Judul: KEBANGKITAN PENDEKAR ABADI
Deskripsi:
Ling Chen, seorang pemuda tangguh yang penuh dengan pengalaman pertempuran, terjebak dalam perjalanan menuju takdir yang lebih besar. Setelah terluka parah oleh makhluk tingkat Emperor Bintang 9 di Hutan Terlarang, ia menemukan dirinya berada di ambang kematian. Namun, sebuah kekuatan misterius, Sistem Dewa Alam, terhubung dengannya, membuka jalan baru yang penuh dengan peluang dan tantangan.
Dengan bimbingan sistem dan hadiah luar biasa yang diterimanya, Ling Chen bertekad untuk menguasai kekuatan baru, memperbaiki kesalahan masa lalunya, dan menaklukkan dunia yang dipenuhi makhluk-makhluk legendaris. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya harus melawan kekuatan besar dari luar, tetapi juga menghadapi ambisi dan kesombongannya sendiri yang perlahan ia ubah menjadi kebijaksanaan.
Akankah Ling Chen berhasil mencapai puncak kekuasaan dan membalas dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 NAGA TUANWU
Bab 11: Keagungan Gunung Pendekar dan Awal Konflik
Kapal terbang yang mereka tumpangi melaju perlahan ke dermaga milik Sekte Tianwu. Ketika kapal mendarat, sebuah pemandangan luar biasa terbentang di hadapan para murid baru. Dermaga ini lebih besar dari yang mereka bayangkan, ratusan kapal terbang serupa dengan yang mereka tumpangi terparkir rapi. Di ujung dermaga, patung naga emas setinggi beberapa puluh meter berdiri dengan gagah, memancarkan aura yang menekan seluruh area sekitarnya. Aura naga itu begitu kuat, seakan hidup dan siap menerkam siapa saja yang berani mendekat.
Mei Ling (terpesona): "Tidak pernah aku melihat sesuatu yang seperti ini... Aura naga itu... rasanya seperti menekan jantungku."
Lian Zhen (meremehkan): "Apa ini? Hanya patung. Kau pikir hanya dengan patung seperti ini bisa membuat kita takut?"
Huang Xiang (khawatir): "Tapi, aura naga itu... terasa sangat nyata."
Zhao Yan (berbisik): "Ini hanya permulaan. Sekte Tianwu bukan sekedar sekte biasa. Jangan terlalu sembrono."
Ling Chen, yang berada sedikit di belakang mereka, memandang patung naga itu dengan tatapan datar. Di balik topi jeraminya, kilasan kenangan masa lalu muncul. Kenangan tentang ketika dia bertarung dengan naga sungguhan, jauh lebih mengerikan dari apa yang mereka lihat sekarang.
Ling Chen (dalam hati): "Patung naga ini memang menakutkan... tapi itu tak seberapa dibandingkan dengan yang pernah aku hadapi."
Di bawah patung naga, para tetua dari berbagai gunung sudah menunggu. Mereka mengenakan jubah panjang yang berkilau dengan lambang sekte di dada mereka. Para murid baru langsung merasa ditekan oleh aura para tetua ini, terutama Xian Tianyu, Patriark Sekte Tianwu, yang baru saja turun dari salah satu kapal terbang dan melangkah maju. Tatapan tajamnya menyorot setiap murid baru, seakan mereka hanya sebutir debu di hadapannya.
Xian Tianyu (suara berat, menggelegar): "Selamat datang di Sekte Tianwu. Kalian yang terpilih untuk menjadi murid baru adalah mereka yang memiliki potensi besar. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Tetua-tetua kalian akan melatih kalian dengan tangan besi. Dan kalian akan segera mengetahui apa arti kekuatan sesungguhnya."
Setelah berbicara, Xian Tianyu melesat ke udara, tubuhnya seolah menghilang dalam kecepatan yang begitu luar biasa. Hanya angin kencang yang menyertai kepergiannya, dan para murid baru menatap dengan mulut terbuka.
Wen Qi (ternganga): "Kecepatan itu... apakah dia manusia?"
Lian Zhen (memandang kesal): "Itu hanya trik. Aku yakin aku bisa mengalahkannya dengan mudah."
Ling Chen tersenyum tipis, melihat ketidaksadaran Lian Zhen tentang perbedaan kekuatan mereka.
Ling Chen (dalam hati): "Lebih cepat? Aku dulu jauh lebih cepat daripada itu."
Setelah kepergian Xian Tianyu, para tetua dari masing-masing gunung mulai memimpin murid-murid mereka. Tetua Han Mei, yang memimpin Gunung Pendekar, mengarahkan kelompok Ling Chen untuk mengikuti mereka.
Han Mei (tersenyum lembut): "Ikuti kami, murid-murid baru. Aku akan memperkenalkan kalian pada Gunung Pendekar, tempat kalian akan menempa diri."
---
Mereka mulai berbaris, dan Ling Chen bersama kelompoknya mengikuti Tetua Han Mei. Di sepanjang jalan menuju Gunung Pendekar, Ling Chen bisa merasakan atmosfer yang sangat berbeda dibandingkan dengan dunia luar. Aura pedang yang menyelimuti gunung ini begitu kuat, bahkan lebih dari yang dia bayangkan.
Ling Chen (dalam hati): "Benar-benar tempat yang tepat untukku."
Di perjalanan, mereka bertemu beberapa murid senior yang sedang melatih teknik pedang mereka. Ling Chen memperhatikan mereka dengan seksama, mencoba merasakan kekuatan mereka. Tidak ada yang benar-benar mengesankan baginya, tapi dia tahu bahwa hanya waktu yang akan membuktikan seberapa besar kekuatan mereka nantinya.
Lian Zhen (memandang dengan sinis): "Hmph, hanya orang-orang bodoh yang berlatih dengan teknik kuno seperti itu."
Ling Chen (dengan nada datar): "Setiap teknik memiliki keunikannya. Jangan meremehkan sesuatu hanya karena kau belum memahaminya."
Mei Ling (berbisik): "Kalian berdua ini saling tidak suka ya? Sejak tadi saja, sudah saling diam."
Huang Xiang (terlihat cemas): "Jangan sampai ada pertengkaran di antara kita, nanti malah merugikan kita."
Namun, pertengkaran antara Ling Chen dan Lian Zhen segera meletus. Lian Zhen tidak bisa menahan rasa kesalnya melihat Ling Chen yang memakai pakaian sederhana dan topi jerami, seakan-akan menganggap dirinya lebih unggul hanya dengan penampilan.
Lian Zhen (dengan nada mengejek): "Aku tidak habis pikir, kenapa Sekte Tianwu menerima murid seperti kamu. Penampilan saja sudah menunjukkan kelasmu yang rendah."
Ling Chen (dengan dingin, tanpa menatap langsung): "Penampilan bukanlah segalanya. Jangan terlalu cepat menilai."
Lian Zhen (mengernyit, semakin kesal): "Tentu saja. Kalau begitu, tunjukkan kekuatanmu. Jangan hanya bicara."
Ling Chen (dengan tenang): "Aku tidak suka berdebat tentang hal-hal bodoh. Jika kau ingin bertarung, kita bisa melakukannya di arena nanti."
Namun, Lian Zhen tidak bisa menahan egonya. Dengan gelagat kesal, dia melangkah maju, menghadap Ling Chen dan mengacungkan telunjuknya, seakan menantangnya.
Lian Zhen (menantang): "Jangan hanya bicara omong kosong! Kalau kau berani, tunjukkan kekuatanmu sekarang juga!"
Ling Chen tidak membalas tantangan itu, tetap berjalan dengan tenang. Namun, ketegangan mulai terasa di udara sekitar mereka. Murid-murid lain yang berada di dekatnya mulai merasa cemas, terutama Mei Ling dan Huang Xiang yang tahu betul bahwa Lian Zhen bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh.
Mei Ling (khawatir, berbisik): "Kalian ini, kalau terus begini, kita bisa berurusan dengan masalah besar."
Huang Xiang (berbisik): "Ling Chen... kenapa dia tidak membalas? Apa dia takut?"
Ling Chen (dalam hati, dengan nada dingin): "Takut? Tidak... Aku hanya tak peduli."
Namun, Lian Zhen tidak bisa menahan emosinya. Dia merasa dihina, dan kini kemarahan memuncak. Tiba-tiba dia melangkah lebih cepat, menendang batu besar di depan Ling Chen untuk menarik perhatian, membuat semua orang menoleh.
Lian Zhen (teriak): "Apa kau menanggapiku lemah?! Aku tidak akan membiarkanmu meremehkan aku seperti ini!"
Ling Chen akhirnya berhenti berjalan dan menghadapinya dengan tatapan tajam, meskipun wajahnya tetap tenang. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya berdiri dengan tangan terlipat di belakang punggung, menunggu reaksi Lian Zhen.
Lian Zhen yang merasa diabaikan, semakin kesal dan, dalam sekejap, ia menghunus pedangnya. Dengan gerakan cepat, dia melancarkan serangan yang memotong udara, bergerak menuju Ling Chen dengan kekuatan yang cukup mengesankan.
Lian Zhen (dengan penuh semangat): "Ini pelajaran untukmu! Rasakan pedangku!"
Namun, sebelum pedang Lian Zhen mencapai tubuh Ling Chen, dia sudah menggerakkan tubuhnya dengan kecepatan luar biasa, menghindar dengan gesit. Pedang Lian Zhen hanya menyentuh udara kosong. Ling Chen berdiri tegak, tidak terpengaruh oleh serangan itu sedikit pun.
Ling Chen (tenang, sambil melangkah mundur sedikit): "Kau terlalu terburu-buru."
Lian Zhen semakin emosi. Dia melancarkan serangan lagi dengan teknik yang lebih tajam, namun gerakan Ling Chen semakin elegan, menghindari setiap serangan dengan mudah.
Lian Zhen (marah): "Kenapa kau begitu sulit dilawan?!"
Tapi tiba-tiba, di tengah pertarungan mereka, langkah seorang murid senior menghentikan mereka. Murid senior itu mengenakan jubah pelindung dengan lambang Sekte Tianwu yang besar, memancarkan aura yang sangat kuat. Namanya adalah Wu Shi, seorang murid pengawas yang sudah dikenal di kalangan murid dengan kekuatannya yang sangat besar.
Dengan satu gerakan tangan, Wu Shi mengeluarkan aura pedangnya yang begitu menakutkan, membuat seluruh lingkungan sekitar menjadi tegang.
Wu Shi (suara berat, menggelegar): "Kalian berdua... cukup!"
Aura yang terpancar dari Wu Shi begitu kuat dan dominan, seakan menekan seluruh dunia di sekitar mereka. Lian Zhen yang biasanya sombong dan penuh keberanian langsung terdiam. Aura ini begitu menakutkan, dan dalam sekejap, dia merasakan tubuhnya menjadi kaku, tak mampu bergerak.
Lian Zhen (dengan napas terengah-engah, berlutut): "S-Siapa... siapa dia?"
Ling Chen hanya tersenyum tipis, mengamati dengan tenang. Wu Shi berdiri tegak, aura pedangnya kini menenangkan keadaan, namun tetap menciptakan rasa hormat yang mendalam di antara para murid yang menyaksikan.
Wu Shi (dengan dingin): "Jika kalian ingin bertarung, lakukan dengan cara yang benar. Arena adalah tempat yang tepat, bukan di sini. Pertengkaran seperti ini hanya akan merusak citra sekte."
Dengan sekali gerakan tangan, Wu Shi menarik kembali aura pedangnya. Suasana yang tadinya tegang, perlahan kembali tenang. Lian Zhen yang sebelumnya tampak sangat angkuh kini merasa kecil di hadapan Wu Shi. Dia tidak berani melawan lagi, hanya bisa menundukkan kepalanya.
Lian Zhen (dengan nada pelan, merasakan kekalahannya): "Aku... aku mengerti."
Ling Chen hanya melirik sekilas ke arah Lian Zhen, tidak memberikan tanggapan lebih lanjut. Dengan sikap yang tak tergoyahkan, dia melanjutkan langkahnya, diikuti oleh murid-murid lainnya.
Ling Chen (dalam hati, sambil berjalan): "Ada banyak hal yang harus dipelajari. Tapi, aku tidak akan pernah menghindar dari pertarungan sejati."
Wu Shi menatap mereka sejenak, memastikan tidak ada lagi ketegangan yang akan timbul. Setelah itu, dia mengarahkan mereka menuju tempat selanjutnya.
Setelah kejadian itu, mereka melanjutkan perjalanan dan tiba di arena utama Gunung Pendekar. Di tengah arena, para murid senior sedang berlatih, bertarung, dan menguji kekuatan mereka. Semua murid baru disarankan untuk bergabung dan mengikuti pertandingan untuk meningkatkan peringkat mereka di gunung ini.
Zhao Yuyan: "Ini adalah arena utama. Semua murid harus berkompetisi untuk meningkatkan posisi mereka. Semakin tinggi posisi kalian, semakin banyak sumber daya dan fasilitas yang bisa kalian dapatkan."
Tiba-tiba, seorang murid senior bernama Luo Min, yang dikenal dengan sikap sombongnya, datang dengan senyum merendahkan.
Luo Min (memandang Jin Feng): "Hah, kalian murid baru, ya? Aku yakin tidak ada yang bisa mengalahkan aku di sini. Kecuali... kau." (Dia menunjuk Jin Feng, yang tampaknya tidak terlalu berbakat.)
Jin Feng, yang tidak bisa menahan amarahnya, langsung melangkah ke tengah arena.
Jin Feng (dengan keras): "Aku akan menunjukkan siapa yang lebih kuat!"
Pertarungan pun dimulai, namun hanya dalam beberapa detik, Luo Min sudah berhasil menjatuhkan Jin Feng dengan serangan cepat dan presisi tinggi. Jin Feng terkapar, luka ringan di tubuhnya. Murid-murid lain hanya bisa melihat dengan cemas.
Luo Min (tertawa): "Begitu mudah. Kalian murid baru memang hanya bisa jadi bahan tertawaan."
Ling Chen, yang sedang berdiri di pinggir arena, hanya menyaksikan dengan tatapan datar. Namun, saat Luo Min mengarahkan tatapannya kepada Ling Chen, semuanya berubah.
Luo Min (dengan sinis): "Hei, topi jerami! Apa kau juga ingin mencoba?"
Ling Chen mengangkat wajahnya sedikit, tatapannya tetap tenang dan penuh perhitungan. Dalam sekejap, dia melangkah maju, menghadap Luo Min.
Ling Chen (dengan suara tenang): "Kau ingin bertarung, kan? Baiklah, tapi jangan menyesal."
Ling Chen berdiri tegak, siap untuk menghadapi Luo Min dalam duel yang akan datang.
______________________________________________
Terimakasih yang sudah membaca, jangan lupa tinggalkan dukungannya