempatan untuk belajar beladiri seperti anak-anak di Klan Xiao lainnya. Selain itu fisiknya yang terlihat lemah dan seperti orang sakit itu tidak ada yang membuat para Tetua tertarik kepadanya. Seluruh orang di Klan Xiao hanya tahu jika Xiao Chen hanyalah aib dan tidak berhak mendapatkan kehidupan yang layak. Adapun hidupnya kali ini bisa dianggap karena belas kasih anggota Klan Xiao lainnya, ia bekerja seperti budak pada umumnya.
Xiao Chen bertahan hidup dengan keras di Klan keluarga ibunya sendiri, ibunya sakit-sakitan sejak Xiao Chen berusia lima belas tahun. Penyakit dalam ibunya semakin parah selama tiga tahun belakangan, tidak ada yang mempedulikan keadaan ini sama sekali. Sejak kecil Xiao Chen rela dipukuli setiap hari demi sekedar menyenangkan hati anak-anak Klan Xiao, selama mereka senang maka Xiao Chen akan mendapatkan upah berupa makanan atau buah-buahan yang akan ia berikan untuk ibunya.
Setiap kali ia selesai dipukuli maka ia akan merasakan energi di dalam tubuhnya berfluktuasi dan mengembang. Mulanya ia tidak mengerti, karena rasa sakit dan keadaan yang berulang ia terus bertahan dan membuat tekad. Ketika ia berumur tujuh tahun hal ini semakin sering terjadi dan setiap memulihkan cidera di tubuhnya tanpa obat-obatan berarti, ia hanya mengandalkan beberapa jenis dedaunan secara acak.
Luka lebam yang ia terima semakin cepat pulih dengan bantuan energi internal yang tidak ia mengerti saat itu, namun jika orang lain tahu maka semua orang akan muntah darah. Xiao Chen sudah mampu merasakan energi Qi dan juga membentuk energi vitalitas pada usianya yang masih anak-anak. Perlu diketahui jika energi vitalitas adalah energi yang sangat dibutuhkan oleh kultivator untuk bertahan hidup, meskipun ia sekarat selama masih ada energi tersebut di dalam tubuhnya maka ia akan tetap bertahan sampai dengan tindakan penyelamatan lainnya.
Bahkan di Klan Xiao, mereka yang mampu memasuki kondisi seperti Xiao Chen umumnya berusia tiga belas tahun yang disebut memasuki masa Pemurnian Daging atau istilah lainnya memasuki ranah Pendekar Perunggu. Tetapi mereka tetap belum bisa membentuk energi vitalitas, keadaan ini baru bisa dilakukan jika seseorang setidaknya sudah berada di Ranah Pendekar Emas.
Energi yang ada di dalam tubuh Xiao Chen terbentuk bukan karena bantuan sumberdaya, melainkan energi internal yang murni terbentuk dari dalam dirinya karena keinginan yang kuat untuk sembuh. Sugesti ini selalu tertanam di dalam dirinya, ia harus selalu kuat dan bisa bertahan hidup demi membahagiakan ibunya. Ia hanya punya seorang ibu yang merupakan segalanya dalam kehidupan Xiao Chen.
Ada perbedaan mencolok yang harus digarisbawahi di dunia kultivator, energi Qi bisa dibedakan menjadi dua berdasarkan sumbernya. Energi internal dan eksternal, energi internal berasal dari dalam tubuh dan pada awal pembentukannya sangat sulit sekali. Hal ini juga bisa berlaku kepada seorang kultivator yang sedang menghadapi pertarungan hidup dan mati, rasa ingin hidup yang tinggi akan mendobrak rasa putus asa yang akhirnya melahirkan energi terbarukan dari dalam tubuhnya yang berada di luar nalar serta kendali pikirannya. Namun energi internal juga bisa dirangsang dengan cara meminum pil atau ramuan khusus, tetapi sayangnya hal itu dapat menyebabkan tumpukan atau endapan di dalam tubuh.
Sedangkan energi eksternal bersumber dari esensi alam ataupun dari benda-benda pusaka, tubuh akan menyerap energi tersebut melalui proses yang dinamakan dengan teknik kultivasi. Semakin bagus teknik kultivasi, maka semakin banyak dan cepat seorang kultivator untuk menyerap energi Qi ke dalam tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Wan Trado
congrats 👍👍
2024-10-16
0
Tiwi
k
2024-10-09
0
Yurika23
aku mampir ya Thor...ini othor suhu nih...udah juara...kasih tipsnya dong Thor buat yg junior nih..
oiya support karyaku juga yah...
2024-10-05
0