Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rintangan 1
"Apa masih jauh? Dimana rumah mu?" tanya Regan, setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan mereka akhirnya sampai di kampung halaman Sri, namun saat mereka sudah sampai di desa yang Sri sebutkan sebagai tempat tinggalnya, Regan merasa Sri terus menunjukkan arah yang salah sehingga mereka hanya berputar putar saja tak kunjung sampai di rumahnya.
"Apa kita pulang ke Ibukota lagi saja, Mas. Tidak usah meminta restu ibu, kita menikah saja." cicit Sri tiba tiba.
"Kenapa bisa begitu?" kaget Regan yang sontak menepikan kendaraannya, setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan Sri justru mereka kembali, padahal tidak ada penolakan sama sekali saat mereka hendak datang ke kampung halaman Sri sedari awal.
"A-aku takut, ibu ku tidak bisa menerima mu. Aku takut jika ibu ku mengatakan hal hal yang menyakiti hati mu dan kamu marah lalu meninggalkan ku." jujur Sri pada akhirnya.
Regan tersenyum lebar setelah tahu apa yang menjadi ke khawatiran kekasihnya.
"Aku tidak selemah itu, sayang. Aku sudah mempersiapkan mental dan segalanya demi mendapatkan restu dari ibu mu." Regan mengusap kepala Sri dengan penuh sayang.
"Tapi ibu ku itu matre, Mas. Nanti jangan di dengerin ya, kalau si Mbok minta hal aneh aneh atau macem macem sama kamu." Sri mewanti wanti, dia tidak ingin Regan merasa kaget dengan sifat jelek sang ibu, sehingga sengaja memberinya bocoran tentang Jumian.
"Ya kalau aku mampu aku akan berikan apa yang di minta ibu mu, kalau tidak ya akan aku usahakan, bagaimana pun aku akan menikahi putrinya yang telah beliau rawat puluhan tahun lamanya, apalagi kamu anak tunggalnya, mencintai mu itu berarti aku harus mencintai keluarga mu juga, dalam hal ini ibu mu." ujar Regan.
"Ah, kamu gak tau gimana si Mbok sih!" kesal Sri merasa jika Regan seperti tidak percaya dengan apa yang di sampaikan tentang Jumian.
"Ya gak tau lah, aku belum pernah ketemu!" goda Regan, mencairkan suasana dan benar saja itu membuat Sri tersenyum geli.
Namun saat mereka mengobrol sambil bercanda di tepi jalan, tiba tiba kaca jendela mobil Regan di ketuk keras dari luar, membuat Sri dan Regan terkejut di buatnya, saking asiknya mereka bercanda dan bercengkerama di dalam mobil, membuat tidak menyadari jika sudah ada tiga orang pria tinggi besar berdiri di samping mobilnya sambil mengetuk ngetuk kaca jendela mobilnya.
"J-jangan di buka, Mas!" larang Sri sembari menahan tangan Regan yang hendak membuka pintu mobil dan keluar menghampiri ketiga pria yang memasang wajah garang dan terus menempelkan wajah mereka di kaca jendela mobil memeriksa apa yang ada di dalam mobil lewat jendela yang gelap akibat kaca film yang sengaja di pasang untuk menjaga privasi di dalam.
"Kenapa?" Regan mengernyit, dia memang tidak jahi berkelahi dan tidak suka keributan, tapi jika dirinya di usik dia tidak akan tinggal diam, apalagi jika sudah membahayakan orang yang di sampingnya, dalam hal ini Sri.
"Mereka preman-preman pasar yang memang suka mencari keributan, mereka juga centeng centengnya tuan Darto." Terang Sri yang begitu hafal dengan tingkah laku para preman yang suka sekali membuat onar, mereka juga kerap kali meminta minta uang, apalagi pada orang asing atau pendatang.
"Darto tuan tanah yang hampir menikah dengan mu itu?" Wajah Regan berubah kecut saat mendapatkan anggukan dari Sri.
"Ayo pergi saja dari sini, jangan ladeni mereka." ajak Sri yang merasa takut bila Regan terluka akibat ulah para preman kampung itu.
"Tidak, aku akan menghadapi mereka. Aku tidak merasa punya masalah dengan mereka, kenapa harus takut!" Regan membuka kunci pintu mobilnya secara otomatis.
"Tapi---"
"Kamu tunggu di sini, jangan ikut keluar."
Ketiga preman itu mundur beberapa langkah dari sisi mobil saat pintu suv hitam itu di buka Regan dari dalam.
"Kenapa berhenti di sini, apa kau sedang berbuat yang tidak tidak dengan wanita itu!" tunjuk salah seorang preman itu ke arah dalam mobil, sepertinya dia tidak mengenali jika wanita yang sedang di tunjuknya adalah Sri, selain karena memang kaca film yang gelap, dandanan Sri juga sudah benar-benar berubah, tidak seperti Sri si gadis desa yang kumal dan dekil seperti saat tinggal di desa.
"Kami hanya menepi sebentar untuk beristirahat, ini kami akan jalan lagi." jawab Regan dengan nada santai.
"Jangan asal berhenti, di sini semua ada aturannya, ini wilayah kami, jadi jika ingin berhenti harus izin pada kami, tapi karena kami lihat kau sepertinya bukan warga sini, kami memaafkannya, tapi beri kami uang, anggap saja biaya parkir." ujar preman satunya terang terangan memalak Regan.
Tidak ingin ribut berkepanjangan, Regan merogoh saku celananya, dia menemukan selembar uang dua puluh ribuan, Regan memang tidak pernah menyimpan uang cash, seperti kebanyakan warga Ibukota pada umumnya yang memilih untuk cashless dan menggunakan uang digital dalam setiap transaksi.
"Cih,,, mobil elit, ngasih uang sulit! Dua puluh ribu cukup buat beli apa? Apa kau sengaja menantang kami? Kau cari ribut, huh?" Sewot pria yang tubuhnya paling besar berbicara sambil meraih kerah baju bagian depan Regan dengan tangan kanannya sampai Regan nyaris terbawa ke depan karena pria itu menariknya dengan penuh tenaga, beruntung Regan bisa menguasai keadaan dan menjaga keseimbangan tubuhnya, sehingga kakinya hanya maju satu langkah saja akibat tarikan pria itu.
"Bukankah ini jalan umum, dan tidak ada tanda larangan berhenti disini, lalu anda semua meminta
Uang parkir, aku kira ini cukup kalau hanya sebagai uang parkir, kalian juga tidak memakai tanda pengenal sebagai juru parkir legal." lawan Regan dengan sigap melepaskan cengkeraman tangan pria bertubuh kekar itu di kerah bajunya.
Merasa Regan seperti tidak takut dan malah melawan, hal itu membuat ketiga orang itu semakin menjadi, kali ini dua orang yang lain dengan sekejap mata sudah memegangi kedua tangan Regan sementara pria paling kekar tadi sudah bersiap dengan kepalan tangannya yang membulat hendak meninju wajah tampan Regan.
"Paman hentikan!" Teriak Sri yang buru buru keluar dari dalam mobil setelah melihat Regan hendak di keroyok oleh para preman pasar itu yang salah satunya merupakan pamannya sendiri yaitu suami dari Surti adik sang ibu.
"Sri? Apa kamu benar Sri?" kepalan tangan Supri mengambang di udara tak sempat mendarat di wajah Regan, pria yang usianya hampir sepantaran dengan Regan itu mengerutkan dahinya, kedua alisnya bahkan saling bertaut saat memperhatikan wajah Sri dengan seksama.
"Owalah,,,, akhirnya,,,," Supri terbahak, wajahnya yang tadi terlihat garang dan penuh amarah berganti bahagia dengan seringai tawa panjang di ikuti teman temannya yang juga ikut tertawa bahagia.
"Sugih (kaya) mendadak kita, nemu harta karun!" ujar salah seorang dari mereka sembari mata mereka saling berpandangan.
Tanpa di komando, keduaa orang itu melepaskan pegangannya di kedua tangan Regan yang tadinya hendak mereka keroyok, dan berganti memegangi tubuh Sri yang langsung berteriak dan meronta berusaha melepaskan diri, sementara Regan yang masih belum paham dengan situasi yang terjadi harus kehilangan kesadarannya saat Supri tiba tiba memukul leher belakangnya saat dirinya lengah dan konsentrasinya terbagi pada Sri, saat tiba tiba para preman itu seketika malah lebih tertarik untuk menangkap Sri saat itu.
"Mas!" teriak Sri panik saat melihat Regan tersungkur dan tertelungkup di atas aspal tidak sadarkan diri akibat pukulan telak Supri.