"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama Setelah 4 Tahun
Belum puas Arumi melepas rindu terhadap putrinya, ia harus terburu-buru mengikis jarak karena kehadiran Yuna di kamar itu.
Kontan saja Aika langsung bersembunyi di balik tubuh Arumi. Gadis kecil itu langsung gemetar akibat bayang-bayang ancaman hukuman yang tadi dilayangkan Yuna, jika belum bisa memakai pakaian dan menyisir rambut dengan benar.
"Ma-maaf, Mommy," lirih Aika. Sepasang mata sembab nya kembali berkaca-kaca.
Yuna hanya menatap Aika dengan ujung matanya. Kemudian menghela napas panjang. Berusaha menahan diri untuk tidak memarahi Aika di depan pengasuh baru itu.
"Saya baru akan memandikan Nona kecil, Nyonya."
"Baiklah, kau urus saja dia. Aku mau keluar."
"Baik."
Ketegangan yang sempat terlukis jelas di wajah Aika perlahan berkurang setelah kepergian Yuna. Arumi dapat melihat betapa putrinya itu seperti berada di bawah ancaman monster menakutkan.
Setelah memastikan Yuna benar-benar sudah pergi, Arumi memeluk putrinya lagi. Kali ini sepuasnya, bahkan ia menghujani wajah mungil itu dengan kecupan sayang.
Tak ada penolakan dari Aika seperti yang kerap ia lakukan kepada para pengasuhnya. Pelukan Arumi seperti candu dan menghangatkan tubuhnya.
"Aika sayang, kita mandi dulu, ya."
Ia hanya mengangguk pelan. Tanpa senyum atau pun ekspresi. Ia bahkan diam saja saat Arumi melepas pakaiannya satu persatu.
Arumi merasakan tubuhnya seperti dilahap api setelah mendapati beberapa memar menyerupai bekas cubitan pada tubuh putrinya. Juga bekas goresan kuku di lengan kanan. Rasanya Arumi benar-benar ingin membawa si kecil Aika meninggalkan rumah itu.
"Aika Sayang, ini badannya kenapa?" tanyanya.
Tak ada jawaban dari Aika, yang ia lakukan hanya menundukkan kepala.
"Apa mommy yang melakukannya?"
Hening. Mulut Aika seperti terkunci. Membuat Arumi segera memeluk dan mengusap punggungnya. Sekarang Arumi yakin Aika kerap mendapatkan perlakuan seperti ini dari Yuna.
"Kenapa Rafli membiarkan Yuna melakukan semua ini kepada Aika? Apa dia tidak tahu apa yang terjadi pada Aika?"
*
*
*
Mobil yang dikemudikan Rafli memasuki halaman rumah yang luas setelah penjaga membukakan gerbang. Malam ini ia sengaja pulang lebih awal demi menepati janjinya kepada Aika.
Begitu memasuki rumah, suasana tampak sunyi. Hanya ada Bibi Lisa yang sedang membersihkan ruang televisi. Sementara Yuna tidak terlihat.
"Di mana Aika, Bibi?" tanya laki-laki itu.
"Nona Aika ada di kamarnya, Tuan."
"Apa dia sedang bersama mommy-nya?"
"Tidak. Tadi siang nyonya pergi dan sampai sekarang belum kembali," jawab wanita itu.
"Oh." Rafli tak banyak bertanya lagi. Lebih tepatnya terkesan tak peduli perihal Yuna.
Dengan membawa kotak hadiah yang sempat dibelinya dari toko mainan, Rafli beranjak menuju kamar putrinya.
Ketika akan mendorong pintu, langkah nya terhenti. Di dalam sana Aika tampak sedang bercengkrama dengan seorang wanita asing berpakaian serba tertutup. Ajaibnya, Aika sesekali terdengar cekikikan.
Dahi Rafli berkerut tipis. Sedikit aneh, sebab tidak biasanya Aika dapat menerima kehadiran orang asing di rumah mereka. Selama ini Aika selalu menolak jika melihat orang baru hendak mendekati diri nya.
Niat Rafli untuk masuk ke kamar urung. Ia memilih menghampiri Bibi Lisa yang masih sibu dengan pekerjaannya.
"Siapa wanita yang ada di kamar Aika?" tanya Rafli kepada Bibi Lisa.
Wanita berusia kurang-lebih 40 tahunan itu menghentikan kegiatan nya sejenak. "Dia Alesha, Tuan. Pengasuh baru Nona kecil."
"Benarkah? Tapi kenapa pakaiannya seperti itu?" Bukan kah pengasuh dari yayasan memiliki seragam? Begitu pikir Rafli.
"Saya juga tidak tahu. Alesha hanya berkata bahwa dia sudah nyaman dengan pakaian seperti itu, Tuan."
"Dan Yuna tidak keberatan dia menjadi pengasuh Aika?"
"Sama sekali tidak. Malah nyonya sangat senang dan langsung menerimanya."
Rafli hanya menganggukkan kepala. "Baiklah, istirahat lah. Ini sudah jam istirahat." Rafli kemudian melangkah menuju kamar putrinya.
Sebelum masuk, ia kembali meneliti wanita asing itu. Entah untuk alasan apa, Rafli berdebar hanya dengan melihat wanita itu dari jarak aman. Seolah mereka memiliki ikatan yang kuat.
"Aku pasti sudah gila!" gerutu Rafli dalam hati.
*
*
*
Waktu seolah terhenti bagi Arumi ketika Rafli melangkah memasuki kamar. Arumi yang tadi nya duduk di tepi ranjang seketika berdiri dan membungkukkan kepala hormat. Sementara Aika langsung berlari ke pelukan daddy-nya.
"Daddy sudah pulang?" ucap Aika, tanpa melepas pelukan daddynya.
"Iya, Sayang. Daddy kan sudah janji akan pulang lebih awal."
Sekilas Arumi memberanikan diri mendongak demi menatap wajah laki-laki itu. Dari segi fisik, Rafli tak banyak berubah setelah empat tahun tak bertemu, malah terlihat semakin memesona.
Tetapi, percikan api kebencian terasa membakar hatinya. Masih segar dalam ingatan Arumi kejadian empat tahun lalu, ketika Rafli begitu tega mengusirnya dari rumah. Bukan hanya itu, Rafli juga lah yang telah mengasingkannya ke tempat yang jauh dan memisahkannya dengan Aika selama bertahun-tahun.
"Selamat malam, Tuan," sapa nya dengan sopan.
Rafli kembali terpaku. Suara lembut itu seperti tak asing di telinga nya. Ia bahkan merasa sosok yang menyapanya barusan sangat familiar.
"Selamat malam. Aku dengar dari Bibi Lisa bahwa kau adalah pengasuh baru untuk Aika."
"Benar, Tuan." Arumi masih menunduk. Entah mengapa ia merasa sedikit takut jika ternyata Rafli mampu mengenali penyamaran nya.
"Semoga kau betah. Aika bukanlah anak yang mudah didekati. Mungkin kau butuh sedikit usaha keras untuk meluluhkan nya."
"Aika seperti ini karena perbuatan Yuna," ucap Arumi dalam hati. Kedua tangannya terkepal sempurna di balik pakaian panjang yang ia kenakan.
Arumi lantas menarik napas dalam-dalam demi mengurai rasa panas di hati nya.
"Tidak juga, Tuan. Nona Aika adalah anak yang sangat manis dan saya sangat menyukainya."
"Syukurlah kalau begitu." Rafli mengulas senyum tipis.
Sementara Arumi terpaku di tempat. Bayang-bayang kebersamaan dengan Rafli di masa lalu kembali muncul di benaknya. Tetapi, sebisa mungkin ia tepis pikiran itu dan fokus memikirkan kondisi putrinya.
*
*
Makan malam berlangsung dengan kekaguman Rafli terhadap sosok pengasuh baru putrinya. Tidak hanya lembut, Alesha juga sangat telaten merawat Aika. Bahkan Alesha tak membutuhkan waktu lama untuk meluluhkan Aika.
Alesha adalah tipe wanita yang sangat lembut dan perhatian. Cara Alesha memperlakukan Aika berhasil menarik perhatiannya. Mulai dari membujuk Aika agar mau makan, dan lain-lain.
Meskipun begitu, Rafli masih merasa kurang nyaman dengan penampilan wanita yang baginya cukup misterius itu. Seluruh tubuh nya tertutup, hanya bola mata nya yang terlihat. Bola mata yang mengingatkan Rafli kepada seseorang di masa lalunya.
Dan entah mengapa Rafli merasa tak asing dengan wanita bercadar di belakang.
"Alesha, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Rafli tiba-tiba.
...****...