"Buang obat penenang itu! Mulai sekarang, aku yang akan menenangkan hatimu."
.
Semua tuntutan kedua orang tua Aira membuatnya hampir depresi. Bahkan Aira sampai kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan seorang pria beristri. Dia justru bertemu anak motor dan menjadikannya pacar pura-pura.
Tak disangka pria yang dia kira bad boy itu adalah CEO di perusahaan yang baru saja menerimanya sebagai sekretaris.
Namun, Aira tetap menyembunyikan status Antares yang seorang CEO pada kedua orang tuanya agar orang tuanya tidak memanfaatkan kekayaan Antares.
Apakah akhirnya mereka saling mencintai dan Antares bisa melepas Aira dari ketergantungan obat penenang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
"Bintang gak papa kan?" Aira masih menangis terisak di dalam mobil. Sebenarnya dia bukan hanya menangisi kucingnya yang sekarang kedinginan tapi dia juga menangisi nasib hidupnya. Hatinya terasa sangat sakit dengan semua yang dia alami.
"Tidak apa-apa. Nanti kita keringkan di rumah." Antares mengambil selimut yang ada di belakang lalu menyelimuti Aira dan kucingnya. "Anton, kita pulang ke rumah."
"Pulang ke rumah Pak Ares?" tanya Aira.
"Iya. Memang kamu mau pulang ke rumah kamu sendiri?"
Aira menggeleng pelan. Dia semakin menangis saat mengingat perkataan keluarganya yang terus menuntutnya.
"Sudah, jangan menangis lagi. Jangan memikirkan keluarga kamu. Mereka tidak pernah menganggap kamu keluarga. Sebuah keluarga seharusnya saling melindungi bukan terus menjerumuskan kamu seperti ini."
Aira mengambil tasnya dan mengeluarkan botol obat itu tapi Antares mengambilnya lebih dulu. "Sejak kapan kamu buka?"
Aira semakin menundukkan kepalanya. Rasanya dia ingin terus menangis tanpa bisa menghentikan air mata itu.
"Aira." Antares meraih tubuh Aira dan memeluknya. "Aku tahu apa yang kamu lalui ini tidak mudah. Tinggalkan apa yang menjadi beban hidup kamu. Kamu berhak bahagia." Antares mengusap punggung Aira agar lebih tenang.
Perlahan isak tangis Aira mulai mereda. Dia juga sudah merasa tenang merasakan hangatnya pelukan itu meski baju mereka sama-sama basah.
"Untuk sementara, kamu menginap di rumahku saja. Jangan khawatir, Mama dan Papa sangat baik," kata Antares. Dia tidak juga melepaskan pelukannya pada Aira.
Hingga mobil itu berhenti di depan rumah Antares, barulah dia melepas pelukannya. Antares keluar dari mobil terlebih dahulu lalu meraih tubuh Aira dan menggendongnya. "Anton, bawa kucing ini masuk, lalu belikan makanan kucing."
"Iya, Pak."
"Pak Ares, turunin aku. Aku bisa jalan sendiri." Aira malu jika dilihat kedua orang tua Antares dengan posisi seperti itu.
Tapi Antares tak menggubris perkataan Aira. Dia tetap menggendong Aira masuk ke dalam rumahnya.
"Ares, kenapa?" tanya Shena sambil mengikuti langkah putranya masuk ke dalam kamar tamu.
"Nanti aku ceritakan. Tolong siapkan baju ganti untuk Aira."
"Aira?" tanya Shena. Dia terkejut karena baru kali ini putranya datang ke rumah membawa wanita, ditambah dengan cara khusus, digendong ala bridal style.
"Iya, sekretarisku." Antares mengambil kucing yang dibawa Anton. "Aira, biar aku keringkan Bintang. Kamu ganti baju saja dulu."
Aira hanya menganggukkan kepalanya. Dia masih berdiri dengan bajunya yang basah semua.
"Sebentar aku ambilkan baju punya adiknya Ares, pasti pas. Kamu mandi dulu." Shena memberikan handuk pada Aira yang baru dia ambil.
Aira hanya menganggukkan kepalanya dan mengambil handuk itu lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Shena kini menuju kamar putrinya yang sudah tidak ditempati. Dia mengambil baju lengkap lalu keluar dari kamar itu. Tapi langkahnya berhenti saat melihat Antares yang sedang sibuk mengeringkan bulu kucing dengan hair dryer sambil bertelanjang dada.
"Kenapa kamu tidak mandi dulu lalu ganti baju."
"Iya, sebentar." Antares fokus mengeringkan kucingnya terlebih dahulu.
"Kucing Aira?"
Antares menganggukkan kepalanya. "Aku yang belikan, dia yang rawat. Dia rela lompat ke kolam demi kucing ini, padahal Aira tidak bisa berenang."
Shena semakin tersenyum mendengar hal itu. "Pantas kalian basah semua. Kalian ada hubungan khusus?"
Antares menggelengkan kepalanya. "Belum ada. Aira ada masalah internal dengan keluarganya, jadi untuk beberapa hari biarkan dia tinggal di sini."
"Tentu saja. Kalau bisa untuk seterusnya biar jadi anggota keluarga di sini."
"Mama, jangan bicara aneh-aneh dulu. Dia lagi banyak masalah dengan keluarganya."
"Ya udah. Sebentar lagi kita makan bersama ya."
Antares menganggukkan kepalanya. Dia melihat mamanya yang kini sudah turun ke lantai bawah menuju kamar tamu.
"Sudah kering." Antares tersenyum mengusap bulu halus dan panjang kucingnya. Dia menurunkannya di lantai dan mengambil makanan kucing yang baru saja dibeli oleh Anton. Dia meletakkannya di depan kamar. "Kamu makan. Kalau mau ke Mama, ada di bawah." Kemudian Antares masuk ke dalam kamar mandi.
...***...
Shena masih menunggu Aira hingga selesai berganti pakaian. "Kamu keringkan dulu rambut kamu. Sini, Tante bantu." Shena menarik Aira agar duduk lalu dia membantu mengeringkan rambut Aira.
"Terima kasih, Tante. Biar saya saja."
Shena menggelengkan kepalanya dan tetap memegang hair dryer itu. "Tidak apa-apa. Biar Tante saja. Sudah lama kenal sama Ares?"
"Baru-baru ini. Saya bertemu Pak Ares waktu di jalan dan ternyata Pak Ares pimpinan di perusahaan."
"Jadi kamu sekretaris baru itu yang katanya pernah bekerja di Jepang sebagai leader tim teknisi."
Aira tersenyum kecil. "Tante ternyata tahu soal itu."
"Papanya Ares masih sering memantau pekerjaan Ares di perusahaan. Ternyata kamu wanita yang hebat."
Aira menggelengkan kepalanya. "Saya bukan wanita hebat."
Kemudian tidak ada pembicaraan di antara mereka. Hanya ada suara hair dryer yang menyala. Setelah rambut Aira kering, Shena mamatikan hair dryer itu lalu duduk di sebelah Aira. "Kalau boleh tahu, ada masalah apa sama keluarga kamu?"
Aira terdiam sambil menundukkan pandangannya. "Saya juga tidak mengerti mengapa keluarga saya sangat membenci saya."
Shena mengusap punggung Aira dengan lembut. "Jangan dipikirkan. Kamu sudah dewasa dan bisa jaga diri sendiri. Masih ada keluarga lain yang akan menyayangi kamu nanti."
Aira hanya menatap wanita paruh baya yang tersenyum tulus padanya. "Keluarga lain?"
Shena tak menjelaskan maksud dari kalimatnya. Dia hanya tersenyum lalu melihat Antares yang sudah berdiri di depan pintu kamar sambil menggendong kucingnya. "Kita makan bersama ya." Kemudian dia berdiri dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Nih, Bintang sudah tidak kedinginan lagi." Antares berjalan mendekat dan menurunkan kucing itu di pangkuan Aira.
Aira tersenyum dan mengusap bulu halus itu. "Terima kasih Pak Ares. Kalau tidak ada Pak Ares, tidak tahu bagaimana nasibku sekarang."
Antares duduk di sebelah Aira. "Lain kali, kamu jangan gegabah. Kamu bisa meminta bantuanku untuk mengambil Bintang. Maaf, aku bertindak terlambat. Seharusnya sejak awal aku beri pelajaran pada Toni."
"Besok aku akan mencari tempat kos, izinkan aku menginap semalam saja di sini," kata Aira sambil menatap Antares yang ada di sampingnya. Aira terpesona beberapa saat melihat Antares yang hanya memakai kaos putih berlengan pendek dengan rambut basahnya.
"Semalam? Santai saja, tidak usah buru-buru cari tempat kos. Kamu tenangkan pikiran kamu dulu di sini." Satu tangan Antares ikut mengusap kucing yang ada di pangkuan Aira.
"Tapi aku tidak enak sama Mama dan Papa Pak Ares."
"Ya, kalau begitu anggap saja mereka seperti Mama dan Papa kamu sendiri."
Aira masih saja menatap Antares. Dia tidak mengerti mengapa Antares baik sekali padanya. Dia takut mengartikan lebih semua kebaikan itu.
rebut hatinya Aira res biar ga ke gaet sama mantan 😁😁