NovelToon NovelToon
Only 200 Days Mr.Mafia

Only 200 Days Mr.Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:5.1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Four

Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?

Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.

~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

O200DMM – BAB 11

NADINE MENJADI SAKSI PEMBUNUHAN

Nadine merasa aneh dengan tatapan Ericsson kepadanya. Apa dia baru saja melakukan kesalahan? Tidak, bahkan Nadine baru saja bertemu dengannya.

“Aku akan mengurusnya besok.” Maxi menarik tangan Nadine dan mengajarkannya pergi.

“Besok? Bagaimana jika dia berulah lagi Tomasso? kenapa kau tidak melakukannya sekarang?” langkah Maxi berhenti tiba-tiba. Nadine masih mencoba mencerna pembicaraan dua orang tadi, sedangkan Zero yang ada di belakang Maxi cuman bisa diam seakan pria itu tahu perdebatan antara keponakan dan paman.

Genggaman di tangan Nadine mulai lepas. Maxi berjalan menghampiri pamannya dengan tatapan tajamnya seakan tidak ada rasa sopan sedikitpun dari pria monster itu terhadap paman yang sudah membesarkan dirinya. Itu sangat membuat Nadine tidak suka akan sikap sialan pria itu.

“Sudah aku bilang, aku akan mengurus semuanya. Jika kau tidak sabar, maka lakukanlah sendiri paman.” Ericsson menatap murka ke keponakannya tersebut. Maxi yang sudah lelah karena terus diperintah akhirnya dia bisa juga melawan balik pamannya.

pria itu langsung berbalik dan meraih tangan Nadine, mengajaknya masuk ke dalam rumah besar miliknya. Rumah yang sempat Nadine lihat, rumah mewah dengan lampu redup, berbeda dengan milik pamannya yang ada di sebelah.

Ericsson masih berdiri mematung. Ucapan Maxi benar-benar membuatnya marah, namun sebisa mungkin dia meredamnya. Maxi sudah menjadi pria dewasa, tentu saja dia akan kalah dengan pemikiran serta tenaganya. Apalagi ia tidak mau Maxi sampai berpaling darinya.

Langkah Maxi begitu cepat sehingga Nadine kewalahan menyeimbangi langkah panjang tersebut, apalagi tangannya dalam keadaan berada di genggaman Maxi.

“Kenapa kamu sangat tidak sopan? Dia lebih tua darimu, seharusnya kamu menghormatinya. Dan bisakah kamu berjalan lebih lambat?” gerutu Nadine marah. Tetap saja Maxi masih kesal akan suatu hal sehingga dia tidak mendengarkan ucapan Nadine sampai mereka berada di salah satu kamar.

Tubuh Nadine terdorong kuat, ketika Maxi melemparnya dan melepas genggamannya.

“Tetaplah di sini, dan jangan berusaha kabur jika kamu ingin selamat.” Pria itu menunjuk ke arah wajah Nadine. Memberikan garis peringatan keras.

Saat Maxi berbalik hendak pergi, suara Nadine menghentikan langkahnya ketika gadis cerewet itu mulai melontarkan pertanyaan. “Apa kamu selalu bersikap kasar hah? Apa kamu tidak bisa bersikap sopan, baik dan lembut? Apa keluargamu mendidik anak-anaknya seperti dirimu?” emosi Nadine sehingga suaranya terdengar serak karena terlalu banyak berucap keras.

Maxi masih terdiam tanpa berbalik. Nadine masih menatapnya, menunggu jawaban dari pria yang saat ini tengah berpikir keras.

“Andai saja kamu tahu, penulis.” Lalu melangkah pergi, mengunci pintu dari depan.

Mendapatkan jawaban singkat seperti itu membuat Nadine sedikit bingung. Apa maksudnya? Apa benar, ada keluarga yang mendidik seperti itu? Bahkan setelah kematian kedua orang tuanya, Nadine masih mendapat kasih sayang dari orang lain.

Bukan itu yang saat ini dia pikirkan. Nadine menghapus semua benda yang awalnya tertata rapi di atas nakas, kini berserakan dimana-mana. Gadis itu kembali pusing ketika Maxi masih mengurungnya. Rasanya dia ingin mati.

.

.

.

Bahkan di dalam mobil pun, Maxi masih melamun, tatapannya masih tajam ke depan dan kosong. Kedua bola matanya berair dan merah, garis urat terlihat di dahinya. Zero memperhatikan bosnya lewat spion, pria itu tahu bahwa kini bosnya tengah menahan kemarahannya yang bercampur rasa sakit dan sedihnya. Selalu seperti itu.

“Anda baik-baik saja Tuan?” dan Zero selalu menjadi pria pertama yang mengatakan keadaan bosnya.

Maxi tersadar kembali sehingga dia mencoba meredam emosinya, melonggarkan kepalan tangannya lalu memijit dahinya sejenak karena rasa pusing yang dia alami.

“Seperti biasa Zero.” Pria bernama Zero itu tersenyum tipis dan kembali fokus dengan setir mobil.

...***...

Angin berhembus kencang, air laut bergerak ricuh karena dorongan dari angin. Beberapa kapal masih terparkir rapi di pinggir dermaga. Setiap malam Maxi akan datang ke sana, pekerjaannya sebagai seorang mafia tidaklah mudah. Selain mengorbankan nyawa dia juga harus mengelola keuangan dengan baik, seperti menjual barang-barang ilegal lewat lautan yang kirim melewati kendaraan berupa kapal.

Semuanya Maxi jual, dan semua itu adalah ilegal kecuali organ manusia. Dia tidak pernah berpikiran menjualnya meskipun itu mendesak sekalipun. Mungkin, Maxi lebih suka memberikan organ dan tubuh musuh-musuhnya pada binatang buas yang lebih membutuhkan untuk santapan mereka.

Pria yang selalu mengenakan pakaian hitam dan sangat menyukai warna gelap itu berdiri menatap lautan sambil menyedot cerutu miliknya, tak peduli meski hembusan angin kencang menerpa dirinya. Dia butuh ketenangan setidaknya sekali dalam sebulan.

Sementara di Mansion ErEd. Nadine masih duduk di lantai menekuk lututnya, dia tidak pernah berpikiran bahwa hidupnya akan bertemu dengan pria aneh, gila dan mengerikan seperti Maxi.

Kedua orang itu bagai hitam dan putih. Nadine yang selalu ceria dengan senyuman manis seperti matahari. Berbeda dengan Maxi yang selalu murung, pemarah, gelap dan sangat suka kegelapan di malam hari.

.

.

.

Burung berkicau, langit menjadi sedikit terang. Maxi melihat gadisnya tertidur di lantai meringkuk seperti bayi. Bodohnya Nadine. Padahal di kamar tersebut ada kasur king size namun warna di sana hanya berupa hitam, mungkin ada juga warna putih tapi tidak terlalu banyak.

Pria itu berjongkok dengan satu lutut menyentuh lantai. Pria itu menatap wajah cantik dan tenang Nadine.

“Aku tahu kamu tidak tidur, penulis.” Ucap Maxi terseringai miring. Namun Nadine masih saja enggan membuka matanya dan terus melakukan sandiwaranya.

Sejujurnya dia tidak ingin melihat wajah tampan Maxi yang menyebalkan itu. Bahkan Nadine harus menahan diri ketika jari telunjuk Maxi mulai mengusap, menyusuri setiap garis wajahnya sampai pria itu puas lalu mulai pergi.

Ketika mendengar pintu tertutup, Nadine langsung membuka matanya, bernafas lega saat pria itu tidak melakukan hal yang aneh-aneh. “Dasar pria gila.” Gumam Nadine mulai berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Gadis itu mengamati sejenak pintu berwarna putih tersebut, lalu mengintip ke lubang kunci dan mulai mencari sesuatu di selipan rambut yang awalnya tergelung rapi kini menjadi berantakan. Dia tahu, dia tidak banyak waktu lagi karena bisa saja Maxi ataupun penjaga lainnya bisa tiba-tiba datang.

Di ruangan lain, lebih tepatnya ruangan kosong, hanya ada bangku dan kursi serta cahaya lampu putih menyinari bak ruangan interogasi. Seorang wanita kurus berambut pendek terlihat lemas duduk di kursi dengan beberapa memar di sekujur tubuhnya serta luka segar di beberapa wajah cantiknya.

Di ketahui bahwa wanita itu adalah mata-mata dari seseorang yang sengaja masuk dan menyamar menjadi apa saja yang dapat membuatnya bisa masuk ke Mansion maupun perusahaan Maxi dan Ericsson.

Suara pukulan terus saja berbunyi di ruangan tersebut. Wanita mata-mata itu masih bertahan dan memberikan senyuman liciknya seakan dia tidak takut mati.

Di sisi lain. Nadine mencoba membuka pintu dengan menggunakan sebuah jepit rambut, meski itu sangat sulit, tapi dia tetap berusaha mencobanya hingga peluh membanjiri wajah cantiknya. “Aku mohon. Bisa, bisa, bisa!” gumam Nadine yang terus mengutak-atik tempat kunci tersebut.

Jantungnya berdebar ketika dia harus cepat-cepat segera pergi dari sana.

1
Sya'wanah
trus....
kl menyukai ,kenapa nggak d ulangi n lanjut next yg lebih hot.
( berimajinasi itu indah.. wk wk wkk )
Four.: hahaha GK boleh nakal ya otaknya /Facepalm//Chuckle/
total 1 replies
Sya'wanah
ganti Calum nggak nggunain Oskar lagi nich.kan katanya ganti saja nama asst nya
Four.: tau ah, lupa aku 😅🙏
total 1 replies
Sya'wanah
punya kembaran kah maxi...
kl sekarang mau kabur,apa nggak puyeng liat jalur melarikan dirinya.jauuuub dr kota.awak d ganggu pemuda2 rese LG lho.
Four.: tetap santai 😌😁
total 1 replies
Asri
aku lanjut kesana 😄
Four.: yaaa silahkan /Joyful/
total 1 replies
Asri
agak lama aku baca novel ini dan agak terlambat juga nemunya 😄
tadinya baca cerita luna almo dulu sih..untuk maxi nadine ini ditengah udah mau menyerah krn alurnya lambat ya..tapi penasaran jadi ttp aku baca..dan kesimpulannya bagus banget walaupun banyak bab yang menguras emosi..terimakasih kak author..
Four.: iya kahhh!!! terima kasih atas perjuangannya membaca cerita ini 😅😅 walaupun sedikit mengesalkan 😅😌/Facepalm/
total 1 replies
Nur Andi Baharuddin
Novel terbaik dari semua cerita mafia.
Four.: iya kahhh!!! terima kasih 🤗
total 1 replies
Mahanie Mutalib
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Dewi Arsandi
Biasa
Dewi Arsandi
Kecewa
M
T.E.S tristan ericson scott
Four.: salah donggg 🤭
total 1 replies
Mawar
ceritanya bagus ...
Four.: terima kasih 🤗
total 1 replies
SLina
y jahat eric kenapa maxi y jd korban?
Four.: ya.... begitulah kehidupan 😌
total 1 replies
SLina
doray adalah penggnggu dlm segala kondisi
Four.: mungkin saja hal genting lohh /Chuckle/
total 1 replies
SLina
"sebuah dua luka tembak" hmmm
Yani Basith
karakter nya kuat .. ga berubah dr awal sampe ahir .. ut baca bab selanjutnya kadang gw makan dulu ut ngisi tenaga soalnya emosi gw di aduk2 .. jd lemes kl abis baca .. keren banget othor ini ..
Four.: terima kasih 🤗 baca juga butuh tenaga kok 😁
total 1 replies
Dandelion senja
tidak sesuai dgn karakter yg di tuliskan. wanita penuh dgn lemah lembut, yg ada malah kelihatan arogan tp goblok ahahaha
Four.: maaf jika itu tidak sesuai dengan yang kamu pikirkan 😌
total 1 replies
Dandelion senja
apa sih nadine. tidak mencerminkan kata" nya dia gadis yg lembut dan baik hati. jatuhnya seperti arogan
Four.: mungkin saja dia arogan karena paksaan kan sejak awal kan 😌 mohon bersabar 😁
total 1 replies
HNF G
alex jgn lgsg dibunuh. siksa dulu sampe minta dibunuh 😡😡😡😡😡😡
Four.: nanti jadi kasihan tauuuu 😁
total 1 replies
HNF G
apartemen sm hotel jgn dijual lah, itu kan usaha legal.
Four.: tapi uangnya kan dariiiiii ilegal 😁
total 1 replies
HNF G
nadin tempat curahan semua rahasia😅🤦‍♀️
Four.: gimana lagi, cuman dia yang jadi pendengar yang baik 😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!