NovelToon NovelToon
Alea Si Gadis Tersisihkan

Alea Si Gadis Tersisihkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pengantin Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kaya Raya / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Favreaa

"Kamu harus menikah dengan Seno!"

Alea tetap diam dengan wajah datarnya, ia tidak merespon ucapan pria paruh baya di depannya.

"Kenapa kamu hanya diam Alea Adeeva?"

hardiknya keras.

Alea mendongak. "Lalu aku harus apa selain diam, apa aku punya hak untuk menolak?"

***

Terlahir akibat kesalahan, membuat Alea Adeeva tersisihkan di tengah-tengah keluarga ayah kandungnya, keberadaannya seperti makhluk tak kasat mata dan hanya tampak ketika ia dibutuhkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

Brak!

Raya dan Nyonya Camelia sedang menonton televisi yang menayangkan acara gosip artis tanah air terkejut karena Bianca yang tiba-tiba masuk dengan wajah bersungut-sungut lalu melemparkan tasnya ke atas meja kaca dengan kasar.

"Bianca, ada apa?"Raya bertanya heran akan ekspresi Bianca yang tampak kesal dan benaknya bertanya-tanya kenapa putrinya itu pulang sendiri, lalu di mana yang lain.

Bianca berkacak pinggang seraya menghembuskan nafas kasar lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa tanpa aba-aba.

"Aku kira mereka hanya membawa Alea ke butik murahan sebagai formalitas untuk menyenangkan anak haram itu aja, tapi ternyata-- ." Bianca menggantung ucapannya dan menghembuskan nafas jengkel.

"Ternyata apa?" tanya Nyonya Camelia.

"Eyang membawa Alea ke butik Dafa Adnan dan bahkan gaun Alea di desain langsung oleh om Dafa!"

Eyang meraih remote dan mengecilkan volume suara televisi, takut jika pendengarannya salah.

"Kamu yakin, Bi?" tanya Raya tak percaya.

Bianca semakin jengkel mendengar pertanyaan sang ibu. "Mama pikir aku buta sampai salah mengenali orang. Aku mungkin bisa salah kalau mereka melakukan pertemuan di luar, tapi ini tidak, Ma! Eyang membawa kita ke daerah Giandra tempat butik Om Dafa, bahkan beliau sendiri yang menyambut dan melayani kami, bukan karyawan atau asistennya!"

"Terus kamu biarkan, tidak melakukan sesuatu atau mencoba menggagalkan Alea memakai gaun itu?"

Bianca mendengus, dirinya tidak bodoh untuk diam saja. "Aku sudah berusaha, tapi gagal!"

"Gagal bagaimana?" tanya Raya lagi yang merasa tidak puas dengan jawaban Bianca.

"Ya aku udah usaha, menyarankan Alea memakai gaun yang jelek tapi Seno menggagalkan rencanaku karena ternyata gaun yang Alea pakai adalah pilihan Seno. Dia mengancam, kalau aku terus berulah membujuk Alea memakai gaun yang lain maka aku harus menggantikan Alea menjadi istrinya. Aku tidak mau, lebih baik aku pergi!" jelas Bianca menggebu-gebu, menceritakan kembali kejadian di butik.

"Sepertinya anak itu sedang beruntung!" ujar Nyonya Camelia pelan.

Bianca mendengus dan mendecih."Beruntung darimana, gaun mahal tak sebanding dengan dia yang harus menghabiskan waktu seumur hidupnya dengan pria buruk rupa."

Setidaknya, itulah satu-satunya hal yang membuat Bianca bisa meredam rasa iri hatinya.

Gaun pengantin mahal tak sebanding dengan merelakan hidupnya dengan pria asing buruk rupa, diluar sana banyak pria tampan dan kaya yang harus dikencani.

"Lalu bagaimana denganmu?... Dengan siapa lagi kali ini kamu berkencan?"

Bianca lagi-lagi mendengus. "Aku tidak sedang berkencan dengan siapapun, muak rasanya aku setiap membawa pria ke rumah, mereka pasti akan terpesona pada Alea lalu memutuskanku dengan berbagai macam alasan tidak masuk akal."

Raya menghela nafas, beberapa kali memang terjadi, termasuk beberapa bulan yang lalu Bianca tiba-tiba pulang dengan wajah bersimbah air mata, menangis sesenggukan dan mengadu pria bernama Zein yang menjadi kekasihnya, tiba-tiba memutuskan hubungan dengannya dengan alasan tertarik pada Alea.

Raya juga turut menyayangkan, sebab ia juga menyukai Zein yang seorang anak dari pengacara Jayantaka Putra. Jika saja hubungan mereka terus berlanjut sampai ke jenjang pernikahan, status keluarga Wicaksana akan semakin meningkat.

Namun, apa mau dikata semua kandas di tengah jalan, lagi-lagi menurutnya dan Bianca, Alea lah penyebabnya. Raya akui, Alea memang cantik meski tidak melakukan perawatan mahal, mirip almarhum Mira, wanita yang paling ia benci di dunia.

"Dua Minggu lagi anak itu menikah dan pindah dari rumah ini, kamu bebas membawa kekasihmu ke sini dan mengenalkannya pada kita," ujar Raya.

Bianca mengangguk. "Mama benar. Oh iya Papa mana, Ma?" tanya Bianca karena tidak melihat keberadaan Arka yang biasanya pada hari libur selalu berada di rumah.

"Ada undangan peresmian restoran teman lama papamu di daerah Mahasura"

Bianca manggut-manggut, tidak heran karena sejak dulu Arka adalah orang yang sibuk. Namun sangat jarang bagi pria itu menghabiskan waktu weekend diluar rumah jika tidak sangat penting.

Bianca berdiri dan menyambar tasnya di atas meja, melangkah pergi menuju pintu keluar.

"Kamu mau kemana, Bi?" teriak Raya.

"Keluar, teman-temanku sudah menunggu!" jawabnya balas berteriak tanpa repot-repot menghentikan langkahnya.

"Sudahlah, Raya. Biarkan Bianca bersenang-senang menikmati usianya yang masih muda sebelum nanti menikah dan dihadapkan dengan masalah pelik rumah tangga," ujar Nyonya Camelia sangat bijak jika menyangkut Bianca.

"Aku juga tidak berencana melarang, Ma! Aku hanya bertanya!" Sebagai ibu, sangat normal jika ingin tahu aktivitas putrinya, kemana dan dengan siapa dia pergi.

Nyonya Camelia meraih remot televisi dan menambah Volume suara yang tadi ia kurangi. Acara yang menayangkan gosip seputar artis tanah air telah berganti dengan siaran ulang acara masak-memasak yang sedang viral di media sosial saat ini.

"Raya mau ke dapur, Ma. Mama nggak mau titip untuk di ambilkan sesuatu?"

"Mau apa kamu ke dapur?" tanya Nyonya Camelia yang berencana menitip sesuatu.

"Aku mau ambil buah di kulkas, ada manisan salak yang aku beli di supermarket kemarin dan belum sempat ku makan!"

"Kalau begitu bilang sama Sella, suruh dia bikin teh dingin lalu bawakan ke sini sama toples keripik bawang!"

Raya mengangguk lalu pergi menuju dapur. Namun, dapur dalam keadaan sepi, hanya ada Bi Ningsih yang sedang istirahat di kamarnya, sedangkan Sella tidak tahu di mana kamarnya pun kosong.

Raya akhirnya menyeduh teh dingin sendiri untuk Nyonya Camelia dan membawanya keluar.

"Ini, Mah tehnya!"

"Kok jadi kamu, Sella kemana?"

"Nggak tahu, nggak ada di kamarnya," jawabnya dan kembali lagi ke dapur untuk mengambil manisan buah di mesin pendingin karena tidak bisa membawanya sekalian.

"Padahal Sella tadi izin sama Mama, Ray! Katanya mau jalan-jalan ketemu temen-temennya!" ucap Nyonya Camelia.

Raya hanya ber-oh-ria dan tidak membahasnya lagi. Seminggu sekali mereka memang mengijinkan Sella dan Bi Ningsih, jika ingin libur untuk sekedar jalan-jalan, yang penting pekerjaan rumah telah beres sebelum pergi.

***

Seharian Alea menemani Eyang Elaine berkeliling, setelah melakukan fitting baju Eyang membawa Alea menemui WO, bertemu dengan pihak catering dan juga pergi ke tempat percetakan dimana undangan pernikahan Seno dan dirinya dibuat.

Alea sejak tadi diam, tapi banyak sekali hal yang mengganjal dalam benaknya.

Sebenarnya seperti apa konsep pernikahan yang akan ia jalani nanti.

Gaun pernikahan mewah karya desainer kondang ternama, sewa ballroom di sebuah hotel yang cukup bergengsi di ibu kota, catering terbaik dengan segala jenis makanan premium dan undangan pernikahan yang Alea yakin berjumlah lebih dari 100 orang.

"Sayang, Eyang lihat sejak tadi kamu diam saja. Apa ada yang tidak kamu sukai atau ada hal yang tidak sesuai dengan selera kamu?" tanya Eyang lembut dalam perjalanan pulang.

Alea menggeleng. "Tidak. Pilihan Eyang sudah bagus. Tapi--."

"Tapi apa?" tanya Eyang Elaine sabar.

Begitu juga dengan Paman Emir yang tengah mengendalikan kemudi, mengintip melalui kaca spion tengah menunggu apa yang akan dikatakan Alea selanjutnya.

"Apa Eyang mengadakan pesta untuk pernikahan ini?"

Eyang Elaine terkejut lalu berseru dengan semangat. "Tentu saja Eyang mengadakan pesta, lalu untuk apa gaun mewah, sewa Ballroom hotel, catering dan undangan kalau bukan untuk mengadakan pesta!"

Eyang terkekeh karena menurutnya pertanyaan Alea sangat lucu.

Alea hanya mengangguk mengerti dan tak bertanya lagi. Biarlah semuanya berjalan seperti air mengalir karena kenyataannya, arus kehidupan memang tidak pernah berhenti sebelum kita tutup usia.

Mereka tiba di kediaman Wicaksana pukul delapan setelah seharian beraktivitas di luar. Sebelum pulang Eyang juga sempat mengajak Alea makan malam di kediaman Ravindra, tapi Alea menolak dengan alasan kasihan paman Emir jika harus mengantarnya lagi pulang ke rumah karena Paman Emir juga pasti lelah dan ingin beristirahat setelah seharian menjadi supir pribadi Eyang dan dirinya.

Akhirnya Eyang mengajak makan malam di restoran makanan khas Nusantara favoritnya dan Alea setuju karena satu arah dengan jalan ke kediaman Wicaksana.

"Kamu tunggu di mobil aja Emir, Mama nggak lama!"

Paman Emir mengangguk malas, tubuhnya sangat bakti dan kekurangan energi sekarang.

Eyang bersama Alea masuk ke dalam rumah. Keduanya bisa mendengar tawa yang begitu renyah dan hangat dari ruang tengah.

"Eyang tunggu di sini, kamu panggil gih orang tua kamu, ada yang ingin Eyang bicarakan!"

Ales mengangguk dan masuk ke dalam. Tawa yang semula riuh seketika menjadi hening. Alea berdiri dengan raut wajah datar di hadapan seluruh keluarga Wicaksana.

"Kenapa? Mau pamer kalau calon suamimu yang buruk rupa itu menyewakan gaun pengantin yang sangat bagus untuk pernikahan kalian nanti?" sindir Bianca dengan nada bicara dan raut wajah sinis.

Selain mempunyai wajah yang buruk Bianca juga ingin Seno mempunyai perangai yang buruk, agar Alea tertekan dan menderita meskipun telah berhasil keluar dari kediaman Wicaksana. Sikap Seno yang baik dan perhatian pada Alea membuatnya marah.

"Eyang ingin bertemu orang tuamu, dia menunggu di ruang tamu!" ucap Alea singkat lalu pergi dari sana kembali ke ruang tamu tanpa repot-repot membalas sindiran Bianca.

"Orang tuamu?" Bianca menoleh ke arah ayah dan ibunya.

Raya tampak biasa saja toh kenyataannya dia memang orang tua Bianca dan bukan Alea, sedangkan Arka juga tampak biasa saja karena ia tahu sejak pertengkarannya dengan Alea seminggu lalu pasti membuat gadis itu membenci dirinya dan ia tidak masalah.

"Ayo, Mas!" ajak Raya.

Arka mengangguk lalu keduanya berjalan bersama menuju ruang tamu, Bianca dan Nyonya Camelia menyusul di belakang karena ingin tahu apa yang akan mereka diskusikan.

Eyang Elaine meletakkan setumpuk undangan kosong ke atas meja.

"Itu jatah undangan untuk keluarga kalian, tidak banyak dan hanya berjumlah 150 orang, pestanya sedikit privat jadi saya tidak mengundang banyak orang, mungkin hanya sekitar 300 atau 400 orang undangan dari dua keluarga."

"Pesta pernikahan sudah siap sekitar 90%, kalian terima beres!"

Nyonya Camelia meraih salah satu undangan, membacanya lalu menata Eyang Elaine penuh keraguan.

"Anda yakin ingin mengadakan pesta untuk pernikahan Seno dan Alea?"

"Kenapa tidak?" jawab Eyang cepat dengan nada tak ramah, ia cukup tersinggung dengan pertanyaan Nyonya Camelia yang terkesan meremehkan dan menganggap cucunya tidak pantas mengadakan pesta pernikahan.

"Mohon jangan tersinggung, Nyonya Elaine. Saya hanya penasaran dengan beberapa hal, cucu ada lumpuh dan kondisi wajahnya jauh dari kata baik, apa dia tidak malu memperlihatkan wajahnya ke hadapan para tamu. Sedangkan Alea, Anda tahu cucu saya ini hanya anak tidak sah dari putra saya yang ceroboh. Jika media tahu, apa tidak akan menjadi masalah atau berdampak buruk pada perusahaan Anda? Gunjingan diluar pasti meledak tak terkendali, saya khawatir perusahaan Wicaksana yang baru saja hendak pulih kembali terpuruk!"

Eyang Elaine menghela nafas panjang lalu menatap Nyonya Camelia.

"Seno tidak masalah dengan penampilannya, dia cukup percaya diri!"

Bianca tertawa terbahak dalam hati. 'Dia mungkin merasa baik-baik saja tapi para tamu yang melihatnya jelas ingin muntah dan pasti tidak berselera menikmati hidangan karena melihat wajahnya yang jelek dan tak tertahankan.'

"Lalu tentang status Alea, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kita tidak perlu mengumumkannya kalau dia hanyalah anak di luar nikah. Kita hanya perlu mengatakan pada mereka kalau Alea anak angkat keluarga Wicaksana. Seluruh surat kelahiran Alea tidak ada nama Arka dan Raya sebagai orang tua, hanya ada nama Mira Adeeva sebagai ibu kandungnya dan Fatan Wicaksana sebagai wali!"

Nyonya Camelia tertegun, dia melupakan hal itu. Almarhum Tuan Fatan yang mengurus segala surat kelahiran Alea sejak Alea masih bayi dan dia tidak tahu karena memang tidak mau tahu.

"Ada lagi? Ada lagi yang membuat kalian ragu dengan pesta pernikahan ini?" tanya Eyang Elaine yang nada bicaranya mulai tak ramah.

"Tidak ada, kami ikut apa kata keluarga Ravindra saja. Maaf jika pertanyaan Mama saya menyinggung Anda!" ucap Arka canggung.

Eyang Elaine lalu menghela nafas panjang. "Karena tidak ada yang dibicarakan lagi, saya permisi dulu."

Eyang beranjak dari tempat duduknya menghampiri Alea. "Eyang pulang dulu, Sayang. Jaga diri baik-baik dan jaga kesehatan," pesan Eyang lalu memeluk Alea dan mencium pipi kanan dan kirinya.

Alea mematung, bertambah satu lagi orang yang memperlakukannya dengan hangat selain Bi Ningsih. Alea sangat terharu dan tanpa sadar dalam hatinya juga mulai tumbuh rasa sayang untuk Eyang Elaine.

Eyang Elaine hanya mengangguk kecil pada keluarga Wicaksana dan melengos pergi, menolak uluran tangan Arka dan Raya yang akan mengajaknya berjabat tangan.

"Sombong!" cibir Nyonya Camelia pelan.

Alea mengantar kepergian Eyang lalu berdiri di teras seraya membalas lambaian tangan Eyang, menatap mobil yang ditumpangi Eyang Elaine yang mulai menjauh meninggalkan pelataran rumah dengan perasaan rumit.

"Dari mana dia tahu mengenai surat kelahiran Alea?" tanya Nyonya Camelia pada Arka saat Eyang sudah pulang.

"Dua hari setelah mereka dari sini, salah satu asisten keluarga mereka mendatangiku di kantor dan meminta surat kelahiran Alea untuk kelengkapan dokumen pendaftaran pernikahan!" jawab Arka santai dan memang dialah yang memberikan salinannya.

Nyonya Camelia akhirnya mengerti kenapa Eyang Elaine sangat percaya diri memperkenalkan Alea ke khalayak umum sebagai calon anggota baru keluar mereka. Satu hal lagi yang tidak Nyonya Camelia sangka, sang suami ternyata menyiapkan segalanya untuk Alea agar gadis itu tidak kesulitan di masa depan tentang identitasnya.

Sedangkan Paman Emir melirik melalui kaca spion tengah, Eyang Elaine bersandar di kursi dan tampak kelelahan.

"Aku tahu seberapa antusias Mommy menyiapkan pernikahan ini, tapi jangan sampai memforsir tenaga Mommy sampai di luar batas, kalau Mommy sakit Seno pasti merasa bersalah."

Sebugar-bugarnya Eyang yang terlihat diluar, usianya tidak bisa bohong jika dirinya sudah sangat tua dan staminanya sudah tidak seperti dulu, tubuhnya bisa tumbang kapan saja dan itulah yang Paman Emir khawatirkan.

Eyang Elaine memejamkan matanya seraya menghela nafas lelah. "Setidaknya, kalau aku pergi anak itu ada yang mendampingi."

1
Mariaangelina Yuliana
iklannya shopee bikin jengkel
Mariaangelina Yuliana
aduh kok kayak nyium bau bau pelakor yaaaa🤭
Giandra
enaknya diapain ni art g jelas banget
Retno Harningsih
up
Giandra
jangan gegabah mengambil keputusan sendiri Alea bicarakan baik baik seolah olah bertanya ''mau dibawa kemana pernikahan ini" pada Seno
Adinda
semoga ibu kandungnya Alea masih hidup
Adinda
semoga ibu kandung alea masih hidup, kasihan alea thor.
Giandra
bagus
Giandra
tetap waspada Alea jangan sampai lengah orang orang disekitarmu
Anonymous
suka banget sama karakter alea, ga pernah ngeluarin air mata buat orang jahat & dia tetap tegar
Giandra
ada lagi yang cari penyakit
Retno Harningsih
up
Giandra
ayo Alea perjalanan hidupmu baru dimulai tunjukkan ketegasanmu jangan biarkan orang orang terutama para pelakor menindasmu
Giandra
zea dan Bianca mencari penyakitnya sendiri
Retno Harningsih
up
Giandra
momen canggung malah kepergok ada yang masuk pasti salah paham
Giandra
semoga lancar acaranya
Giandra
kau menggali kuburanmu sendiri ana siapapun itu kalau dia customer perlakukan dengan baik sesuai prosedur
Giandra
semoga aman sampai acara pernikahan terlaksana dan seterusnya
Giandra
semoga Alea kalau sudah menikah dengan Seno pribadinya berubah lebih tegas dan cerdik tidak mudah ditindas karena sudah mendapatkan pelajaran hidup yang keras
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!