" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Jordan menghela nafas sebalnya, padahal sudah akan gencatan senjata melepas rindu tapi baru akan memasukkan benda bawahnya ke milik Soraya, Ibunya malah menelepon. Sebenarnya sudah beberapa kali tapi Jordan tak ingin terganggu jadi dia pikir untuk segera menerima panggilan Ibunya dulu, dari pada mematikan dan nanti pasti akan marah besar jadinya.
Jordan, huhuhu... Ibu kesakitan nih, Ayahmu pergi pagi-pagi sekali, obat Ibu habis, tolong belikan sekarang ini sedang sesak nafasnya. Huh! Huh! Huh! Tolong Jordan....
Anak mana yang tidak panik kalau Ibunya menelpon dengan nada engap-engapan meminta tolong? Seketika benda bawah Jordan kemas kehilangan tenaga, dia segera bangkit dan memakai pakaiannya untuk ke apotik segera.
" Kenapa kau tiba-tiba begini, Jordan? " Protes Soraya. Padahal dia juga sudah tidak tahan, hanya pemanasan saja tapi tidak di selesaikan tentu saja rasanya tidak enak.
" Maaf, kau tahu Ibuku juga sedang sakit kan? "
Soraya menghela nafas sebalnya, sekarang dia tidak punya pilihan selain menemui Kendra. Untungnya toko pusat milik Kendra ada di dekat sana, jadi dia bisa pergi menemui Kendra dan menyelesaikan keinginannya yang sedang memuncak itu.
Ana tersenyum senang begitu Ibu mertuanya menghubungi dan dia berhasil membuat Jordan meninggalkan Soraya. Mungkin banyak sekali yang bingung, kenapa orang tua Jordan tidak menegur secara langsung dan melarang keras agar memutuskan hubungan terlarangnya dengan Soraya. Jawabannya adalah, Jordan bukan pria yang mudah jatuh cinta, dulu memang pernah memiliki kekasih, tapi semenjak dua tahun belakangan ini Jordan begitu berubah. Dia tidak lagi memiliki hubungan asmara dengan gadis, makanya Ibu juga Ayahnya bukan hanya satu dua kali ingin menjodohkan Jordan, tapi Jordan terus menolaknya dengan alasan sudah memiliki kekasih. Anehnya meksipun hampir setiap hari orang tuanya meminta Jordan untuk membawa kekasihnya ke rumah untuk di kenalkan kepada mereka, nyatanya Jordan terus belasan ini itu, jadi bisa di bayangkan sebesar apa cinta Jordan untuk Soraya kan? Pria tampan, kaya pula rela menjadi simpanan seorang wanita bersuami dan menunggu dengan sabar kapan Soraya dan Kendra bercerai.
Dirumah orang tua Jordan, Ibunya kini tengah bersiap untuk berbaring di tempat tidur, menghapus lipstik merah yang ia gunakan, lalu menggantinya dengan yang pucat, sudah seperti orang sakit, jadi dia tinggal akting kemah tak berdaya seperti sesak nafas.
Beberapa saat kemudian, Jordan datang kerumah Ibunya dengan terburu-buru dan langsung masuk untuk memberikan obat yang ia beli dari apotik tadi.
" Ibu! "
Ibu berakting sakit, dan pada akhirnya Jordan benar-benar percaya dan merasa meninggalkan Soraya tadi adalah keputusan yang paling benar.
" Ibu mau ke rumah sakit? Ibu aku bantu minum obat ya? Ibu mau makan apa? Ibu ingin minum air putih atau susu, atau jus buah? Bla bla " Banyak sekali pertanyaan yang di ajukan Jordan karena kasihan melihat keadaan Ibunya sakit seorang diri di dalam kamar, sedangkan Ayahnya harus pergi ke tempat kerja karena ada rapat penting. Pembantu di rumah sebenarnya ada dua orang, ada satpam juga, tapi Ibunya memang orang yang tidak suka dekat dengan orang lain meskipun mereka satu rumah, jadi Ibunya Jordan lebih memilih diam di kamar saja kalau sedang sakit. Yah, itu sih pemikiran Jordan, aslinya mah Ibunya itu sangat fungky dan seru sekali.
Setelah selesai dengan mengurus dan menemani Ibunya hingga melewati makan siang, Jordan akhirnya tak memiliki waktu luang lagi untuk menemui Soraya, mau tak mau dia hanya punya satu tujuan, yaitu kantor. Pekerjaan yang sudah tertunda harus segera dia rampungkan karena dia paling malas kalau harus lembur segala. Membawa pekerjaan ke rumah kalau tidak terlalu penting juga sangat ogah dia lakukan.
Malam hari, tepatnya pukul dua puluh malam, Jordan kembali ke rumah dimana Ana berada. Hah, benar-benar seperti seorang suami sungguhan. Malas sih kalau ingat bahwa dia adalah suaminya Ana, tapi bisa minat Soraya lebih sering mulai sekarang juga asik sepertinya. Meskipun harus main kucing-kucingan, setidaknya bisalah dia kalau cuma berciuman sebentar, nanti kalau ingin melakukan hal lebih tinggal cari waktu dan alasan yang tepat kan.
" Sayang, sudah pulang? " Ana berjalan mendekat ke arah Jordan yang baru saja masuk ke dalam rumah. Sebenarnya kesal sekali melihat Ana tiba-tiba muncul, ditambah memanggilnya sayang, sungguh risih dan tidak suka. Yah, tapi mau bagaimana lagi? Ayah mertuanya ada di sana, jadi dia harus ikut berakting.
" Iya, maaf aku terlambat, ada banyak pekerjaan di kantor. "
Ana mengangguk, kalau dengan segera dia memeluk lengan Jordan dan dia ajak untuk masuk ke dalam kamar. Tentu agar Ayahnya berpikir dia adalah istri yang baik, jadi harus membantu suaminya bersiap, dan mengambilkan makanan untuknya nanti.
Begitu sampai di dalam kamar, Jordan langsung menepis tangan Ana, menjauh dengan cepat seraya meletakkan jasnya, dan juga barang-barang seperti ponsel, jam tangan karena dia ingin langsung mandi.
Tidak masalah, Ana juga tidak suka memegang orang itu. Seperti seharunya, Ana menyiapkan baju yang akan di gunakan Jordan nanti, setelah itu dia pergi ke dapur untuk mengabulkan makan malam, buah yang sudah di potong-potong, lalu tak lupa teh dan juga air mineral.
" Ini makanan untukmu. " Ucap Ana menyodorkan piring tapi tak secara langsung karena takut akan di tepis dan pecah, dan pada akhirnya Ayahnya pasti akan datang.
" Tidak perlu, aku tidak lapar. " Ucap Jordan seraya mengusap rambutnya dengan handuk kecil yang ada di lehernya.
" Kalau tidak mau makanannya, kau bisa makan buahnya, minum teh juga bisa. "
Jordan menghela nafas kasarnya.
" Sudah ku bilang tidak lapar, setetes air putih pun aku tidak mau! "
Ana menghela nafas dengan wajah sebalnya.
" Berhentilah banyak tingkah, Jordan. Kalau kau seperti ini, aku tidak segan-segan mengadukan mu kepada Ibumu. "
Jordan terdiam dan hanya bisa mengeraskan rahangnya menahan kesal. Sekarang ini keadaan Ibunya kan sedang tidak baik, kalau sampai mendengar kabar yang tidak mengenakan dari Ana, Jordan tentu saja takut kalau Ibunya akan menjadi semakin drop.
" Berhentilah mengancam ku menggunakan Ibuku! "
Ana menggigit bibir bawahnya karena kesal sekali tali juga malas mengoceh. Dia berjalan mendekati Jordan, mendorong Jordan untuk duduk di pinggiran tempat duduk, lalu mengambil piring berisi makanan. Jordan, pria itu hanya bisa mengeryit kesal juga bingung, apa yang akan di lakukan bocah itu? Batin Jordan.
" Buka mulutmu! "
" Aku sudah- "
" Buka mulutmu! "
Jordan tak lagi ingin bicara, dia membuka saja mulutnya menerima suapan makanan dari Ana hingga lumayan banyak masuk ke dalam tubuhnya.
" Kau mau membuatku mati kekenyangan ya?! " Protes Jordan karena tidak terbiasa makan malam dengan menu seberat itu.
" Bukan, tapi aku ingin membuat mata hatimu yang buta bisa melihat dengan benar. "
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget