Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Meninap Di Sini?
"Kak Aga?" Amara masih tetap tersenyum pada Aga yang nampak termenung menatap wajahnya.
"Ya, aku mau ayam bakarnya." Jawab Aga.
"Kalau begitu Mara bantu ambilkan ya." Tawar Amara dan diangguki Aga sebagai jawaban.
Agatha yang melihatnya pun menahan senyum. Pandai sekali sahabatnya itu mencuri kesempatan mencari perhatian Aga seperti saat ini pikirnya.
Zeline yang berpura-pura tidak tahu dengan kemodusan Antynya pun hanya bisa cekikikan dalam hati.
"Anty tidak ambilkan ayam bakar juga untuk Zel?" Tanya Zeline berniat menggoda Amara.
"Tidak. Zel kan sudah diambilkan makanan oleh Mama." Jawab Amara seraya tersenyum.
Zeline tersenyum saja memperlihatkan deretan gigi kecilnya.
Makan malam pun akhirnya berlangsung dengan hening. Amara yang begitu senang karena bisa menikmati makan malam berdampingan dengan Aga pun sesekali melirik pada Aga. Dan perilaku Amara tersebut tak lepas dari mata Agatha yang terus mengawasinya.
Dua puluh menit berlalu, makan malam bersama pun selesai. Sebagai tuan rumah, Daniel segera bersuara mengajak mereka semua untuk pindah duduk ke ruang tengah.
"Jadi Amara malam ini menginap di rumah Kak Nai?" Tanya Agatha setelah mendengar percakapan antara Zeline dan Amara.
"Iya, Amara akan menginap di sini malam ini. Apa kau juga mau menginap di sini Agatha?" Tawar Naina.
"Emh, tapi aku tidak membawa baju ganti kak."
"Untuk itu tidak jadi masalah. Kau bisa memakai pakaian Amara yang ada di kamarnya. Kebetulan ukuran tubuh kalian hampir sama."
Agatha menatap Papa Andrew meminta persetujuan. "Boleh ya Pah. Malam ini saja." Pinta ya seraya mengatupkan kedua tangannya.
"Baiklah. Asal kau tidak berbuat yang macam-macam di sini." Jawab Papa Andrew.
"Papa ini, memangnya Agatha mau berbuat apa di rumah Kak Nai." Ucapnya lalu mengerucutkan bibir.
Papa Andrew tertawa kecil melihat sikap menggemaskan putrinya.
"Om Aga nda bobo sini juga?" Tanya si kecil Zeline pada Aga.
"Tidak. Om tidur di rumah saja."
"Napa nda di sini saja. Enak loh ada Anty Mara sini."
Aga mengerutkan kening mendengar perkataan Zeline yang tersirat penuh makna.
"Emh, maksud Zel tuh ramai gitu rumah Zel ada Anty Mara, Anty Agatha dan Om Aga."
"Iya, Om Aga tidur di sini saja malam ini." Daniel ikut menyahut.
Kini pandangan Aga beralih pada Daniel yang terlihat senyum penuh arti kepadanya.
"Maaf ya Zel, untuk malam ini Om belum bisa tidur di sini. Ada pekerjaan yang harus Om selesaikan." Aga memberikan pengertian sebelum wajah Zeline berubah sendu setelah mendapatkan penolakan darinya.
"Ya deh, nda apa." Jawab Zeline sedikit pelan.
Aga menghela napas dalam. Walau tidak tega membuat Zeline kecewa namun ia juga tidak bisa mengiyakan permintaan Zeline.
Amara yang mengetahui jika tidak ada pekerjaan mendesak yang harus Aga lalukan mencoba tidak merasa kecewa karena Aga berbohong agar tidak berada di tempat yang sama dengannya.
Tidak lama berbicara dengan Daniel dan keluarganya, Aga pun berpamitan untuk pulang.
"Kak Aga tunggu." Amara menahan pergerakan Aga yang hendak masuk ke dalam mobil.
"Ada apa Amara?" Tanya Aga dengan wajah datarnya.
"Kak Aga, Mara tahu jika Mara tidak sebaik dan setulus sikap Kak Naina. Namun Mara meminta pada Kakak agar bisa memberikan ruang pada Mara untuk bisa menggantikan posisi Kak Nai di hati Kakak."
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka