Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTMC 27
Pagi-pagi sekali Brian sudah datang untuk menjemput pujaan hatinya. Memang acara pemberkatan pernikahan untuk Nathan dan Ica masih nanti pukul setengah sepuluh, namun Brian akan membawa Kaila ke rumahnya terlebih dahulu yang mana di sana sudah ada MUA profesional dan kenamaan yang di panggil khusus untuk membantu Kaila bersiap.
"Loh Bri kok sudah datang?" tanya Kalila karena pasalnya ini masih pukul enam pagi. Rada sedikit heran sih karena pagi-pagi Brian sudah muncul di rumahnya.
"Sengaja, mau jemput kamu." jawab Brian yang dengan santainya langsung masuk ke dalam rumah Kaila padahal sang empu sama sekali belum mempersilahkannya untuk masuk.
"Apa ini gak kepagian?" tanya Kaila dengan arah pandangan menatap ke arah jam dinding yang ada di salah satu sisi dinding ruang tamu. "Aku aja belum mandi loh." sambungnya lagi dengan arah pandang yang sudah beralih kembali pada Brian.
Terlihat sih dari penampilan Kaila yang masih mengenakan terusan semacam daster lengan pendek dengan panjang hingga lutut. Apalagi dengan rambut yang di cepol secara asal ... beuh terlihat makin cantik menurut Brian.
"Hem belum mandi dan cuma kayak gitu aja sudah cantik apalagi nanti kalau sudah di poles." gumam Brian dalam hati dengan mata yang terus menelisik penampilan Kaila.
"Bri, ih kok malah bengong." kesal Kaila yang merasa tak di dengar oleh Brian.
"Eh iya maaf-maaf." ucap Brian sedikit kaget. "Ya udah gih sana kamu mandi, tapi jangan lama-lama ... gak perlu dandan dan pakaian serta apapun yang di butuhkan untuk penampilan kamu di acara Nathan, baik untuk pemberkatan atau untuk resepsi ... kamu bawa semuanya." kata Brian dengan panjang lebar yang membuat Kaila sampai melongo di buatnya. "Sudah sana ... apa kamu mau kita telat datangnya." kata Brian lagi karena sama sekali tak melihat pergerakan dari Kaila.
"Eh iya - iya." sahut Kaila yang langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya.
❤️
Hanya butuh waktu tak lebih dari satu jam, Kaila sudah keluar dari kamar dengan penampilan yang sangat memukau, sampai-sampai membuat Brian tak berkedip di buatnya karena sangking terpesonanya dengan penampilan Kaila.
"Aku jelek ya Bri?" tanya Kaila kala Brian hanya menatap dirinya dalam diam.
"Cantik." celetuk Brian yang membuat pipi Kaila memanas dan pastinya sudah bertambah merah karena blushing.
Sebenarnya Brian tak rela jika dirinya harus berbagi kecantikan Kaila pada orang lain, tapi ya mau gimana lagi, masa Kaila datang dengan wajah polos dan pakaikan lusuh di tengah semua orang yang datang dengan penampilan perfect mereka ... kan kasian juga sama Kaila. Makanya kali ini Brian berusaha untuk menekan egonya ... benar-benar definisi pasangan yang sangat posesif bukan.
"Sudah siap?" tanya Brian yang mendekat pada Kaila.
Brian mengulurkan tangannya di hadapan Kaila dan tentu saja dengan senang hati Kaila langsung menyambut uluran tangan tersebut.
Kaila memakai dress berwarna denim dan Brian memakai stelan jas berwarna serupa, karena warna dress code untuk keluarga di acara pemberkatan pernikahan Nathan warna itu.
Hanya butuh waktu tak sampai satu jam, Brian dan Kaila sudah sampai di gereja tempat acara. Bahkan para anggota keluarga yang lain pun sudah datang sehingga Kaila dan Brian langsung bergabung bersama dengan mereka.
Tak berselang lama papi Ferdian berserta ibu Yesi serta Lucas dan Isabela muncul di sana.
Mata ibu Yesi langsung melotot tajam ketika mengetahui jika keluarga suaminya itu memakai pakaian dengan warna yang sama sedangkan dirinya beserta suami dan anaknya memakai warna yang berbeda.
"Pi lihat itu." kata ibu Yesi dengan tangan menunjuk ke arah keluarga sang suami. "Bisa-bisanya mereka tidak memberi kita pakaian atau paling tidak memberi tahu pakaian yang di pakai, warna pakaian kita berbeda sendiri." sambungnya. "Sebenarnya keluarga kamu itu masih menganggap kita bagian dari keluarga mereka apa tidak sih? kok bisa-bisanya." katanya lagi dengan kesal sambil memprovokasi sang suami.
Hampir semua tamu yang hadir di acara ini tau jika mereka adalah keluarga mempelai pria, apa gak bikin malu kalau kayak gini.
"Itu bukannya tuan Ferdian sama istri dan anaknya? bukannya beliau kakak tuan Andreas, kok pakaiannya berbeda sendiri." kata salah satu tamu yang berbisik dengan tamu lainnya.
"Iya ya, padahal tuan Brian yang merupakan anak tuan Ferdian juga memakai pakaian yang sama dengan keluarga tuan Andreas." sahut yang lainnya.
"Atau jangan-jangan hubungan mereka tidak terlalu baik." sambung yang lain.
"Eh dengar-dengar sih gitu, hubungan mereka jauh sejak tuan Ferdian menikah lagi." imbuh lainnya.
Perkataan-perkataan tak enak dari para tamu terus saja terdengar di telinga tuan Ferdian sekeluarga dan hal itu semakin membuat ibu Yesi bertambah marah.
"Kenapa kalian tidak mengatakan jika keluarga memakai pakaian warna denim? kalau kalian tak mau memberikan, paling tidak kalian mengatakannya pada kami sehingga kami bisa datang memakai pakaian yang berwarna sama, tidak berbeda seperti ini." kata tuan Ferdian dengan menggebu sambil menunjuk pakaian yang dirinya ke kenakan saat mengatakan kalimat terakhir. "Andreas, apa kamu sudah tidak menganggap aku sebagai kakak kamu, hah ... mau bikin aku sekeluarga malu? Iya." cecarnya pada sang adik.
Tuan Andreas dan yang lainnya sempat kaget, tanpa salam, tanpa sapaan atau sekedar berbasa-basi ... ini malah datang-datang langsung nyerocos bagitu saja.
"Kalau mau marah atau protes, katakan saja pada papa." kata tuan Bili. "Karena papa yang melarang mereka untuk memberikan pakaian pada kamu sama istri dan anak sambungmu itu." sambungnya.
Belum hilang kekesalannya menikah dengan wanita yang menurutnya tidak baik, eh malah bertambah lagi saat melihat perlakuan tuan Ferdian pada Brian tempo hari di vila. Biar tuan Ferdian merasakan rasanya tak di anggap oleh keluarga sendiri, sama seperti yang dia lakukan pada Brian semenjak menikah lagi.
"Tapi kenapa pa? bukannya di sini aku, istri dan anakku masih satu keluarga dengan kalian?" tanya tuan Ferdian yang tak habis pikir dengan apa yang di katakan sang papa.
"Kalau anak yang kamu maksud di sini adalah anak sambungmu termasuk istri barumu, maka jawabannya adalah bukan." jawab tuan Bili dengan tegas. "Karena apa? karena sekarang kamu, terlebih istri dan anak sambungmu itu pun tak menganggap kami sebagai keluarga." imbuhnya.
"Sudah-sudah ... di sini kita menghadiri acara Nathan, jadi jangan merusaknya." lerai nyonya Rosa. "Kalau kalian masih mau di sini, maka jangan bikin masalah selama acara berlangsung." imbuhnya dengan menatap sang putra.
Tuan Ferdian hanya bisa diam begitu ibunya buka suara. Dia memilih mengajak istri dan anaknya untuk pergi menuju kursi yang masih kosong dan menempatinya.
Sedangkan ibu Yesi masih merasa begitu dongkol di dalam hatinya dan merutuki semua keluarga sang suami.
"Kok jadi mereka yang marah sih mas? Harusnya kan kita." kata ibu Yesi setelah mereka duduk. "Di sini kita loh yang seperti tak di anggap." sambungnya lagi yang bertambah jengkel kala melihat kedekatan Brian dan Kaila bersama ayah dan ibu mertuanya, karena pada kenyataannya dia yang sudah menikah lama dengan tuan Ferdian saja belum mampu mengambil hati apalagi dekat dengan sang mertua.