MENJADI TUAN MUDA

Kenyataan membuktikan, aku sudah berpikir

terlalu banyak, Micel hanya ingin aku mentraktirnya makan.

Walaupun permintaan ini tidak begitu menggoda seperti pemintaan yang aku kira, tapi aku tetap menyetujuinya.

Micel bertanya padaku,"Apakah kamu bisa

memasak?"

Aku Jawab: "Memasaknya sampai matang seharusnya tidak masalah, setidaknya tidak akan membuatmu sakit perut"

Micel terkikik, lalu langsung mengendari mobil ke supermarket, kemudian membeli kulit pangsit, daging dan sayur, dia mengatakan malam ini ingin makan pangsit, menyuruhku untuk membuatkan pangsit untuknya.

Terhadap anak desa sepertiku, ini sama sekall

tidak sulit.

Setelah kembal ke kediaman Micel yang Mewah, kami langsung masuk ke dapur.

Tentu saja, Micel datang ke dapur murni hanya Menggulung lengan baju dan mengganggu saja, yang benar-benar bekerja hanya aku.

Bagaimanapun pangsit yang dia bungkus, membuat pangsit itu terlihat sangat menyedihkan.

"2 porsi pangsit sudah cukup, sudah bisa panaskan air dan masukkan ke kuali."

Aku sudah akan berhenti bekerja, tapi Micel malah menghalangiku, bersikeras menyuruhku membungkus untuk porsi 1 orang lagi, aku menanyakan masih ada siapa, dia malah tidak ingin mengatakannya.

Dia tidak ingin mengatakan tapi aku segera mengetahuinya, karena pintu kamar dibuka, dari dalam ruang tamu terdengar suara wanita yang nyaring, "Kakak, aku sudah pulang!"

Suara ini sangat nyaring, bagaikan suara siulan

burung kicau kuning, tapi semakin membuatku merasa tidak asing. Sehingga aku pun tidak menunggu Micel memperkenalkan dan langsung melangkahkan kaki keluar dari dapur.

Saat aku melihat wajah cantik Dania yang ada di ruang tamu, aku pun tercengang.

Micel dan Dania adalah kakak adik?!

Memalingkan kepala melihat Micel, walaupun dia dan Dania sama-sama sangat cantik, tapi tampang mereka berdua sama sekali tidak mirip.

Kalau harus mengatakan kesamaan diantara mereka berdua, aku hanya bisa mengatakan, suatu bagian sombong mereka sangat berisi.

Saat aku melihat Dania, dia juga melihatku, lalu kami berdua pun membuka mata dengan besar, sama-sama tercengang.

Micel yang ada di samping menatapku, lalu menatap Dania, dengan heran berkata:

"Kalian kenal?"

Aku menganggukkan kepala, "hmm, teman sekolah

mengemudi, selain itu kami juga semobil"

Dania tersenyum berkata: "Kebetulan sekali, tidak menyangka kamu dan kakakku juga adalah teman."

memang tidak disangka, hal ini bermimpi pun

aku tidak menyangka.

Setelah berbincang sejenak, aku menghindari kakak beradik ini dengan alasan di dapur masih sedang memasak pangsit.

Setelah sejenak, Micel juga masuk ke dapur.

Aku mengungkapkan rasa heran di dalam hatiku,

"Kalian kakak beradik tapi Tampang kalian juga berbeda, apakah kalian adalah sepupu?"

Micel menggelengkan kepala membantah, lalu menjawab: "Saudara kandung dari ayah dan ibu yang berbeda!"

Jawaban ini benar-benar sangat tepat, tumbuh

begitu besar aku masih belum mendengar saudara kandung tapi dari ayah dan ibu yang berbeda!

Tapi setelah itu Micel pun menjelaskan padaku, dia bilang ibunya meninggal lebih awal, dan Dania adalah anak dari ibu tirinya, sekali tidak ada hubungan darah dengan keluarga Micel, tapi hubungan mereka berdua dari kecil sudah sangat baik, oleh karena itu walaupun bukan saudara kandung, tapi malah lebih dekat dari saudara kandung.

Benar-benar sangat jarang, sangat jarang ada 2 orang yang berasal dari ayah dan ibu berbeda tapi memiliki hubungan yang begitu baik, dan bukan saling dendam seperti biasanya.

Pangsit sudah diangkat dari kuali dan ditaruh di dalam piring, lalu dihidangkan ke meja makan.

Micel duduk di sampingku, Dania duduk di depanku, semuanya menghadap ke pangsit dan berbincang, suasana sangat harmonis.

Micel memuji rasa isi pangsit yang aku buat sangat enak, Dania juga ikut memuji, aku sangat malu dan menundukkan kepala, dipuji oleh 2 wanita cantik, aku mana mungkin tidak malu.

Tentu saja, kenyataanya saat ini aku benar-benar malu, tangan kiriku yang diletakkan di bawah meja sedang menyentuh kaki indah Micel yang ada di dalam celana santainya yang longgar, dan kaki kanan yang sudah melepaskan sandal sedang menggoda kaki Dania yang ada di depan.

Tidak dipungkiri, kalau menenangkan diri mengamati film **, memang bisa mempelajari banyak hal, bukti terbaiknya adalah saat ini tubuh Micel Sedang bergerak bagaikan ular air.

Saat dia membelai rambut, dia menggunakan tangan kecilnya untuk menutup pipi, tanpa menyalahkanku, memprotesku, tapi aku mengabaikannya.

Kaki panjang yang indah itu sangat elastis, aku mana mungkin rela melepaskannya!

Dan di depan, Dania hanya diam dan makan,wajahnya memerah seolah-olah karena pangsit terlalu panas, tapi aku tahu bukan, karena aku sudah melepaskan sandalnya dan menggunakan jariku mengaitkan pada jari kakinya yang seksi, dia ingin menghindar tapi tidak bisa.

Acara makan ini sangat harmonis, ketegangan di bawah meja juga sangat memuaskan.

Setelah selesai makan malam dan membereskan semuanya, Micel mengajakku keluar jalan-jalan.

Berjalan di jalanan, dia menggandeng lenganku,

seolah-olah dia adalah pacarku.

Diperjalanan, kami bertemu dengan sepasang suami istri yang berambut putih, kira-kira berusia 70 an, keduanya masih bergandengan tangan, sangat romantis dan harmonis, sama sekali tidak terlihat dibuat-buat, membuat sangat orang kagum.

Melihat bayangan mereka yang semakin menjauh, Micel termenung dan bergumam,

"Tidak tahu apakah priaku di masa depan akan terus menemaniku berjalan seperti ini atau tidak."

Aku menguap, tidak berbicara.

Micel sedikit marah, "Kenapa kamu tidak menjawabku?!"

"Ini terlalu berlebihan jika aku menjawabnya, aku pasti tidak bisa masuk ke keluargamu, juga tidak bisa masuk ke matamu, kalau begitu untuk apa aku menjawabnya?"

Ekspresi Micel barusan kembali seperti semula, "Ternyata kamu mengkhawatirkan hal ini, itu masih tidak pasti." Aku hanya tertawa, namun tidak mengatakan

apapun lagi.

Saat berjalan ke sebuah hotel, melihat iklan LED

di depan pintu, mengatakan hari ini ada acara Diskon kamar per jam, adalah kamar dengan ranjang besar, 3 jam hanya 60 ribu.

Aku menyenggol bahu Micel dengan bahuku,"Sebagai pengusaha, kalau begitu murah, apakah kamu akan mengambilnya?"

Micel tidak mengerti, "Tentu saja, kamu sudah mengatakan kalau aku adalah pengusaha, mana ada pengusaha yang tidak ingin mengambil keuntungan?"

Setelah itu, aku pun menarik Micel ke hotel yang ada di samping.

Micel buru-buru melepaskan diri dan menanyakan apa yang ingin aku lakukan. Aku menunjuk layar LED itu, "Kita pergi mengambil keuntungan, hari ini kamar per jam

sangat murah!"

Micel benar-benar sangat marah, mengangkat tinju dan langsung memukulku hingga membuatku kesakitan. Luka pisau di punggungku tidak bisa menahan pukulannya yang begitu kasar ini, tapi dia malah tidak

maksud untuk berhenti.

Oleh karena itu, aku langsung memeluknya, mencium bibirnya dengan kuat dan merasakan bibirnya yang panas dan merah itu.

Dan pada saat bersamaan, sepasang tanganku tidak berhenti bergerak di tubuhnya, hingga membuatnya sesak dan wajahnya memerah.

"Plak!"

Sebuah tamparan yang nyaring terdengar di wajahku.

Setelah keluar dari pelukanku, Micel lalu menamparku dengan keras, "Justin. jangan melupakan identitasmu!"

Aku tidak tahu Micel menggunakan tamparan ini untuk mengingatkan dirinya sendiri atau sedang mengingatkanku, tapi aku tidak berbicara.

Langsung memalingkan kepala dan pergi, nona

besar keluarga kaya?Sangat hebat?

Setelah aku berjalan sejauh 10 meter, suara

marah Micel terdengar dari belakang, "justin, kamu bajingan!

Cihh, yang mengatakan ku bajingan sangat banyak, berbaris juga harus membedakan ganjil dan genap, apakah masih ada pengaruh denganmu?