Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukti Video
Baskara mengantar Bella pulang ke rumahnya di kawasan elit kota J. Entah mengapa, Baskara merasa begitu jatuh cinta terhadap adik sepupunya Prass.
“Kak Bass, aku masuk dulu, ya.”
“Eh, tunggu.” Cepat-cepat polisi muda itu meraih lengan putih Bella.
Cuppp …
Meski Baskara deg-degan, ia ingin sekali memberikan kesan hangat yang mendalam sebelum ia dan Bella berpisah malam ini.
Bella nampak tersipu malu memegang keningnya. “Mau duduk dulu, enggak?”
Tiba-tiba saja perempuan cantik itu menawarkan. Baskara sontak saja mengangguk dan tidak mau membuang kesempatan.
Ketika mereka masuk ke dalam, suasana cukup sepi. Kata Bella, semua pembantu pulang kampung.
“Kamu gak takut sendirian di rumah besar seperti ini?” Wajah Baskara kelihatan sedikit khawatir.
“Um …, takut sih, kak. Tapi, apa boleh buat.”
“Kamu gak manggil temenmu buat nginap?”
“Bella gak punya temen deket, kak.” Perempuan berbola mata hazel itu menunduk.
Baskara merasa kasihan pada calon istrinya. Secantik dan sekaya itu tidak memiliki teman dekat?
“Nanti kalau kita udah nikah, aku bakalan temenin kamu terus,” janji Baskara pada Bella.
Bella kemudian tersenyum. Matanya berbinar mendengar ucapan dari Baskara. Ia menaikkan jari kelingkingnya ke depan wajah Baskara. “Janji?”
Mata Baskara berkedip pelan. Lucu sekali melihat Bella meminta untuk menautkan jari mereka. Karena ia sudah kecintaan sama Bella, Baskara menurut saja. “Janji.”
Tepat ketika mereka saling menautkan jari. Lampu pun mati. Baskara sontak menarik Bella masuk ke dalam pelukannya. “Hati-hati.”
Baskara menyelakan senter ponselnya. Ia dan Bella berjalan menuju saklar rumah.
“Duh, ada yang matiin?” beo Bella merasa bulu kuduknya berdesir aneh.
“Hah? Masa sih?” tanya Baskara pun merasa ada yang tidak beres.
“Iya, kak. Masa saklarnya tiba-tiba ke bawah sendiri?”
Karena Baskara tidak ingin membuat wanita itu cemas, ia segera berujar menenangkan Bella, “daya listrik rumah kamu mungkin udah gak kuat. Nanti nambah daya aja, ya?”
Baskara segera menaikkan tuas saklar ke atas dan rumah itu kembali terang. Akan tetapi, ketika Baskara menoleh, ia melihat sebuah siluet seseorang tengah berpindah dengan lincah ke sudut ruangan lain.
“Bell ….” Baskara memegang pundak perempuan berkulit putih susu tersebut. “Kamu masuk kamar dulu, ya.”
“Kok?” bingung Bella.
“Masuk aja, kunci ya, pintunya.” Pinta Baskara dan segera mengantarkan perempuan itu masuk ke dalam kamar. “Ingat, kunci.”
“Hmmm.” Angguk Bella dengan wajah tak tahu apa-apa.
Baskara segera menuju ke ruangan tadi. Ia memeriksa setiap sudut rumah Bella. Namun, ia tidak mendapatkan hasil apa pun.
“Apa jangan-jangan aku halu?” katanya.
Ketika ia hendak kembali menemui Bella, dengan cepat, tangan seseorang mengarahkan pisau ke belakang pundak Baskara.
Tushhh!
Zwoup!
“Akh!” Baskara dalam posisi berlutut terjatuh ke bawah. Rasa sakit seketika menjalar di tubuhnya.
Pria bertopeng yang menusuk Baskara semakin girang ketika lawannya ambruk. Tidak cukup dua kali serangan. Pria itu kembali mengarahkan ke leher Baskara.
Namun, dengan sisa tenang Baskara, ia melawan dan menahan ujung pisau tersebut. “Si … siapa, kau?!” Ekor mata Baskara berusaha menangkap sosok tersebut.
“Mana memorinya?” tanya suara yang kedengaran seperti harimau kelaparan.
“Memori apa maksudmu?!” Baskara berusaha terus menahan pisau yang hendak menusuk nadi di bagian lehernya. Tangan Baskara meneteskan cairan merah segar.
Pria bertopeng tersebut menyeringai dari balik kain penutup mulutnya. Karena Baskara masih terus menahan serangannya. Pria itu menggunakan sikunya untuk menggebrak belakang leher Baskara.
Buggg!
Bam!
Baskara lepas kendali akan segalanya. Kini, pria bertopeng tersebut mendekati Baskara yang telah terluka habis-habisan.
Pria itu menaikkan pisaunya tinggi-tinggi hendak menusuk dada kiri Baskara. Akan tetapi, Bella muncul tiba-tiba dan memukul kepala belakang si penyerang.
Krrr!!!
Pwouf!!!
Penjahat itu kelihatan kesakitan sehingga Bella dengan lincah menyeret tubuh Baskara sekuat tenaga masuk ke dalam kamarnya.
Bekas cairan merah menempel di tegel seiring tubuh Baskara terseret. Ketika pria itu bangun. Bella dan Baskara sudah berada di dalam kamar terkunci.
Pria sadis tersebut mengeluarkan ponselnya dari saku jaket. “Sepupumu mengacau,” geram serak suara itu. Ya, dia adalah Andra.
(Apa maksudmu? Bukannya aku katakan serang dia dengan cepat?!)
“Adik sepupumu datang memukul kepalaku dan sekarang …, mereka berada di dalam kamar mengunci diri. Apa boleh buat, aku harus mendobrak dan ikut melukai adik sepupumu itu!”
(Jangan, sialan!)
“Kenapa, hah? Perempuan itu merusak rencana kita! Kartu memorinya juga belum aku dapatkan!”
Lama sekali Prasetyo menimbang-nimbang keputusannya di dalam mobilnya. Ia menghela napas panjang kemudian. “Hancurkan saja apa yang perlu di hancurkan.”
Sambungan telepon pun, mati. Kini, Andra tersenyum penuh kebebasan. Tidak ada lagi larangan dari Prasetyo.
Satu kali, dua kali, lalu sampai lima kali. Andra menendang pintu kamar tersebut dengan keras. Sementara itu, di dalam sana, Bella sudah menangis ketakutan.
Hanya satu yang dia pikirkan, menghubungi Aliando.
Tuttt …
Tut …
“Please, angkat, kak!” jerit Bella sambil sebelah tangannya menekan pundak Baskara yang terus mengeluarkan cairan merah.
(Halo?)jawab Ali terdengar sedikit tergangu. Ya, dia sedang mengeloni Laras.
“Kak Al, tolong bantu kami. Kak Bass kena serangan.”
(Apa?! Kamu di mana?)
“Di rumah, kak. Kak Bass sudah sangat pucat. Tolong kami!”
(Sharelock!)
Buru-buru, Bella mengirim lokasinya. Saat sudah sampai diterima oleh Aliando. Pintu kamarnya sudah terbobol.
Pria bernama Andra itu berjalan pelan sambil memainkan pisaunya. “Hey, minggir atau tubuhmu juga akan berlubang sepertinya!” Tunjuknya ke wajah Baskara.
“Tidak …, tolong, jangan bunbun kak Baskara!” Bella memohon denga ke dua tangan menyatu, diusap dengan cepat hingga telapan tangannya terasa panas. Air matanya berlinang.
“Minggir!” Bella kena tendangan. Sekarang, Andra berada di atas tubuh Baskara. “Di mana kartu memorinya, hah?!”
Baskara masih berani menampakkan wajah mengejeknya, ia tertawa menyebalkan sambil menjawab, “di pantat leluhurmu.”
Plak!!!
Buggh!!!
Andra menampar dan meninju Baskara berkali-kali hingga Baskara lemah tak berdaya.
“Kalau kau tidak beri tahu, aku akan melenyapkan calon istrimu.” Lirik Andra dengan seringai ganasnya kepada Bella.
Bella sudah gemetar parah. Sementara itu, Baskara sudah bonyok tak berdaya.
“Katakan, cepat!” ujar Andra bersiap melayangkan tinjunya lagi.
“Uhuk …, uhuuk,” Baskara tersedak, cairan merah mulai menggenangi rongga mulutnya. “Ponselku.”
“Hah? Katakan …, tidak jelas!” titah Andra.
“Di ponselkuh ….”
Ketika selesai mengatakan itu. Baskara pun tidak sadarkan diri. Bella menjerit di ujung ranjang melihat kepala Baskara telah terkulai penuh luka.
Andra cepat-cepat merogoh kantong jas Baskara, dan ketemu. Ketika ia memeriksa dengan cermat, benar saja, semua video bukti masih setia bercokol di dalam memori tersebut. Andra menyeringai puas sekali.
“Seandainya dia mengaku sejak awal, wajah tampannya tak akan separah ini,” ujar Andra pada Bella. Andra lalu pergi membawa ponsel milik Baskara.
Tinggallah Bella dengan seluruh tangisannya. Perlahan, ia mengesot mendekati tubuh Baskara. Tepat saat itu, Aliando dan Laras tiba.
“Ya ampun, Bass!” seru Ali tak percaya melihat keadaan di sana.
Laras kelihatan sangat takut sekarang. Lantas, ia berusaha menenangkan Bella yang terlihat mulai lemas juga.
“Kita segera ke rumah sakit!”
Ali, Laras, dan Bella segera bantu memapah dan menuju rumah sakit untuk memberikan pertolongan cepat pada Baskara.
Dalam perjalanan, Ali bertanya serius pada Bella, “kau lihat pelakunya?”
“Dia bertopeng, kak Al. Tubuhnya begitu tinggi dan besar.”
Kening Aliando mengernyit. “Orang yang sama.”
“Maksud, Mas?” beo Laras.
“Pasti itu orang yang sama yang menculik kamu waktu itu, Laras.”
“Apa?” Laras semakin cemas sekarang, “sebenarnya …, apa isi memori itu?” tanya Laras tiba-tiba.
Ali menoleh barang tiga detik. “Mas juga belum paham. Tapi, pastinya, ada sesuatu yang sangat penting di sana.”
Laras memeluk tubuh Bella yang gemetar. Kasihan sekali penampakan wanita itu saat ini.
Ali kemudian menghubungi Prass dan menceritakan semua yang telah terjadi. Lantas, Prass yang menerima informasi tersebut justru sangat senang.
“Ada mafia di institusi kita, Prass. Kau harus hati-hati,” kata Ali mengkhawatirkan sahabatnya,” kau anak kepala polisi, kau pasti akan diincar juga. Sebaiknya, jaga dirimu.”
“Oke, Al. Terimakasih sudah memperingatkan. Kau hati-hati juga,” jawab Prass yang tengah duduk santai memegang ponsel milik Baskara.
Ketika telepon terputus. Ia tertawa bersama Andra di dalam ruangan mereka. “Dasar Ali goblok,” umpat Prass.
“Kita hapus semuanya dan mari mengacak-acak keluarga itu,” kata Andra penuh dendam.
Prass menatap Andra yang terlihat mengepalkan tangannya. “Punya dendam apa kau pada keluarga Baskara?”
“Ayahnya adalah salah satu orang yang menjebloskan kakekku waktu itu.”
“Serius?” Prass kelihatan mulai tertarik. Selama ini, ia menyangka kalau Andra mau bergabung dengan kelompok kejahatannya hanya karena ingin mendapatkan uang dan faslitas lebih. Namun, Andra memiliki dendam pribadi.
“Sedangkan kau?” tanya Andra balik.
Prass tersenyum jahat, “baik Ali dan Baskara …, aku hanya senang melihat keluarga mereka hancur.”
Instagramku : Laksmidw111 (saya follback, gak sombong, hehe)
Tiktok : Laksmi_111 (di sini ada video novel-novel aku)