Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Tempat Tinggal Fariz
"Maaf, mobilku tadi tiba-tiba mogok. Jadi aku ikut kalian saja. Kemana pun kalian pergi, aku akan menurut dan tidak akan membuat ulah." jelas Dani memberi senyum termanisnya.
"Kamu gila? Hah!?." tukas Wilda kesal.
"Sudahlah Wil, tidak ada waktu untuk berdebat. Itu mobil incaranmu sudah mulai jalan. Kamu mau mengikutinya atau tidak?." tegur Susi sambil menunjuk mobil Fariz yang mulai melaju.
Wilda memutar kepala melihat ke arah mobil Fariz.
"Ikuti Fariz." pinta Wilda cepat.
Susi pun menjalankan kendaraannya dengan menjaga jarak untuk tidak terlalu dekat dengan kendaraan Fariz.
Dani tersenyum lega karena berhasil ikut di mobil Susi tanpa diketahui kedua gadis itu kalau sebenarnya dia memiliki misi tersendiri. Sepanjang perjalanan Dani tersenyum senang karena sebentar lagi dia akan mendapatkan alamat tempat tinggal Fariz.
Tak lama kemudian Fariz berhenti di depan apartement yang juga menjadi tempat tinggal Susi.
"Ayo cepat!." Wilda keluar dari mobil yang disusul Susi.
Dani tidak mau ketinggalan bergegas menyusul kedua gadis tersebut.
"Hei, namaku Dani. Kalian belum memperkenalkan nama kalian padaku." ucap Dani di sela-sela langkah mereka mengikuti Fariz dari parkir ke lobby apartement.
"Astaga! Makhluk ini masih saja mengikuti kita, Sus! Apa dia sudah kehilangan urat malunya? Bisa-bisanya dari tadi ngintil saja kerjanya! Dasar pria sinting!." sewot Wilda sambil terus mengikuti Fariz.
"Sudahlah Wil, biarkan saja. Tidak perlu diambil pusing. Selama dia tidak mengganggu, kan tidak masalah. Kamu mau fokus mengikuti Fariz atau mau fokus pada dia?." Susi menyadarkan Wilda yang membuat Wilda berdecak kesal.
"Dari tadi kamu menyebutnya Wil, Wil. Siapa namanya? Kiwil?." Dani menoleh pada Susi, mempertanyakan nama gadis cantik tetapi menyeramkan itu.
Sontak ketawa Susi pecah. Sedari tadi dia ingin tertawa melihat kelakuan serta ucapan pria yang tidak dikenal ini tetapi dia mencoba menahannya. Baginya tingkah Dani cukup lucu, bisa mencairkan suasana yang kaku.
Wilda makin emosi mendengar namanya diubah seenaknya oleh pria yang sama sekali tidak dia kenal.
"Enak saja kamu memanggilku Kiwil. Kamu tidak bisa melihat, aku perempuan kan? Punya mata digunakan atau kamu tutup saja matamu dengan perban biar tidak bisa melihat sekalian!." sembur Wilda sadis, menoleh sesaat pasang Dani menatap tajam seakan ingin menerkamnya.
Susi yang mendengar perkataan Wilda benar-benar tidak dapat menahan tawanya lagi.
"Sudah, sudah. Kalian berdua ini dari tadi ribut saja kerjaannya. Seperti kucing dengan anjing. Itu Fariz masuk lift." tunjuk Susi pada Fariz yang sudah masuk ke dalam lift.
Ketiganya makin mempercepat langkah lalu masuk bersamaan. Fariz memundurkan tubuh melihat ketiga orang di depannya yang masuk saling berdesakan.
Wilda berdiri merapat ke arah Fariz namun Fariz agak menggeser tubuh menjaga jarak dengan gadis semasa kuliahnya.
"Kalian mau kemana?." tanya Fariz bingung menatap ketiganya secara bergantian.
"Aku juga tinggal di apartment ini, Riz." Susi yang menjawab.
Fariz memalingkan wajah melihat ke arah Susi yang ada di depannya, saling berhadapan.
"Kamu mengenalku?." Fariz menajamkan mata mencoba meneliti wajah Susi.
"Kamu sedikit lupa padaku. Aku Susi. Temannya Wilda waktu di kampus." Susi mengulurkan tangan bermaksud berjabatan dengan Fariz sambil menyungging senyum seramah mungkin.
Susi memperhatikan dengan saksama wajah Fariz. Benar, Fariz semakin tampan dibanding masa kuliah. Mukanya lebih matang. Rahangnya pun terlihat lebih kokoh membuatnya semakin gagah. Pantas jika Zafira yang awalnya tidak menaruh hati padanya pada akhirnya menjadi jatuh cinta dan tergila-gila.
Ingatan Fariz kembali ke beberapa tahun silam. Ya, dia baru ingat sekarang. Susi yang sering bersama Wilda ke kantin dan perpustakaan kampus.
"Aku ingat sekarang." Fariz menyambut uluran tangan gadis di depannya dengan senyuman.
Pintu lift terbuka. Satu persatu mereka keluar dengan teratur.
"Kita berada di lantai yang sama. Nomor kamarmu?." tanya Susi lebih santai.
Fariz menunjuk salah satu kamar yang berada di sebelah kanan lift.
"Di sudut nomor dua." jawab Fariz kemudian.
Susi mengangguk. Sementara Wilda tersenyum senang karena bisa mengetahui kamar berapa yang ditempati Fariz. Tetapi tidak hanya Wilda yang merasa senang, ada satu orang lagi yang jauh lebih senang mengetahui tempat tinggal Fariz.
Pria yang sedari tadi menguping pembicaraan kini mendadak mengembangkan senyum. Dia merasa lega kali ini tugasnya pasti berhasil. Dia yakin, Fariz memang tinggal di sini. Itu bisa dilihat dari tangan Fariz yang membawa makanan serta banyak barang belanjaan lainnya.
"Kamarku sebelah sana." Susi menunjuk ke sebelah kiri lift.
Fariz hanya mengangguk lalu undur diri.
"Baiklah, aku permisi." Fariz meninggalkan ketiga orang tersebut tanpa memberi tawaran untuk mampir ke kamarnya.
"Apa yang kamu lakukan?." Fariz mengurungkan niat membuka akses kamar saat di belakangnya tiba-tiba Wilda telah siap ikut masuk bersamanya.
"Tidak ada. Aku hanya ingin melihat-lihat di dalam." Wilda tanpa rasa malu mengungkapkan keinginannya.
"Tidak bisa Wil. Ini tempat privasiku. Tidak ada yang bisa masuk kecuali istri dan keluargaku." tolak Fariz bersikap sopan.
"Tapi aku..."
"Maaf Wil, aku ingin istirahat." Fariz segera masuk ke kamar dan menutup pintu tanpa melihat bagaimana reaksi gadis yang berdiri di depan pintu yang telah memasang muka merah.
"Haha, haha, haha, Wil, Wil. Kamu tidak pernah percaya ucapanku. Sudah kukatakan berulang kali Fariz tidak pernah melihatmu. Cintanya sudah habis untuk Zafira dan tidak ada satu gadis pun yang bisa menyingkirkan Zafira dari hatinya." suara Susi bergema menertawakan kebodohan sahabatnya yang sejak dulu tidak pernah bosan mengejar pria yang bahkan sekarang sudah beristri.
Wilda menatap tajam Susi. Ingin rasanya merobek mulut Susi yang selalu membuat telinganya panas setiap kali dia membela Zafira.
"Selalu saja gadis murahan itu yang kamu bela! Aku atau dia sahabatmu?!." Wilda menatap sengit Susi yang hanya disambut gelengan kepala oleh Susi.
"Sudahlah Wil. Perkataan serta sikap Fariz tadi sudah menunjukkan kalau dia menolakmu. Kamu tidak pernah sadar kalau dia sama sekali tidak tertarik denganmu. Aku harap ini terakhir kali kamu mengejarnya. Lupakan dia. Dia sudah punya istri dan sangat mencintai istrinya." nasehat Susi dengan nada serius.
Susi ingin sekali melihat Wilda bertaubat untuk tidak mengejar Fariz lagi karena dari dulu telinganya juga sudah lelah mendengar curhatan hati Wilda yang selalu menginginkan Fariz.
Susi tahu, itu hanya ambisi Wilda untuk mengalahkan Zafira. Dengan merebut Fariz dari tangan Zafira maka dia merasa dia-lah pemenangnya. Tetapi Susi merasa yang dilakukan Wilda sebuah kesalahan yang harus segera dihentikan.
Susi berharap setelah ini Wilda akan benar-benar melupakan ambisinya untuk memiliki Fariz.
"Benar yang dikatakan Susi. Untuk apa mengemis cinta pria yang sudah beristri. Mending denganku yang jelas-jelas masih sendiri." sambung Dani menawarkan diri.
"Yeeyy..." Susi bertepuk tangan riang.
"Ide cemerlang. Benar Wil. Dani berkata benar. Mending dengan Dani saja. Mukanya juga cukup tampan. Cocok denganmu." Susi terlihat sangat mendukung Wilda dan Dani menjalin sebuah hubungan dari pada mengharapkan Fariz yang jelas-jelas tidak meliriknya.
"Ogaaah! Kalian berdua sama-sama gila!." Wilda berjalan cepat menuju lift meninggalkan dua orang yang membuat kepalanya pusing.
...*****...