Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 34
Ester sialan. Gadis itu malah pergi, meninggalkan Mina sendirian bersama Paul. Pasti sengaja. Mina bergerak gelisah. Ia merasa tidak leluasa hanya berduaan saja dengan pria itu. Mereka sudah berada di restoran Jepang yang baru dibuka seperti kata Ester tadi. Tapi gadis yang mengajak mereka ke sini sudah menghilang dengan sengaja.
"Mina, mau makan apa? Min, Mina?" Paul melambai-lambai kan tangan di depan Mina tapi gadis itu tidak bergeming sama sekali. Ia malah terus melamun. Paul merasa heran dan memanggil Mina lagi. Setelah beberapa saat memanggil, barulah gadis itu bergeming.
"Ya?"
"Aku tanya kamu mau makan apa?"
pandangan Mina berpindah ke pelayan yang berdiri dekat mereka, sudah siap-siap mencatat pesanan.
"Mm, Chawan mushi." katanya ke pelayan. Chawan mushi adalah salah satu makanan jepang kesukaannya, yang terbuat dari telur kukus khas Jepang yang dimasak dalam wadah tanah liat. Mina menyukainya karena teksturnya sangatlah lembut. Rasanya juga gurih. Ada campuran beragam topping seperti daun bawang, udang kukus, dan bonito flakes juga yang membuat rasanya makin enak di lidah Mina.
"Kalau begitu kita pesan sushi, chawan mushi, Yakitori, udon, sama minumnya," Paul menatap Mina lagi.
"Kamu bisa minum Melon Soda?" tanyanya. Mina mengangguk.
"Sama melon soda-nya dua." kata Paul ke sih pelayan. Pelayan itu mencatat.
"Baiklah, pesanannya sudah masuk, mas sama mbaknya tunggu sebentar ya." ucap pelayan itu dengan ramah kemudian berbalik meninggalkan Mina dan Paul.
Hening lagi. Mina tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan, jadi ia hanya memilih diam.
"Aku baru sadar," Mina menaikkan wajah menatap Paul.
"Ternyata kau sangat pendiam. Dari tadi kamu jarang sekali bicara. Apakah sifatmu memang begini?"
Tentu saja tidak. Mina itu cerewet, tapi hanya ke orang-orang yang sangat dekat dengannya. Seperti mama, papa, kakak, dan ... ia menyadari terhadap kak Foster pun ia cukup banyak bicara.
Mina tersenyum tipis ke Paul. Pria itu balas tersenyum.
"Sifatmu sangat bertolak belakang dengan kedua sahabatmu," kata Paul lagi. tentu saja Mina tahu siapa maksudnya. Dira dan Ester. Benar sih, dibanding mereka berdua, Mina jauh lebih pendiam. Kan dia hanya cerewet sama orang-orang terdekat.
"Kau tahu aku menyukai tipe gadis sepertimu. Pemalu, pendiam dan cuek." kata Paul langsung. Terang saja Mina kaget. Astaga, terang-terangan sekali. Apakah gadis yang disukai Paul memang dirinya? Tidak, tidak. Jangan berharap lagi. Lagian dia juga sudah tidak berharap lagi. Sepertinya perasaannya ke pria itu mulai hilang. Atau memang selama ini yang ia rasakan hanya semacam perasaan kagum saja. Buktinya jantung Mina tidak berdetak kencang seperti waktu dia sedang bersama kakak iparnya.
Mina baru sadar. Kalau ia memang jatuh cinta ke Paul, perasaan itu pasti bertahan lama. Tidak akan hilang secepat ini. Benar, mungkin itu hanya sebatas rasa kagum karena sikap lembut dan baik Paul ke banyak orang.
"Dari lama aku selalu mengamatimu. Aku ingin lebih kenal seperti apa dirimu, dan ingin kita jadi lebih dekat, apakah kamu mau ..." Mina menahan napas. Jangan sampai Paul menembaknya, jangan sampai. Apalagi lelaki itu baru putus dengan Dira kemarin. Masa iya dia langsung nembak wanita lain sekarang. Kalau Dira sampai tahu pasti akan marah besar.
"Kau mau berteman denganku?"
Huffft ... Mina bernapas lega lalu tertawa. Ternyata pikirannya yang terlalu berlebihan. Ia pikir Paul akan menembaknya tadi. Mina mengangguk dengan senyum lebar. Lalu Paul mengacak-acak rambutnya senang. Mereka terus seperti itu sampai sebuah serangan tiba-tiba mengagetkan keduanya.
BUKKK ...
"Aarggh, Paul!" Mina memekik kuat akibat seseorang yang tiba-tiba datang menarik kerja Paul dan meninju pria itu. Seniornya langsung jatuh tersungkur ke lantai. Orang-orang yang berada di sekitar situ berubah riuh.
Ketika Mina mengangkat wajah ke lelaki itu, matanya langsung melotot sempurna.
"K ... Kak Foster?"
***
Sepanjang hari ini Foster terus gelisah. Ia ingin bertemu Mina, atau paling tidak mendengar suara gadis itu. Tapi nomor Mina tidak aktif. Tampaknya Mina memang sengaja mengabaikan dia. Mana hari ini gadis itu tidak ada jadwal ke kantor lagi.
Foster jadi tidak fokus bekerja karena kepikiran Mina terus. Tidak, ia harus menemui gadis itu. Pandangannya beralih ke arlojinya, mengecek sekarang jam berapa. Waktunya pas. Ia akan ke kampus Mina sekarang, menemui gadis itu. Pria itu berdiri keluar dari ruangannya.
Mobilnya berhenti sebentar di depan restoran Jepang dekat kantornya yang baru buka. Foster ingat Iren pernah bilang Mina menyukai makanan Jepang. Jadi lelaki itu mampir sebentar untuk membelikan makanan buat Mina. Ia tidak boleh datang dengan tangan kosong bukan? Harus ada sesuatu yang dia bawah untuk gadis yang dia cintai. Tentu untuk membuktikan perhatiannya.
Sebelum turun dari mobil, ada yang menelpon. Foster mengangkat sebentar karena itu telpon dari Laya yang pasti berhubungan dengan pekerjaan. Laya baru saja memberitahukan ada masalah dengan proyek baru mereka.
Namun Foster langsung mematikan panggilan dari Laya. Persetan dengan semua itu. Ia tidak peduli. Karena saat ini dirinya hanya peduli pada sepasang manusia dihadapannya. Di dalam restoran berdinding kaca. Siapa lagi kalau bukan Mina, gadis yang membuat pikirannya kacau dari semalam suntuk sampai hari ini. Mina sedang bersama seorang laki-laki. Dan Foster melihatnya tertawa lebar di dalam sana.
"Bangsat!"
Foster membanting ponselnya pada jok sebelahnya, kemudian keluar mobil. Secepat kilat ia memasuki restoran tersebut. Tentu saja pelayan yang berjaga didepan pintu menyambutnya dengan ramah. Apalagi gayanya jelas kelihatan laki-laki kaya. Mereka tidak tahu maksudnya masuk untuk membuat kekacauan.
Ketika sampai di meja Mina dan laki-laki yang bersamanya, dengan sigap Foster menarik kerah kemeja laki-laki itu, kemudian memberikannya tonjokan dibagian pipi sampai lelaki yang tidak ia ketahui namanya itu tersungkur ke lantai, bersamaan dengan teriakan Mina.
Awalnya Mina tidak sadar kalau Fosterlah yang melakukan penyerangan itu. Dan ketika tatapan mereka bertemu, mata Mina melotot lebar.
Kak Foster.
Jantungnya berdebar-debar kencang. Antara takut, gugup, dan marah bercampur menjadi satu. Jelas ia marah karena kakak iparnya berlaku seenaknya memukuli Paul.
"Kak Foster, kakak apa-apaan?" tukas Mina marah. Ia malu sama Paul. Sementara Foster menatapnya tajam.
"Bukankah sudah kuperingatkan kemarin?" katanya dingin.
"Kau siapa? Me ... mengapa memukulku?" Paul berdiri dari lantai menghadap Foster.
Foster masih ingin menghajarnya lagi, namun tangannya tertahan di udara karena Mina cepat-cepat berdiri dihadapannya dan menahan tangannya.
"Hentikan kak, seniorku tidak salah apa-apa." Foster tersenyum miring. Ia menatap Paul sebentar kemudian menarik tangan Mina keluar dari situ.
"Ikut aku."
Mereka meninggalkan Paul yang kebingungan setengah mati.