Seorang kultivator Supreme bernama Han Zekki yang sedang menjelajah di dunia kultivasi, bertemu dengan beberapa npc sok kuat, ia berencana membuat sekte tak tertandingi sejagat raya.
Akan tetapi ia dihalangi oleh beberapa sekte besar yang sangat kuat, bisakah ia melewati berbagai rintangan tersebut? bagaimana kisahnya?
Ayo baca novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Sevian Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Setelah berhasil bertahan dari serangan tiba-tiba Feng Ji, kehidupan di Sekte Nusantara berangsur tenang. Suasana damai yang hangat terasa di mana-mana, seperti angin lembut yang mengusap-usap wajah setiap murid. Zekki, Yuna, Li Shen, dan Fei Rong kembali tenggelam dalam rutinitas latihan mereka. Tiap hari, ada saja pelajaran baru, ada peningkatan kecil di sana-sini, seolah kemampuan mereka ditempa semakin tajam. Dan Fei Rong—ah, pemuda itu, meski kadang masih suka ceroboh, makin hari makin tampak bakatnya. Ada api dalam dirinya, semacam tekad keras kepala yang bikin Zekki yakin bahwa muridnya ini punya masa depan yang cerah. Tapi ya, entahlah… rasanya memang begitu.
Namun, di balik ketenangan ini, ada semacam firasat aneh yang terus menghantui Zekki. Dia tahu benar bahwa ketenangan seperti ini jarang bertahan lama, terutama di dunia kultivasi yang penuh intrik dan kekuasaan. Dia juga sadar, Sekte Langit Timur, atau bahkan sekte-sekte besar lainnya, pasti sudah mengamati gerak-gerik mereka dari jauh. Di mata mereka, Sekte Nusantara, sekte kecil yang baru berdiri dan mengusung kebebasan, bisa saja dianggap ancaman. Pikiran itu terus terngiang-ngiang di kepala Zekki, seperti angin ribut yang berputar di sudut pikiran.
Pagi itu, Zekki tengah memperhatikan Fei Rong yang sedang berlatih di halaman. Fei Rong terlihat serius, wajahnya penuh konsentrasi. Tangannya mengayun, mencoba menguasai gerakan dasar Void Slash yang diajarkan Zekki sebelumnya. Masih sedikit kaku memang, tapi Zekki bisa melihat bahwa Fei Rong sudah mulai memahami inti dari teknik tersebut.
Zekki tersenyum tipis, lalu berkata, “Ya, bagus, terus fokuskan energimu, Fei Rong. Jangan terburu-buru. Pelan-pelan saja.” Nada suaranya tenang, tapi penuh perhatian.
Fei Rong berhenti sejenak, mengusap keringat di dahinya. Dia mengangguk cepat-cepat sambil tersenyum lebar. “Iya, Tuan Zekki! Aku akan berusaha lebih keras lagi. Aku… aku ingin jadi sepertimu, bisa sekuat dirimu suatu hari nanti!”
Zekki hanya tersenyum mendengar kata-kata itu. Dalam hatinya, ada perasaan bangga yang sulit dijelaskan. “Ingat, Fei Rong,” katanya pelan, “kekuatan itu bukan segalanya. Yang penting adalah cara kau menggunakan kekuatan itu. Jangan biarkan ambisi membutakanmu.”
Fei Rong tampak sedikit bingung, tapi dia mengangguk penuh semangat, meskipun sepertinya belum benar-benar paham apa maksud gurunya. Yah, mungkin nanti dia akan mengerti sendiri.
Belum sempat mereka melanjutkan latihan, tiba-tiba Li Shen muncul dari arah pintu gerbang, berlari dengan wajah yang tampak serius. Nafasnya sedikit tersengal-sengal, tapi dia langsung menyampaikan kabar penting, “Zekki, di luar ada rombongan dari… dari Sekte Naga Emas. Mereka bilang ada urusan mendesak dan mereka ingin bertemu denganmu.”
Zekki mengerutkan kening. Sekte Naga Emas? Bukannya sekte itu biasanya sibuk mengurus urusan mereka sendiri di wilayah pegunungan? Apa mungkin mereka tertarik pada Sekte Nusantara juga? Di dalam hatinya, Zekki merasa ada sesuatu yang tak beres, tapi dia berusaha tetap tenang.
“Baiklah, aku akan menemui mereka,” kata Zekki akhirnya. Dia mengangguk ke arah Yuna. “Yuna, kau tetap di sini, temani Fei Rong. Li Shen, ayo ikut denganku.”
Dengan langkah tenang tapi hati-hati, Zekki dan Li Shen menuju gerbang depan. Di sana, mereka mendapati sekelompok orang dengan jubah hitam bermotif emas sudah berdiri menunggu. Di depan rombongan itu, seorang pria tua dengan rambut putih nyaris seluruhnya berdiri tegap. Matanya tajam, penuh wibawa yang hampir menakutkan. Di punggungnya, tergantung sebuah pedang besar yang tampak berat.
Zekki mengenali pria itu. Dia adalah Tetua Yu dari Sekte Naga Emas, salah satu petarung legendaris yang kekuatannya sudah tidak diragukan lagi. Ketegangan langsung terasa di udara, seolah udara jadi lebih berat hanya dengan kehadirannya.
“Han Zekki,” panggil Tetua Yu dengan suara rendah tapi penuh tekanan, seolah ingin menunjukkan siapa yang berkuasa di sini. “Aku dengar kau mendirikan sekte baru di wilayah ini. Sekte Nusantara, begitu?”
Zekki menatap Tetua Yu dengan tenang, sedikit menundukkan kepalanya sebagai bentuk penghormatan. “Benar, Tetua Yu. Saya mendirikan Sekte Nusantara sebagai tempat bagi mereka yang ingin belajar dan berkembang tanpa tekanan atau kekerasan.”
Tetua Yu mendengus, jelas tak terkesan. “Tempat belajar tanpa kekerasan? Hah, kau pikir dunia ini semanis itu? Kau terlalu naif, anak muda. Di dunia ini, hanya kekuatan yang dihormati. Tanpa kekuatan, kau hanya akan diinjak-injak.”
Ada sedikit jengkel di hati Zekki mendengar kata-kata itu, tapi dia tetap tenang. “Saya percaya bahwa ada jalan lain menuju kekuatan, tanpa perlu saling menghancurkan. Di Sekte Nusantara, kami mencoba menawarkan cara yang berbeda.”
Tetua Yu menatapnya dengan pandangan penuh selidik, seperti ingin menembus isi hati Zekki. “Kau boleh saja beridealisme, tapi dunia ini tidak peduli pada impian bodohmu. Sekte Naga Emas tidak akan membiarkan sekte kecil seperti kalian tumbuh tanpa izin kami.”
Li Shen yang berdiri di samping Zekki mengepalkan tangannya, raut wajahnya berubah marah. “Kami tidak butuh izin dari Sekte Naga Emas atau sekte mana pun! Sekte Nusantara berdiri dengan tujuan yang jelas, dan kami tidak akan tunduk pada ancaman siapa pun!”
Tetua Yu mendengus lagi, kali ini dengan senyum sinis. “Kalau begitu, buktikan. Buktikan kalau kalian layak bertahan di wilayah ini.”
Tanpa peringatan, Tetua Yu melangkah maju, telapak tangannya terangkat dan energi emas mulai berputar-putar di sekelilingnya. Serangan dahsyat itu ditujukan langsung pada Zekki, dan tanah di sekitar mereka pun mulai bergetar hebat.
Zekki bereaksi cepat, memfokuskan energinya dan menciptakan celah dimensi di depannya. Void Slash miliknya melesat ke arah serangan Tetua Yu. Ledakan hebat terjadi, debu dan pecahan tanah berhamburan, membuat Li Shen dan murid-murid lain yang menyaksikan dari jauh mundur beberapa langkah.
Zekki tak berhenti di situ. Dalam sekejap, dia mengaktifkan kemampuan Teleportasi, menghilang dari pandangan Tetua Yu dan muncul di belakangnya, siap melancarkan serangan balik. Tetua Yu, yang sudah berpengalaman dalam pertempuran, segera menyadari gerakan Zekki dan berbalik cepat, menangkis serangan Zekki dengan pedangnya. Benturan energi yang kuat menciptakan percikan cahaya, menandakan awal dari pertempuran sengit.
Li Shen dan Yuna menyaksikan dari kejauhan, wajah mereka tegang. Mereka tahu bahwa Tetua Yu adalah lawan yang sangat berbahaya. Jika Zekki tak hati-hati, pertempuran ini bisa berakhir buruk.
“Zekki… hati-hati, ya…” gumam Yuna, suaranya hampir tak terdengar, tapi matanya penuh kekhawatiran.
Tetua Yu mulai meningkatkan kekuatannya, tubuhnya bersinar dengan energi emas yang semakin kuat. Udara bergetar setiap kali dia melancarkan pukulannya. Zekki tetap tenang, mengandalkan kelincahan dan taktik untuk menghindari serangan-serangan berat dari Tetua Yu. Dia tahu, dalam hal kekuatan mentah, Tetua Yu jelas lebih unggul. Tapi Zekki punya kecepatan dan kecerdikan di pihaknya.
“Berhenti bersembunyi, pengecut!” teriak Tetua Yu, suaranya menggema di seluruh tempat.
Zekki hanya tersenyum tipis. “Kau ingin lihat kekuatanku? Baiklah.”
Dengan cepat, Zekki membuka celah dimensi di atasnya dan mengaktifkan Void Summoning. Dari celah tersebut, muncul seekor monster serigala hitam besar dengan mata merah menyala. Tanpa buang waktu, serigala itu melompat ke arah Tetua Yu dengan kecepatan tinggi, cakarnya siap menghantam.
Tetua Yu terkejut, tapi dia segera menangkis serangan serigala itu dengan pedangnya. Namun, Zekki memanfaatkan momen itu untuk melancarkan serangan tak terduga dari arah lain, membuat Tetua Yu mulai sedikit terdesak.
Pertempuran semakin sengit, dan dalam satu momen, Zekki melihat celah. Dia melancarkan Void Slash, dan kali ini berhasil menggores lengan Tetua Yu. Meskipun hanya luka kecil, itu cukup membuat Tetua Yu mundur beberapa langkah.
“Cukup!” seru Tetua Yu dengan suara marah, menahan rasa sakit di lengannya. “Kau telah membuktikan dirimu, Han Zekki. Tapi ingat, Sekte Naga Emas tidak akan melupakan penghinaan ini.”
Zekki menatapnya tanpa takut. “Kami tidak mencari musuh, Tetua Yu. Tapi kalau kalian datang untuk mengganggu, kami tidak akan tinggal diam.”
Tetua Yu mendengus kesal, lalu berbalik pergi dengan para pengikutnya. Tapi Zekki tahu, ini bukan akhir dari ancaman mereka.
Setelah mereka pergi, Fei Rong berlari mendekat dengan mata berbinar penuh kekaguman. “Tuan Zekki, luar biasa! Pertarungan tadi… aku bahkan tak bisa berkedip!”
Zekki tersenyum, menepuk bahu Fei Rong. “Ingat, Fei Rong. Kekuatan bukan segalanya. Pengendalian diri dan taktik itu sama pentingnya.”
Malam itu, mereka berkumpul di ruang utama, merenungi apa yang baru saja terjadi. Mereka tahu, perjalanan masih panjang, dan ancaman dari sekte-sekte besar belum usai. Tapi di balik itu semua, ada harapan. Sekte Nusantara mungkin kecil sekarang, tapi suatu hari nanti… siapa tahu? Tempat ini akan dihormati karena kekuatan yang sebenarnya, bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi ketulusan dan kebebasan.
datng duel pergi datang duel pergi hadehhhhhh
apa gak da kontrol cerita atau pengawas
di protes berkali kal kok gak ditanggapi
bok ya kolom komentar ri hilangkan