Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 - Sesuatu yang asing
Sorot sinar matahari menembus kaca gedung kantor. Sorot itu menyoroti Dia yang sedang tertidur di meja kerjanya. Warna cahaya jingga keemasan begitu indah menyoroti Pria itu. Wajah mulus bak porselen itu berkilau akibatnya. Tegas dan lembut menjadi satu dalam wajahnya. Matanya mulai mengerjap akibat cahaya itu. Perlahan Dia mulai membuka matanya. Tubuhnya kini mulai tegap kemudian Dia mulai memutar badannya ke arah cahaya itu. Terlihat surya sudah mulai tenggelam. Awan yang terkena bias hingga perlahan mulai mengabu. Saat Dia melihat jam di tangannya, jarum jam sudah membelah lingkaran menjadi setengah. Malam kini mulai jadwalnya.
Lumi mencoba meregangkan tubuhnya yang lelah. Rasa lelah itu melahap dirinya hingga membuat Lumi tertidur tanpa Dia sadari. Entah berapa lama Lumi tertidur, tapi sepertinya tidak begitu lama. Suasana kantor sekarang begitu hening dan senyap, karena jam kerja sudah selesai. Lumi yang masih terduduk di kursinya mulai merebahkan punggungnya kepalanya mulai menengadah ke atas.
" Kenapa mimpi itu lagi. " Gumam Lumi gusar karena kenangan 3 tahun lalu itu selalu muncul dalam mimpinya.
Lumi mulai memejamkan matanya dan meremas dadanya. Kenangan buruk itu berubah menjadi mimpi buruk bagi Lumi. Saat Lumi lelah, maka celah itu selalu menjadi sarananya merambat. Lumi ingin sekali menghapus kenangan itu, baginya itu adalah sebuah kelemahan yang Lumi miliki. Lumi merasa benci dengan betapa lemah dirinya waktu itu. Betapa menyedihkannya saat itu. Betapa Dia ingin ada seseorang untuk merangkul dirinya.
"Aku tak ingin mengingatnya. " Lumi pun beranjak dari kursi dan segera meninggalkan kantornya.
Beberapa lampu sudah mulai di matikan. Koridor kantor pun terlihat hanya remang cahaya. Lumi yang berjalan menyusuri koridor, entah kenapa Dia merasa,
Bagaimana aku bisa di sini
Lumi merasa seperti kemarin Dia membencinya, kini seiring waktu Dia mulai terbiasa. Lumi mulai mengubah kebencian itu menjadi senjata baginya. Dia merasa tidak ada ruginya juga kebencian itu mengikuti dirinya. Kebencian itu berubah menjadi alat balas dendam Lumi pada kematian orang tuanya. Selama Dia masuk dalam dunia ini, kegelapan yang pekat itu kini mulai menghampiri Lumi. Lumi kini mengetahui bahwa orang tuanya mengalami kecelakaan yang tidak biasa. Tangan Lumi mengepal.
" Sampai kapan aku menderita? "
Lift kantor mulai terlihat, Lumi mulai menekan tombol yang paling bawah. Selama di lift Lumi hanya memeriksa jadwal untuk esok hari sampai lift terbuka dan dia mulai mengendarai mobilnya.
......................
Mewah dan juga elegan. Warna hitam, coklat terutama putih mendominasi rumah tersebut. Ada 2 lantai serta dibagian belakang ada rooftop untuk bersantai. Rumah ini mengusung konsep Eropa dengan pilar - pilar dan juga jendela besar di rumah tersebut. Bagian garasinya di buat seluas mungkin. Rumah yang berpagar hitam yang menjulang itu begitu besar. Mungkin ini yang kita sebut "rumahku istanaku" tapi ini bentuk nyata, sebenar-benarnya istana.
Mobil Lumi kini memasuki rumah tersebut, mobil itu terparkir dengan koleksi mobil lainnya. Jadi tak heran garasi itu begitu luas karena menyimpan begitu banyak koleksi mobil Lumi di dalamnya. Mungkin sekitar 10 mobil, dan untuk informasi lebih ini adalah rumah Lumi.
Para pelayan sudah menyambut kedatangan Lumi, begitu juga dengan Ibu pelayan, Bu Sri Rahayu atau para pelayan menyebutnya Ibu besar. Para pelayan dengan sigap. mulai mengambil tas serta jas yang Lumi lepaskan.
" Bagaimana hari ini Tuan? " Tanya Bu Sri sambil memberi Lumi yang terduduk di sofa secangkir kopi. Lumi tersenyum lalu menerima dan menyesap kopi tersebut dengan hati - hati.
" Seperti biasa Bu tidak ada yang istimewa dan.... " tangan Lumi menggenggam tangan yang sudah keriput, namun terlihat bugar. " tidak ada masalah " Bu Sri pun tersenyum.
Tak lama berselang suara langkah sepatu terdengar menghampiri, Lumi dan Bu Sri. Setelah itu terdengar suara lain yang membuat Lumi melihat ke arah belakang.
" Salam Tuan, mulai hari ini dan seterusnya saya akan menjadi asisten Tuan. "