Nada Azzahra, siswa baru di SMA Nusantara Mandiri, adalah gadis ceria yang mudah bergaul. Kepribadiannya yang ramah dan penuh semangat membuatnya cepat mendapatkan teman. Namun, kedatangannya di sekolah ini mempertemukannya dengan Bara Aryasatya, cowok tengil yang ternyata adalah "musuh bebuyutan"-nya semasa SMP.
Di masa SMP, Nada dan Bara bagaikan Tom & Jerry. Pertengkaran kecil hingga saling usil adalah bagian dari keseharian mereka. Kini, bertemu kembali di SMA, Bara tetap bersikap menyebalkan, hanya kepada Nada. Namun, yang tak pernah Nada sadari, di balik sikap tengilnya, Bara diam-diam menyimpan rasa cinta sejak lama.
Setiap hari ada saja momen lucu, penuh konflik, dan menguras emosi. Bara yang kikuk dalam mengungkapkan perasaannya terus membuat Nada salah sangka, mengira Bara membencinya.
Namun, seiring waktu, Nada mulai melihat sisi lain dari Bara. Apakah hubungan mereka akan tetap seperti Tom & Jerry, ataukah perasaan yang lama terpendam akan menyatukan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Nada
Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa hangat dan santai. Ayah Nada, yang duduk di kemudi, melirik ke arah putrinya yang duduk di kursi penumpang dengan senyum yang lembut.
"Jadi gimana, Nak? Hari pertama sekolahmu? Seru nggak?" tanya Ayah Nada dengan nada yang penuh perhatian.
Nada tersenyum lebar, matanya berbinar saat menceritakan pengalamannya. "Seru banget, Yah! Ternyata banyak teman baru yang baik. Oh, dan aku tadi ketemu Gisel sama Jessika, teman SMP aku, loh!"
"Gisel, Jessika? itu temanmu Yang sering main kerumah kan?" tanya Ayah Nada sambil mengingat-ingat.
Nada mulai bercerita dengan antusias. "Benar Ayah, Kita langsung ngobrol-ngobrol panjang kali lebar. Rasanya senang ketemu teman lama, padahal udah lama banget nggak ketemu."
Ayah Nada mengangguk dengan senyum bangga. "Gisel dan Jessika ya... Ayah juga kenal keluarga mereka. Keluarga mereka juga sering main ke rumah waktu kamu kecil. Memang udah lama banget nggak ketemu mereka, ya."
"Ayah kenal kedua orang tua mereka? kenapa Ayah gak pernah cerita?" tanya Nada dengan penasaran.
"Itu ayah gak sengaja, bertemu dengan kedua orang tua mereka, saat itu Ayah baru tau jika Jessika dan Gisel yang sering main kerumah kita adalah anak dari sahabat Ayah ketika kuliah," ucap Ayah Nada dengan tersenyum.
"Oh gitu. Mereka masih sama seperti dulu, Yah! masih suka jelalatan. Hahaha" jawab Nada, matanya berbinar sambil tertawa keras. "Nada senang banget bisa ketemu mereka lagi. Ternyata mereka juga satu sekolah dengan Nada."
Sang Ayah tertawa kecil. "Itu bagus, Nak. Senang kalau kamu bisa langsung nyambung sama teman-teman lama."
Nada mengangguk, namun kemudian dia mengubah ekspresi wajahnya sedikit, seakan ragu untuk melanjutkan ceritanya. "Eh, ada satu lagi sih, Yah... Ada Dimas sama Rio. Mereka teman sekelas juga."
Nada menceritakan dengan suara yang sedikit berubah, namun tetap antusias. "Dimas itu energik banget, Yah. Kayak... nggak pernah berhenti ngomong, sedangkan Rio... dia teman sebangku aku. Mereka berdua seru banget. Mereka berdua teman Nada yang pertama kali mengajak Nada berkenalan terlebih dahulu."
Ayah Nada menoleh sekilas, tersenyum mendengar ceritanya. "Dimas sama Rio, ya? Mereka gimana? Baik-baik aja?" tanya Ayah Nada, mencoba mengenal teman-teman anaknya lebih dekat.
"Baik banget, Yah. Mereka juga mengajak Nada ke Kantin ketika jam istirahat, jadi aku gak bingung letak kantinnya dimana. Pokoknya mereka seru, sih, yambung juga kalau ngobrol," jawab Nada, masih senang menceritakan pengalaman barunya.
...----------------...
"Tapi... ada satu orang yang bikin mood Nada rusak dihari pertama sekolah. Itu Bara," ucap Nada Dnegan sedikit kesal.
Namun, begitu nada menyebutkan "Bara", raut wajahnya tiba-tiba berubah. Ayah Nada yang melihat perubahan itu langsung menangkapnya.
"Eh, kamu kenapa, sayang? Ada apa dengan Bara?" tanya Ayah Nada dengan nada yang sedikit penasaran, namun tetap penuh perhatian.
Nada diam sejenak, seolah ragu untuk melanjutkan ceritanya. "Bara itu... Yah, Bara tuh teman lama aku dari SMP, sih," Nada akhirnya menjawab, namun suara suaranya terdengar sedikit kesal.
Ayah Nada langsung mengernyitkan dahi, menatap Nada dengan mata yang sedikit terkejut. "Bara? Bara siapa nama panjangnya?" tanya Ayah Nada dengan nada serius.
"Bara Aryasatya, Ayah!" jawab Nada dengan kesal.
Ayah Nada malah tertawa kencang "Hahaha, Bara Aryasatya ya, sepertinya Ayah kenal. Bukan kah itu teman SMP mu yang suka usil padamu kan? Yang tiap hari bikin kamu kesal cerita pada bunda dan ayahmu ini?" tanya sang ayah.
"Ayah kenal dengan orang tua, Bara?" tanya penasaran Nada.
Ayah Nada tertawa pelan, meskipun Nada merasa agak canggung dengan reaksinya. "Hahaha, jadi dia tuh anak Pak Arya? jadi dia masih aja usilin kamu, sekarang?" ujar Ayah Nada dengan tertawa kecil, seolah sudah mengerti situasinya.
Nada terdiam sesaat sebelum mengangguk pelan. "Iya, Yah. kok Ayah tau jika dia anaknya Pak Arya," jawab Nada pelan.
"Ya, tahu dong," jawab Ayah Nada sambil tersenyum. "Ayah kenal banget sama Pak Arya. Beliau teman Ayah ketika Kuliah. Kami sempat bertemu sebelum kita pindah. Arya bercerita tentang anak nya yang bernama Bara Aryasatya itu, dan menceritakan anaknya yang suka usil sama anak cewek di sekolah nya, dan ternyata Ayah baru tau, jika yang di usili anak teman Ayah adalah kamu. Beliau juga memperlihatkan foto keluarga nya pada Ayah, Bara tampan kan sayang?" ujar Ayah Nada dengan santai.
"Tampan sih, tapi tukang usil," ucap Nada dengan mendengus kesal.
"Tak apa, sayang. Mungkin saja ia ingin lebih dekat denganmu namun tak tau caranya. Soalnya, Arya dulu ketika kuliah juga usil sama salah satu cewek di kampus, ternyata dia suka sama itu cewek," ucap Ayah Nada menggodanya.
"Mana ada suka tapi usilin orang, yang ada bikin risih. Heeeemp," Nada hanya mendengus kesal, meskipun dia bisa merasakan kehangatan dalam percakapan itu. "Ayah.. jangan jadi pembela Bara ya. Dia tuh bikin aku kesel banget."
Ayah Nada hanya tertawa lagi, melihat bagaimana Nada cemberut. "Nggak apa-apa, Nak. Kalau dia ngusilin kamu lagi, kasih pelajaran sedikit, biar dia tahu rasa," ujar Ayah Nada sambil mengedipkan mata nakal.
Nada tertawa kecil mendengar saran ayahnya. "Iya, Yah. Siap." Nada melanjutkan cerita dengan senyum.
Sang Ayah menatap Nada dengan penuh kasih sayang. "Tapi kalau kamu butuh apa-apa atau ada masalah, ayah selalu ada buat kamu, ya. Jangan ragu untuk cerita, Nak."
Nada tersenyum lebar, merasa begitu dihargai dan diperhatikan oleh ayahnya. "Iya, Yah. Nada tahu kok."
Perjalanan pulang terasa begitu hangat, dengan percakapan yang mengalir begitu alami. Hingga percakapan mereka berhenti, ketika mereka sampai di kediamannya.
...----------------...
Bara menyetir mobilnya dengan penuh semangat. Setiap kali memikirkan Nada, ada sensasi yang aneh dan menyenangkan di dadanya. Perasaan yang dulu terkubur selama beberapa tahun kini kembali bangkit begitu saja. Senyum lebar tak bisa hilang dari wajahnya. Dia tak bisa menahan diri untuk bersorak kegirangan, merasakan semangat yang mengalir begitu saja.
"Dia masih sama seperti dulu, ya... Gak pernah berubah, selalu bisa bikin aku jatuh hati, Dia juga tambah cantik dan gemes," gumam Bara dalam hati.
Pikiran-pikirannya berkelana, mengenang masa-masa SMP saat mereka selalu berkelahi, usil satu sama lain. Waktu itu dia hanya melihat Nada sebagai teman yang sering diganggu, tapi sekarang, ada sesuatu yang berbeda. Ada perasaan yang lebih dalam.
Bara tertawa kecil, seolah tidak peduli dengan keadaan sekitar. "Gila, nih! Bisa ketemu dia lagi setelah sekian lama," bisiknya, merasa begitu bahagia.
Tapi tanpa sadar, perasaan girangnya membuat Bara terlalu fokus pada pikiran-pikirannya sendiri. Mobilnya terus melaju tanpa ia sadari, dan akhirnya dia berhenti di depan rumahnya. Bara baru menyadari saat mobilnya sudah berada di kediamannya.
"Duh, udah sampai ya? Sampai nggak kerasa!" Bara menyeringai, lalu menghela napas lega. "Aneh banget, kayaknya perasaan ini bikin aku lupa waktu," ucapnya sambil tersenyum pada dirinya sendiri.
Dia menatap jalanan sejenak, menikmati sensasi yang baru saja kembali hadir dalam hidupnya. Bara tahu satu hal pasti, kehadiran Nada kembali ke kehidupannya akan membuat segalanya berbeda. Sebuah perasaan lama yang kini datang lagi, dan Bara merasa, entah bagaimana, inilah kesempatan yang sudah lama ia tunggu-tunggu.