"Mas, aku hamil." ujar Bella menemui laki-laki berperawakan tampan itu di kantornya. Laki-laki yang malam itu menghabiskan waktu bersama Bella.
"Hamil? yakin itu anak saya?" tanyanya dengan sinis sambil menatap Bella dengan tajam.
"Iya Mas, ini anak kamu." jawab Bella apa adanya.
"Bagaimana bisa saya percaya itu ajak saya, sedangkan di malam itu kamu saja tidak berdarah sama sekali!!" ujarnya tanpa perasaan.
DEG...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
SALAH KAMAR MEMBAWA BAYI
30
"Kamu duduk saja dulu di sana Sayang, tunggu Bunda sebentar Bunda mau ke kamar mandi dulu. Nanti kamu juga akan tahu apa yang mau Bunda katakan." Bintang hanya bisa pasrah dan mengangguk. Padahal jadinya dirinya mau bermain dengan Meureun tapi apa boleh buat jika bundanya mau berbicara dengannya.
Selang lima menit Bella kembali dan duduk di depan anaknya. Menatap wajah tampan anaknya yang memang tidak memilki celah sama sekali. Tampan bahkan duplikat sekali dengan wajah laki-laki yang tadi ketemu dengannya saat di pesta.
"Kamu mau tau ayah kamu kan, Sayang?" tanya Bella menatap anaknya.
"Mau Bun, mau." jawabnya antusias.
Bella membuka gawainya dan memperlihatkan foto laki-laki yang sama persis dengan Bintang, hanya saja Bintang versi kecilnya.
"Ini Ayah, Bun?" Bella mengangguk. "tapi kenapa Ayah tidak pernah datang melihat dan menjenguk ku, Bun? padahal aku sudah mau umur 11 tahun Ayah juga belum datang?" tanyanya sedih.
"Kamu mau dengar Bunda cerita nggak?" tanya Bella membuat anaknya itu lantas mengangguk cepat.
"Tapi sebelum Bunda cerita, kamu harus janji jangan pernah benci bunda nantinya ya?" Lagi-lagi anaknya itu hanya mengangguk saja membalas Bella.
"Emmm, sebenarnya kamu itu bukan anak dari hasil pernikahan Bunda sama Ayah kamu, Sayang. Tapi kamu hadir karena kesalahan bunda," ujar Bella dengan suara bergetar. Jujur saja sakit rasanya dia menceritakan ini kepada putra kesayangannya. Ibu mana yang mau anaknya lahir tanpa ikatan pernikahan begitu pula dengan Bella.
"Tidak seperti Bunda yang lahir saat ada Kakek dan Nenek bersama?" Bella lantas mengangguk.
"Kamu benar Sayang, tidak seperti Bunda yang lahir dari pernikahan kakek dan nenek."
"Jadi aku anak har*m?" Air mata Bella menetes dengan deras kala mendengar ucapan anaknya. Tak kuat rasanya mendengar kata yang bahkan tak pantas di sebutkan itu.
Bella lantas menggeleng beberapa kali. "Tidak Nak, kamu bukan anak har*m. Kamu itu suci, tidak ada anak yang terlahir har*m hanya saja kesalahan Bunda yang har*m sehingga menghadirkan kamu di dunia ini. Maafkan Bunda, Sayang." Bella sesegukan, karena benar-benar sakit rasanya mengatakan kebenaran ini kepada anaknya.
"Apa ini alasan Ayah tidak mah menemui ku Bunda?" Bella menggeleng.
"Bukan Sayang, tapi Ayah kamu tidak mengakui kamu waktu Bunda memberitahunya. Bahkan dia meminta Bunda menggugurkan kamu, tapi Bunda tidak bisa melakukan itu karena, Bunda tidak ingin melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Bunda sayang kamu makanya Bunda jaga dan rawat kamu tanpa mengurangi kasih sayang dari bunda sedikitpun Nak." balas Bella dengan suara yang masih bergetar.
"Emm, jadi Ayah tidak ingin akau ada di hidupnya ya Bun?" Bella mengangguk karena memang itu adanya waktu itu.
"Maafkan Bunda, Sayang. Karena kamu hadir karena kesalahan Bunda. Tapi yakinlah Bunda sangat menyayangi kamu bahkan melebihi dengan diri Bunda sendiri." ungkap Bella jujur.
Anaknya adalah harta berharga darinya yang tidak akan bisa diganti dengan apapun yang ada di dunia ini. Bahkan jika di janjikan seisi dunia pun Bella tidak akan pernah menukarnya.
"Tidak, Bunda tidak perlu meminta maaf. Aku juga sangat menyayangi Bunda. Terimakasih karena sudah membesarkan ku dengan ikhlas dan terimakasih Bunda sudah memberikan kasih sayang yang sangat banyak untukku," ujar Bintang memeluk ibunya.
Lagian mana bisa Bintang benci dengan ibunya sendiri yang selama ini memberikan apa yang dia mau. Bahkan ibunya sampai rela melakukan segala cara agar dirinya tetap aman dan segala kebutuhannya terpenuhi.
"Terimakasih Sayang,"
TBC