Genap 31 tahun usianya, Rafardhan Faaz Imtiyaz belum kembali memiliki keinginan untuk menikah. Kegagalan beberapa tahun lalu membuat Faaz trauma untuk menjalin kedekatan apalagi sampai mengkhitbah seorang wanita.
Hingga, di suatu malam semesta mempertemukannya dengan Ganeeta, gadis pembuat onar yang membuat Faaz terperangkap dalam masalah besar.
Niat hati hanya sekadar mengantar gadis itu kepada orang tuanya dalam keadaan mabuk berat dan pengaruh obat-obatan terlarang, Faaz justru diminta untuk menikahi Ganeeta dengan harapan bisa mendidiknya.
Faaz yang tahu seberapa nakal dan brutal gadis itu sontak menolak lantaran tidak ingin sakit kepala. Namun, penolakan Faaz dibalas ancaman dari Cakra hingga mau tidak mau pria itu patuh demi menyelamatkan pondok pesantren yang didirikan abinya.
.
.
"Astaghfirullah, apa tidak ada cara lain untuk mendidik gadis itu selain menikahinya?" Rafardhan Faaz Imtiyaz
Follow Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 - Kamu Itu Aneh - Faaz
"Sejak kapan mual dan muntah hanya dianggap sebagai tanda-tanda kehamilan? Bisa jadi masuk angin ... jangan hanya karena tidak suka dengan pilihan Mas, logikamu jadi tidak terpakai, Alifah."
"Justru karena aku menggunakan logika makanya bisa bilang begini!! Umi dan Abi saja yang pasrah dan tidak merasa aneh dengan keputusan Mas, pertanda bahwa logika mereka yang justru tidak terpakai," balas Alifah sama sekali tidak mau kalah dan merasa dirinya sudah berada di jalan yang benar.
"Terserah kamu saja, Alifah ... Mas tidak ada waktu untuk berdebat denganmu saat ini, sungguh."
"Oh iya jelas, Mas 'kan harus ngemong bocil itu, mana ada waktu untuk bicara lebih lama denganku."
Sejenak Faaz menghela napas panjang sebelum kemudian lanjut bicara. "Iya, terserah kamu bilangnya apa, Mas tidak akan marah. Akan tetapi, perlu Mas tegaskan padamu, selama Ganeeta di sini tolong jaga sikap, Alifah ... sampai Mas tahu kamu menyakiti hatinya, Mas tidak akan tinggal diam, ingat itu," ucap Faaz penuh penekanan sebelum kemudian berlalu meninggalkan Alifah begitu saja.
Tanpa berniat memperpanjang masalah, Faaz tahu betul berdebat dengan Alifah tidak akan ada habisnya. Mengingat, sejak pertama kali Faaz mengutarakan niat untuk melamar Ganeeta, adiknya memang tidak setuju dan berusaha merayu Faaz agar berpikir ribuan kali.
Alasan tidak setujunya cukup sederhana, sama seperti adik-adik pada umumnya, Alifah hanya ingin Faaz mendapatkan wanita baik-baik.
Minimal tidak begitu jauh beda dengan sosok Shanum, mantan calon istri Faaz yang memang masuk kategori wanita sempurna di mata Alifah.
Akan tetapi, Faaz yang waktu itu berada dalam tekanan tidak punya pilihan. Selagi kedua orangtua merestui, Faaz yakin saja bahwa keputusannya menikahi Ganeeta tidak salah.
Terlebih lagi, saat ini dia mulai merasakan perubahan signifikan dalam diri Ganeeta. Meski kerap diuji dan akhir-akhir ini tidak bisa lepas dari istighfar, tapi Faaz mampu menjalani takdirnya dengan lapang dada.
Dan ya, tentang Alifah yang bertingkah setelah dia pulang ke Yogya sebenarnya sudah tertebak oleh Faaz.
Sejenak melupakan tentang Alifah yang kemungkinan akan menjadi sumber konflik dalam rumah tangganya, Faaz melangkah ke kamar dan menghampiri sang istri segera.
"Masih mualnya?" tanya Faaz mendekati Ganeeta yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Ganeeta mengangguk pelan, bibirnya sampai pucat pasca mengeluarkan hampir seluruh isi perutnya.
"Pusing juga?"
"Iya, masuk angin kayaknya."
"Sudah pasti, bajunya saja sampai agak basah begini."
"Hem, aku mandi dulu deh ... bau banget soalnya," ucap Ganeeta disertai sendawa khas dinosaurus sebagai pertanda bahwa memang benar masuk angin.
Sama seperti yang sudah-sudah, Ganeeta sontak menutup mulut seraya menatap Faaz tak enak hati.
"Tidak apa, sana mandi ... Mas siapin obat," ucap Faaz yang kembali Ganeeta angguki.
Sebenarnya Ganeeta malas sekali, tapi berhubung tubuhnya kotor mau tidak mau harus mandi. Sembari membersihkan diri, pikiran Ganeeta terus mengarah pada Alifah yang tadi melayangkan tatapan tak terbaca seraya bersedekap dada tatkala bertatap muka dengannya.
"Kenapa juga pakai acara mual segala sih, pasti dikira ha-mil setelah ini," gumam Ganeeta dalam diamnya.
Ganeeta yang tahu bahwa Alifah tidak menyukainya jelas saja khawatir kejadian semacam ini akan menjadi petaka untuknya di masa yang akan datang.
Belajar dari pengalaman, sesuatu yang mulanya bukan masalah dapat berakhir petaka jika seseorang sudah melibatkan kebencian di dalamnya.
Mengingat, sewaktu dirinya menghabiskan beberapa waktu di pondok pesantren, Ganeeta pernah dituduh berbuat asu-sila hanya karena nekat masuk ke asrama putra demi menemui Dewangga yang kala itu juga mendapat hukuman seperti Ganeeta.
Tak heran, untuk masalah yang satu ini Ganeeta was-was dan khawatir bukan main. Meski Faaz percaya, tapi untuk yang lain bagaimana? Tetap saja dia akan dianggap buruk nantinya.
"Ck, kenapa aku jadi pusing sendiri ... toh aku tidak pernah melakukan hal yang macam-macam," ucap Ganeeta pada akhirnya.
Setelah cukup lama dibuat sakit kepala karena terlalu banyak menerka-nerka, Ganeeta memutuskan untuk tak ambil pusing pada akhirnya.
Pun andai nanti fitnah itu benar terjadi, waktu yang akan menjawab nanti. Fitnah tentang kehamilan termasuk gampang dibuktikan, tinggal lihat saja beberapa bulan kemudian.
Begitu cara Ganeeta menarik kesimpulan, dia bergegas menyelesaikan ritual mandi sorenya karena mulai merasa kedinginan.
.
.
Begitu keluar kamar mandi, Ganeeta sudah disambut sang suami yang tampak menunggunya sejak tadi.
"Katanya masuk angin, kenapa mandinya lama sekali?"
"Masa sih? Rasanya baru sebentar," jawab Ganeeta sembari mengeringkan rambut dengan handuk kecil di tangannya.
"Kalau acuanmu hanya sebatas rasanya, jelas tidak akan sesuai dengan fakta," ucap Faaz yang tak Ganeeta tampik sedikit saja.
Mandi sembari melamun membuat Ganeeta sama sekali tidak sadar bahwa waktu yang dia habiskan sejak awal masuk kamar mandi hingga benar-benar selesai ternyata cukup lama.
Bahkan, Faaz sudah kembali dengan membawa makanan dan juga teh hangat untuknya. Tidak lupa, obat serta minyak angin yang memang sangat Ganeeta butuhkan saat ini.
"Aku kirain baru bentar, Mas, beneran tidak berasa mandinya."
"Hem, cepat pakai baju ... nanti makin parah, abis itu makan dan minum obatnya." Faaz memberikan perintah dengan cukup tertata yang kemudian Ganeeta patuhi dengan segera.
Kebetulan pakaian untuk malam ini sudah Faaz persiapkan juga di atas tempat tidur, Ganeeta tinggal pakai.
Piyamanya malam ini lengan panjang, tidak ada ceritanya boleh menggunakan pakaian kurang bahan. Tak hanya itu, Faaz juga menyertakan kerudung instan yang dapat Ganeeta kenakan untuk di rumah dan sebenarnya cukup nyaman juga.
"Nanti saja pakai kerudungnya, rambut kamu masih basah," tutur Faaz terang-terangan menghampiri Ganeeta yang sebenarnya tak begitu jauh darinya.
Sekali lagi Faaz pastikan, rambut Ganeeta memang masih begitu basah hingga dia berinisiatif untuk mengeringkannya segera.
Kebetulan sekali Ganeeta memboyong semua peralatan yang dia butuhkan, dan di sana juga terdapat hair dryer andalannya.
"Aku bisa sendiri, kamu mandi saja ... nanti ketinggalan magribnya, Mas."
"Bentar lagi, masih ada waktu."
"Udah buruan, tidak lucu kalau Mas datang belakangan ... bisa-bisa shalatnya di pojokan," ucap Ganeeta tak segan merampas benda keramat tersebut dari tangan Faaz.
Siapa sangka, hal sederhana yang Ganeeta lakukan justru menjadi nilai plus untuknya. Jika Faaz ingat-ingat, meski ibadah Ganeeta sendiri masih berantakan dan terlihat belum diutamakan, tapi kepedulian Ganeeta tentang ibadah orang lain luar biasa tingginya.
"Ih malah bengong ... emang kenapa sih? Apa aku seaneh itu?"
"Hem, kamu itu aneh, sangat-sangat aneh," ungkap Faaz seketika membuat Ganeeta mengakhiri kegiatannya.
Tak lupa, detik itu juga dia menatap pantulan wajahnya di kaca demi memastikan keadaannya.
"Aneh dari mana? Masih normal begini, aku tidak menemukan sisik atau apa gitu di di wajahku ... apa an_"
Cup
Ucapan Ganeeta terhenti manakala sebuah kecupan mendarat tepat di bibirnya.
"Eih? Mas kenapa tiba-tiba kiss begitu?"
"Ingin saja, buat bekal di kamar mandi," pungkas Faaz kemudian berlalu ke kamar mandi meninggalkan sang istri yang masih tercengang sembari menatap ke arahnya.
"Ngatain orang aneh, padahal sendirinya lebih aneh ... modal ke kamar mandi kok cuma begitu, minimal ci-uman sampai sesak dulu ba_"
"Eh? Kamu nantangin?"
.
.
- To Be Continued -