Melisa tiba-tiba harus mengalami insiden buruk membuat dirinya kehilangan nyawa. Ia pikir hidupnya akan berakhir di sana tapi siapa sangka ia justru bangun dalam sebuah ruangan yang sangat kumuh.
"Ibu...ibu hiks bangun Bu hiks aku janji tidak akan menggangu ibu lagi hiks ibu..." Tangis anak kecil yang ada di sisi ranjang.
"Siapa ibumu ?" Tanya Melisa dengan bingung.
"Ibu hiks anda sudah sadar hiks..."
"Ha ? siapa yang kamu panggil ibu ?" Bingungnya.
"Ma-maaf hiks aku benar-benar minta maaf jika ibu maksudnya nyonya tidak ingin di panggil seperti itu lagi." Ujar Anak laki-laki lalu bersujud di atas lantai kayu.
"Apa yang sebenarnya terjadi ?" Bingungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telah Maninggal
"Baiklah tuan Ian, saya adalah Melisa." Ujarnya bertepatan dengan Ian yang juga menatapnya. Hingga mereka saling memandang beberapa detik sampai suara dari dalam hutan membuat mereka harus melakukan sesuatu.
"GROARRR !"
...****************...
Suara mengerikan terdengar begitu jelas dari dalam hutan yang semakin rimbun itu. Sampai rimbunnya bahkan sinar matahari pun tidak bisa menyinari tempat ini dengan baik.
"Kenapa kita harus berjalan ke arah suara itu ?" Tanya Melisa melihat pria itu berjalan semakin memasuki hutan.
"Hei tuan Ian..." Panggilnya.
"Hsstt kau bisa terus berisik jika ingin monster-monster itu datang lalu memakanmu."Ujar Ian dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.
Melisa yang mendengar hal itu hanya bisa meneguk ludah dengan kasar.
'Dunia apakah ini ?' Pikir Melisa yang hanya bisa pasrah mengikuti langkah kaki pria yang ada di depannya.
Suasana terus sunyi saat mereka semakin memasuki hutan. Benar-benar sunyi karena Melisa bahkan tidak bisa mendengar suara binatang apapun itu. Hutan ini benar-benar seperti tidak ada kehidupan apapun kecuali mereka berdua.
Hingga Melisa merasakan kakinya akan lepas jika mereka terus berjalan seperti ini.
"Tidak bisakah kita istirahat sebentar ?" Tanyanya dengan suara yang sangat pelan.
"Tidak." Jawab pria itu yang sama sekali tidak menoleh padanya yang berada di belakang.
"Hanya beberapa menit saja, saya benar-benar sangat lelah dan juga haus tuan Ian." Bujuknya masih dengan suara yang begitu kecil.
Tapi Ian sama sekali tidak menjawab apapun, pria itu tampak acuh dengan terus melangkah. Bahkan perlahan Melisa menyadari jika jarak di antara mereka semakin menjauh tapi ia juga tidak punya kekuatan lagi untuk mengejar pria itu.
'Apakah dia robot yang tidak punya rasa lelah.' Pikirnya.
Pandangan Melisa mendadak buram disertai dengan kepalanya yang begitu sakit.
"Brugh." Tubuhnya terjatuh begitu saja di atas dedaunan kering itu.
'Huh apa aku akan mati lagi....' Pikirnya saat melihat punggung pria itu yang perlahan menjauh darinya.
Ia ingin memanggil Ian tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Sehingga Melisa hanya bisa menutup matanya perlahan menerima nasibnya saat ini.
'Ku harap Kevin tidak akan terlalu sedih.' Pikirnya sebelum semua berubah menjadi gelap.
*
*
*.
Saat ini seorang gadis tengah berdiri di sebuah tempat yang sangat ramai, bahkan ada polisi dan juga orang-orang yang berkerumun di sana.
"Ini ? Ini adalah tempat aku di tikam oleh penjahat itu. Apa aku kembali ?" Gumamnya lalu berjalan dengan cepat ke arah kerumunan.
"Deg."
"Deg."
Jantung Melisa seakan-akan terhenti saat melihat gadis yang masih menggunakan pakaian hitam putih itu tengah bersimbah darah. Bahkan baju warna putih itu tidak berwarna putih karena di tutupi oleh darah.
"Ti-tidak.."Gumamnya dengan tubuh bergetar. Melisa tau jika dirinya mungkin memang mati karena kejadian itu tapi melihat sendiri bagaimana kondisinya siapapun pasti akan merasa ketakutan dan sedih.
"Astaga dia masih sangat muda."
"Penjahat itu benar-benar tidak melepaskannya."
"Kenapa juga dia berada terlalu dekat dengan penjahat itu."
Melisa bisa mendengar begitu jelas bagaimana orang-orang disana menceritakan tentang dirinya.
"Jika aku jadi setan maka akan ku hantui mereka semua." Gumamnya.
Setelah mengatakan itu tiba-tiba saja saat ini ia tengah berada di sebuah komplek makam.
"Eh." Siapa yang tidak akan terkejut jika tiba-tiba saja berpindah ke dalam tempat seram itu di tambah dengan setting waktu di malam hari.
"Apa aku akan jadi Kunti ?" Bingungnya tapi kemudian ia melihat bagaimana kuburan di depannya saat ini masih tampak baru.
Ia hanya bisa menghela nafas saat melihat namanya tertulis di batu nisan itu.
"Oh ayolah aku sudah tau kalau aku sudah mati jadi untuk apa aku di bawa kesini lagi." Kesalnya.
Tapi perempuan itu langsung terdiam saat matanya melihat sosok perempuan dengan gaun hitam serta jubah berjalan ke arah makam dirinya.
'Apa dia setan ?tapi setan tidak saling menghantui kan ?'
Hingga akhirnya kini wanita aneh itu berhenti tepat di makam Melisa.
'siapa dia aku bahkan tidak mengenalnya.'Pikirnya.
Wanita itu kemudian mengeluarkan setangkai bunga mawar merah dan meletakkannya di sana.
"Maaf." Gumamnya lalu setelah itu wanita aneh itu pergi begitu saja.
Sedangkan jangan tanya bagaimana ekspresi Melisa yang benar-benar kebingungan saat ini. Dia benar-benar tidak mengenal wanita itu tapi sekarang wanita itu justru minta maaf padanya.
Ia hanya terus berdiri di sana hingga Melisa merasakan sesuatu yang menyentuh kakinya. Sontak ia melihat ke bawah dengan perasaan takut.
"AKHHHHH !!" Teriaknya saat melihat tangan dingin dan pucat memegang kakinya.
*
*
*
Sedangkan di dunia lain tampak seorang pria tengah duduk diam di sebuah gua dengan api unggun yang ada di depannya. Sedangkan tidak jauh darinya seorang wanita cantik tampak menutup mata.
"AKHHHHHH !" Teriak wanita itu tiba-tiba membuat Ian menghentikan kegiatannya lalu melirik ke arah wanita yang saat ini telah bangun dengan ekspresi ketakutan lalu berganti dengan kebingungan.
"Kenapa berteriak ? Berisik." Ujar pria itu.
Melisa yang masih tampak bingung menatap lama pada Ian. Lalu memukul kedua pipinya dan benar saja ia merasakan sakit saat melakukannya.
"Hei kau !" Pria itu kembali memanggil Melisa tapi gadis itu masih tidak menjawab. Dia justru berjalan ke arah Ian yang saat ini tengah duduk di dekat api itu.
"Brugh."
"Kau..." Ian terlihat sangat terkejut saat Melisa justru memeluknya begitu erat.
"Kupikir anda akan meninggalkan saya hiks....tapi anda ternyata sangat baik hiks hiks." Haru Melisa. Setelah mengalami mimpi tadi ia benar-benar merasa tidak ingin mati lagi karena itu sangat tidak menyenangkan. Dia benar-benar bersyukur bahwa ia tidak perlu menjadi hantu seperti di mimpinya tadi.
"Brugh." Ia sedikit mendorong gadis itu hingga terlepas darinya. walaupun dengan kekuatan yang sangat sedikit tapi mampu membuat Melisa tersungkur ke belakang.
Keadaan langsung sunyi di antara mereka berdua. Melisa bahkan tidak lagi menangis ia justru menatap tajam pada pria itu.
"Saya tarik perkataan saya, anda bajingan." Ujarnya.
Sementara Ian hanya diam, ia benar-benar tidak bermaksud untuk membuat Melisa sampai terjatuh begitu. Niatnya hanya ingin agar gadis itu tidak terlalu menempel padanya.
please author update yg banyak 🙏🙏🙏
ayo dong author di up yg banyak episode nyaaa
sampe gereget aku nungguin update mu thor...
makin seru ini👍🏻