Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Anindya berjalan dibelakang Arsen selayaknya seorang sekretaris dan atasan. Ini merupakan hari pertamanya bekerja secara dadakan di kantor pria itu, baru sampai saja ia sudah disambut oleh banyak tatapan tajam dan sinis yang tentu mengarah padanya.
Semua karyawan terutama pemuja seorang Arsenio pasti bertanya-tanya bagaimana bisa ada seorang wanita yang langsung menjadi sekretaris bos mereka tanpa adanya interview atau apapun dulu. Meski demikian, ia berusaha untuk tidak peduli, jika ia ketakutan dan menangis maka Arsen bisa-bisa akan menyiksanya.
"Lee, siapkan meja untuk Nona Assa di ruangan saya." Ucap Arsen pada asisten pribadinya.
"Satu ruangan, Tuan?" tanya Lee memastikan.
"Saya tahu kau tidak tuli." Jawab Arsen sekenanya membuat Lee langsung menunduk sopan.
"Dan kau, ikut saya." Ucap Arsen pada Anindya kemudian masuk ke dalam lift khusus petinggi perusahaan.
Anindya nurut, ia masuk mengikuti bos nya sementara asisten Lee akan pergi untuk menyiapkan inventaris Anindya yang akan ditempatkan satu ruangan dengan Arsen.
"Pak, tapi apakah harus satu ruangan?" tanya Anindya gugup.
"Tentu saja, agar aku bisa mudah jika sedang ingin." Jawab Arsen tanpa menatap Anindya.
Anindya tersentak, beberapa saat kemudian ia hanya bisa menghela nafas dan pasrah. Mungkin jika ia sudah memiliki sedikit keberanian nanti, ia akan mencoba untuk melarikan diri dari pria itu.
"Jangan coba-coba berpikir untuk lari dariku, Assa." Ucap Arsen seketika membuat Anindya merasa sesak.
"Saya tidak akan berani melakukannya," sahut Anindya pelan, sejujurnya ia sangat terkejut mendengar ucapan Arsen yang seakan bisa mengetahui isi hatinya.
Keterkejutan Anindya bertambah saat tiba-tiba Arsen mendekatinya dan langsung mengunci tubuhnya ke pojokan lift. Wajah pria itu mendekat membuat Anin memalingkan wajahnya.
"Pak, kita sedang berada di kantor." Ucap Anindya mengingatkan.
"Ini kantor ku, jadi semuanya bebas sesuai apa yang aku inginkan." Balas Arsen hendak mencium bibir Anin namun terhenti saat lift terbuka.
Beruntung mereka menggunakan lift khusus dan juga sedang dalam jam kerja sehingga tak ada karyawan yang memergoki mereka bermesraan di dalam lift.
Arsen segera keluar seraya mencekal tangan Anin, ia membuka pintu ruangannya lalu menutup nya dengan menggunakan tubuh Anin yang ia dorong.
"Akhhh …" ringis Anindya merasa sakit akibat terbentur pintu ruangan Arsen.
"Saya tidak bisa tahan melihat bibirmu, Anin." Bisik Arsen dengan kilat gairah di matanya.
"P-pak, nanti ada orang." Tegur Anindya ketakutan.
Arsen tersenyum menawan, ia segera melingkarkan kedua tangannya di pinggang Anin lalu membawanya menuju sofa yang ada disana.
"Kau sangat cantik." Puji Arsen dan entah mengapa berhasil membuat wajah Anin memerah menahan malu.
Arsen terkekeh pelan, ia lantas mencium kedua pipi Anindya lalu berpindah ke bibir wanita itu yang tampak glossy dan menawan untuk ia gigit dan hisap.
Anin mencengkram kemeja Arsen saat dirasakan ciuman pria itu begitu kasar dan menggebu hingga ia sulit untuk bernafas.
Arsen melepaskan ciumannya saat merasakan tangan Anindya yang memukuli dadanya.
"Manis, setiap hari aku ingin ini sebagai suplemen sebelum memulai pekerjaan." Cetus Arsen seraya mengusap bibir Anin yang basah karenanya.
***
Arsenio begitu fokus membaca laporan di tangannya, sementara Anindya masih diam karena bingung harus mengerjakan apa. Ditengah kebingungan nya, tiba-tiba seorang wanita masuk tanpa mengetuk pintu, bahkan sepertinya wanita itu tak melihat kehadirannya disana.
"Pak Arsen." Panggil Lena seraya mendekati Arsen sedang sibuk bekerja.
"Kau tidak punya sopan santun saat masuk ke dalam ruangan orang lain." Tekan Arsen seraya tetap membaca laporan di tangannya.
"Pak, kenapa anda bicara begitu padaku. Aku datang kesini karena rindu padamu, Pak." Ucap Lena dengan nada manja seraya mengusap wajah Arsen.
"Kau--" ucapan Arsen terhenti saat tiba-tiba wanita yang berstatus sebagai karyawannya itu mencium bibirnya tanpa permisi.
Arsen membenci ini, terlebih lagi saat matanya menangkap tatapan Anindya yang begitu terkejut dengan apa yang mereka lakukan. Namun, melihat Anindya yang tak nyaman ditempat duduknya justru membuat Arsen tersenyum dan memikirkan sebuah ide untuk mengganggu wanita itu.
Arsen meletakkan laporan yang ia baca di meja lalu menarik wanita itu untuk duduk diatas pangkuannya, ia membalas ciuman itu secara terpaksa seraya matanya tetap menatap Anindya.
"Sial, aku sangat jijik dengan wanita ini. Jika saja bukan karena Assa, aku pasti sudah mendorong wanita ini menjauh." Batin Arsen saat merasakan tangan Lena mulai mengarah ke kancing kemejanya.
"Maaf, Pak. Saya permisi ke toilet sebentar!!" ucap Anindya dengan sedikit keras sehingga menghentikan kegiatan Arsen dan Lena.
"Siapa kau, dan sejak kapan disana?" tanya Lena dengan sinis.
Anindya tak menjawab, wanita itu langsung saja keluar meski tak tahu dimana letak toilet berada. Ia rasanya tak nyaman saat melihat adegan tak senonoh tadi.
Ssmentata Arsen yang melihat Anindya pergi lantas mendorong Lena tanpa perasaan hingga wanita itu terjerembab ke lantai.
"Pergilah, dasar wanita murahan!" usir Arsen disertai ejekan.
"Pak, anda kenapa?" tanya Lena tampak syok.
"Saya bilang pergi, kau tuli ha?!" bentak Arsen membuat Lena buru-buru pergi.
Setelah kepergian Lena, entah mengapa ada kepuasan dihati Arsen saat mengingat wajah Anindya yang memerah karena malu ataupun marah, yang jelas ia menyukainya.
BUTUH VISUAL NGGAK???
To be continued