Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Saat telah sampai di tempat tujuan, Alan melihat Elea nampak tertidur dengan sangat pulas sambil memeluk lengan kiri Alan. Ia pun menjadi tak tega membangunkannya.
Akhirnya Alan memutuskan untuk menunggu Elea sampai bangun. Bahkan ketika security hotel mendatangi mobilnya, ia mengusirnya dan security tersebut membiarkan saja karna tamu yang datang di hotel tempatnya bekerja adalah Tn. Muda Alan.
Alan memutuskan untuk memejamkan mata sambil menunggu Elea terbangun dari tidurnya. Namun saat akan memejamkan mata, Alan melihat notifikasi email dari ponselnya. Ia terkejut, Branz hanya memesankan satu kamar. Walaupun memesan dengan tipe Presidential Suite namun tetap saja di hotel ini untuk tipe tersebut hanya memiliki satu tempat tidur berbeda halnya dengan di kota maka biasanya akan mendapatkan dua tempat tidur.
“Kau melakukan kesalahan!” Tulis singkat Alan pada Branz.
Branz yang sedang melatih Jaguar baru milik Alan pun panik. Kesalahan apa yang ia lakukan, satu hari ini dia melakukan kegiatan yang diperintahkan Alan berjalan baik namun Tuannya mengatakan bahwa ia melakukan kesalahan.
“ARRGGH!!! SHIT!!” Teriak Branz hingga beberapa orang menghampirinya dan membawanya keluar dari kandang Jaguar itu. Branz yang tidak fokus itu harus mendapat luka cakaran pada punggunggnya.
Kembali pada Elea dan Alan…..
Sekitar lima belas menit akhirnya Elea terbangun juga. Ia melihat Alan meringis kesakitan pun panik.
“Kenapa? Apa Kakak terluka?” Tanya Elea khawatir.
“Bukan… Aku hanya… Ah itu leherku kaku sekali rasanya…” lirih Alan.
Elea mencubit lengan Alan yang menjadi sandarannya untuk tidur itu, lalu…
“AWW!! Alan meringis kesakitan.
“Kak!! Ya Tuhan!! Maafkan aku… Aku hanya ber… Tunggu!! Tanganmu?” Tanya Elea mengingat terakhir kali bagaimana ia nyaman bersandar di lengan kekarnya.
“Ya Tuhan!!! Kau menyebalkan! Maafkan aku… Karnaku tanganmu menjadi kaku!” Ujar Elea yang tak tega melihat Alan menahan rasa kakunya.
“Tidak apa sayang, aku baik-baik saja. Kemarilah mendekat padaku” pinta Alan dan dengan cepat Elea memeluk tubuh Alan yang memberinya rasa hangat dan nyaman.
“Maaf…” tutur Elea.
“No! Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Aku bahkan sangat senang dengan tingkahmu yang membutuhkanku dalam hal terkecil sekali pun” jawab Alan.
…Tunggu sebentar saja hingga rasa kaku pada tanganku berkurang. Setelah itu kita akan beristirahat terlebih dahulu” Tambah Alan lagi.
“Aduh!! Vati, Mutti!! Aku belum mengabarinya Kak!!” Panik Elea.
“Aku sudah memberitahunya dan Lena pun sudah mengabari juga pada Vatimu. Sebelum aku menjemputmu tadi, aku sedang berada dirumahmu. Aku meminta pada orang tuamu agar memberikan izin padamu untuk berlibur hanya tiga hari sesuai dengan hari liburmu. Dan mereka tentu mengizinkanku untuk membawamu kemana pun aku inginkan bahkan Muttimu itu membawakan pakaian ganti untukmu. Koper kecil kuningmu ada di bagasi mobilku, jadi tak perlu khawatir. Mungkin kedua kakakmu saat ini yang sangat khawatir padamu” jelas Alan.
“Aahh, syukurlah. Kalau begitu besok pagi aku akan menghubungi orang tuaku. Dan, aah… Rasanya tidak perlu hehehe…” ucap Elea yang seketika tak ingin memikirkan rasa khawatir kedua kakaknya.
Alan membawa Elea untuk memasuki kamar dan menjelaskan bahwa orang suruhannya hanya memesan satu kamar dan Elea tak masalah dengan hal itu. Jika ingin memesan kamar lagi pun sudah tidak mungkin karena di hari weekend banyak orang yang datang berlibur di daerah B. Ia tak masalah jika harus sekamar dengan Alan namun wajib hukumnya untuk tidak melakukan ^hubungan^ itu sebelum sah secara hukum dan Agama. Namun Alan adalah pria normal. Apakah sanggup menahannya? Lets read!!!
Ceklek!!
Saat pintu kamar terbuka, Elea takjub dengan pemandangan bukit-bukit yang indah.
“Ahh… Sempurna!!” Elea berlari menghampiri jendela kamarnya yang menghadap tepat bukit tersebut.
Alan tersenyum tipis melihat Elea. Ia bahkan melupakan rasa kesalnya pada Branz yang memesan satu kamar namun ia pun berterima kasih padanya karena bisa menghabiskan waktu bersama Elea bahkan bisa merasakan tinggal seatap berdua dengannya.
Alan melamun dan tersenyum sendiri itu sedang membayangkan kegiatan Elea disini bersamanya pun buyar seketika karena mendapat kecupan singkat dari Elea.
MUAACH!!
“Terima kasih, aku suka!” Ucap Elea memeluk Alan.
“Apa?” Alan malah bertanya kembali pada Elea.
“Ih! Terima kasih, aku suka!” Ucap Elea lagi.
“Bukan! Bukan itu! Sebelum kau berucap sayang…” Alan menggoda Elea, ingin rasanya hal itu terulang kembali.
“Oh itu… Bukitnya sangat indah!” Elea segera menghindari Alan dan masuk kamar mandi.
BRAAK!!
“Huuh!! Hampir saja! Heh mulut! Sudah berani kau ya sosor-sosor orang! Bikin malu!” Elea meneput mulutnya berkali-kali.
“Apa dia sengaja menghindariku?” Batin Alan lalu tersadar sepenuhnya ia berlari menuju kamar mandi.
Tok… Tok… Tok…
“Sayang, kau menghindariku!” Teriak Alan sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
“Tidak!! Aku ingin membersihkan tubuhku yang bau ini” jawab Elea berteriak juga.
“OH SHIT! Kau membangunkan adik kecilku! Arrggh!!” Alan bergumam pelan dan ia memutuskan untuk pergi keluar mencari bahan untuk Elea masak.
Tiga puluh menit sudah Elea membersihkan tubuhnya dan kini ia ragu untuk keluar dari kamar mandinya.
Ia menyadari telah melakukan hal yang sangat ceroboh.
“Elea kau bodoh sekali! Menghindarinya dan berlari ke kamar mandi namun kau tak membawa pakaian salinnya sedangkan baju yang tadi sudah basah kuyup akibat kau mengguyur tubuhmu dibawah shower kenapa kau tak melepaskannya terlebih dulu! Bodoh sekali!” decak Elea.
“Kak… Kak Alan… Kak…” teriak Elea dalam kamar mandi namun tak kunjung mendapatkan respon.
“Apa dia tertidur? Ahh kalau hanya mengenakan bathrobe bisa flu!! Ish!” Elea menghentakkan kakinya kesal.
“Baiklah!! Sepertinya dia tertidur! Tak apa Elea, kalau dia berani macam-macam denganku, akan ku bengkokkan hidung mancungnya itu!” Sahutnya lagi.
“Huh!! Siap!! 1…2…3…” tambahnya lagi.
Ceklek!!
Elea lari terbirit-birit dan segera membuka kopernya. Dengan susah payah ia membuka kopernya namun ia tak kunjung cepat terbuka.
“Apa koper ini juga akan mengerjaiku? Oh Tuhan ada apa denganku hari ini!” Elea tetap berusaha membuka kopernya.
Tiiit… Ceklek!!!
“Ah lelah sekali rasanya. Baiklah, aku akan membersihkan diri terlebih dahulu!” Alan berjalan menuju kamar dan ia terkejut melihat Elea dengan bathrobenya.
GLEKK!!
“Ya Tuhan, aku harus apa?!” Batin Alan.
…Nikmat mana lagi yang kau dustakan?!” Tambahnya lagi
PLAAK!!
Alan menampar pipinya agar segera tersadar dari pikirannya.
Ekhhmm!!
Suara Alan memecah konsentrasi Elea. Elea menjadi panik dengan kondisinya saat ini.
“A…ku… Ak…u hanya ingin mengambil anu itu eeemm baju ya baju!!” Elea jadi gelagapan sendiri.
“Mengapa kau panik sayang?” Tanya Alan sambil mendekat pada Elea dan memeluknya dari belakang.
“Ka…k…” Elea merasa merinding dengan perlakuan Alan saat ini.
“Sayang, kau tahu… Semakin hari rasanya semakin aku tak bisa menahannya. Apakah bisa kita mempercepat pernikahan kita?” Tanya Alan.
“Hmm itu, akan aku pikirkan kembali” Elea luluh juga, ia pun sebenarnya ingin menikah muda namun akankah Vatinya menyetujui keinginannya itu.
Alan membalikkan tubuh Elea agar menghadapnya dan langsung memberikan ci*uman panasnya.
Untuk pertama kali keduanya melakukan hal itu. Elea yang belum berpengalaman pun terasa sangat kaku sedangkan Alan walau baru pertama kali melakukannya namun ia pernah melihat adegan seperti itu baik di film maupun nyatanya jadi ia terasa sangat lihai.
“Emmph…” suara Elea keluar juga. Ia tak menyangka ci*uman pertamanya akan terjadi hari ini dan Elea semakin lama semakin menikmatinya.
Alan menggendong tubuh Elea dan merebahkannya di kasur. Mereka melanjutkan sesi ci*umannya yang sempat terjeda.
Elea yang pada dasarnya cepat belajar pun akhirnya mengerti cara berci*uman. Mereka saling bertukar saliva dan semakin lama semakin Alan tak bisa menahan sesuatu yang sesak di bawah sana.
Elea merasakan sesuatu milik Alan sudah sangat tegang. Namun ia tak memperdulikannya.
Alan beralih pada leher jenjang milik Elea. Ia membuang handuk yang bertengger di kepala Elea dan membuka sediki bathrobenya. Ia akan memberikan banyak tanda cinta pada leher Elea.
“Aahhh… Kaak…” Elea mendesah tak karuan.
“Apakah ingin berhenti sampai disini saja atau…” ucapan Alan terpotong.
“Ya, stop! Ah… Huh hah huh hah” Elea terlihat rakus menghirup udara melalui mulutnya.
“Baiklah” Alan segera bangkit dan berlari menuju kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya dengan air dingin agar bisa menurunkan sesuatu yang sangat tegang sedari tadi.