Netha Putri, wanita karir yang terbangun dalam tubuh seorang istri komandan militer, Anetha Veronica, mendapati hidupnya berantakan: dua anak kembar yang tak terurus, rumah berantakan, dan suami bernama Sean Jack Harison yang ingin menceraikannya.
Pernikahan yang dimulai tanpa cinta—karena malam yang tak terduga—kini berada di ujung tanduk. Netha tak tahu cara merawat anak-anak itu. Awalnya tak peduli, ia hanya ingin bertanggung jawab hingga perceraian terjadi.
Sean, pria dingin dan tegas, tetap menjaga jarak, namun perubahan sikap Netha perlahan menarik perhatiannya. Tanpa disadari, Sean mulai cemburu dan protektif, meski tak menunjukkan perasaannya.
Sementara Netha bersikap cuek dan menganggap Sean hanya sebagai tamu. Namun, kebersamaan yang tak direncanakan ini perlahan membentuk ikatan baru, membawa mereka ke arah hubungan yang tak pernah mereka bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan
Hari sudah hampir sore ketika Netha bersama Al dan El memutuskan untuk mampir di sebuah restoran terdekat sebelum pulang. Restoran itu cukup nyaman, dengan dekorasi kayu yang hangat dan makanan lezat yang membuat mereka semakin menikmati momen kebersamaan mereka.
"Ma, aku mau spaghetti!" seru Al dengan semangat sambil memandangi menu.
El yang lebih tenang memilih menu favoritnya, "Aku mau ayam panggang, Ma."
Netha tersenyum melihat tingkah si kembar yang begitu antusias. Setelah memesan makanan, mereka menikmati santapan sambil berbincang ringan tentang keseruan mereka di Mini Zoo. Al tak henti-hentinya bercerita tentang rusa dan domba yang ia lihat, sementara El dengan nada lebih pelan membahas kelinci yang ia beri makan tadi siang.
Setelah kenyang dan puas, mereka akhirnya pulang dengan perasaan gembira. Di perjalanan, Al dan El mulai kelelahan setelah seharian bermain dan mengeksplorasi. Tak butuh waktu lama sebelum keduanya tertidur di kursi belakang, wajah mereka tampak damai, senyuman kecil masih terlihat di bibir mereka.
Ketika tiba di rumah, Netha keluar lebih dulu untuk membuka pintu. Namun, ada sesuatu yang aneh. Ia menyadari pintu tidak terkunci, padahal sebelum pergi tadi, ia yakin sudah menguncinya rapat-rapat.
Rasa waspada langsung muncul. Netha mengintip ke dalam rumah, langkahnya ringan dan hati-hati. Matanya langsung tertuju pada sosok yang sedang tertidur di sofa.
"Sean?" Netha bergumam pelan, kaget bukan main.
Ia berdiri di sana beberapa saat, memandang lelaki yang sudah lama tidak ia temui itu. Sean, papa dari si kembar, telah kembali tanpa pemberitahuan. Rasa terkejut bercampur aduk dalam hati Netha. Namun, ia segera menenangkan diri.
Setelah memastikan keadaan aman, Netha kembali ke mobil dan memasukkan kendaraannya ke dalam garasi. Suara mesin mobil yang dimatikan membangunkan Sean dari tidurnya. Sean mengusap wajahnya, berusaha fokus. Saat berjalan menuju garasi untuk memeriksa, ia berhenti mendadak.
Di depannya berdiri seorang perempuan cantik, dengan rambut yang tertata rapi dan wajah yang bersinar. Perempuan itu sedang menggendong Al yang tertidur lelap di pelukannya. Sean memandanginya dengan tatapan bingung.
"Siapa dia?" pikir Sean, merasa ada sesuatu yang aneh sekaligus familier.
Ketika perempuan itu melangkah melewati Sean, ia melemparkan pandangan dingin yang membuat Sean seketika merasa terpojok. Itu Netha! Tapi bagaimana mungkin? Sean hampir tidak bisa mengenalinya.
“Nggak mau bantuin, Komandan?” sindir Netha sambil melanjutkan langkahnya.
Sean terdiam, wajahnya memerah karena baru menyadari situasi itu. Ia buru-buru menuju mobil untuk mengambil El yang juga tertidur di kursi belakang. Dengan hati-hati, Sean menggendong putranya dan mengikuti Netha menuju kamar mereka.
Setelah menaruh El dengan lembut di tempat tidur di samping Al, Sean menyelimuti keduanya dengan hati-hati. Matanya memandangi kedua anak itu sejenak, lalu beralih pada Netha yang juga tengah memastikan kenyamanan si kembar.
Ketika Netha berdiri, Sean memandanginya dengan lebih saksama. Wajah itu... begitu familier. Sean teringat pada sosok Netha seperti sebelum mereka menikah. Dulu, perempuan ini adalah cinta pertamanya, meskipun Sean memaksa Netha menikah karena tanggung jawab, ia tak memungkiri jika berjalanan waktu ia jatuh cinta padanya. Pesona Netha membuat Sean tidak bisa berpaling. Dan sekarang, pesona itu kembali, bahkan lebih kuat.
“Ini... Netha?” Sean membatin, masih tidak percaya dengan perubahan besar yang ia lihat.
Netha menyadari tatapan Sean yang penuh kebingungan. Ia memutar tubuhnya, lalu berkata dengan nada datar, “Anak-anak sudah tidur. Aku mau istirahat sebentar. Kalau ada yang ingin dibicarakan, nanti malam saja, aku capek.”
Sean hanya mengangguk pelan, masih dalam keadaan terpana. Netha meninggalkannya sendirian di kamar si kembar.
Sean melangkah ke ruang tamu dengan langkah pelan. Ia menjatuhkan diri ke sofa yang tadi ia tiduri dan mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi.
“Bagaimana mungkin? Ini benar-benar Netha?” pikirnya, masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Rumah yang dulu terasa dingin dan tidak terurus kini berubah menjadi tempat yang hangat dan nyaman. Aromanya wangi, dekorasinya rapi, dan suasananya membuat Sean merasa betah. Bahkan Netha, perempuan yang sebelumnya tampak acuh dan tidak peduli, kini terlihat begitu berbeda.
Sean mencoba fokus, tetapi pikirannya terus berkecamuk. Ia akhirnya memutuskan untuk menyalakan televisi, berharap itu bisa mengalihkan perhatiannya sementara ia menunggu Netha kembali.
Namun, bahkan saat layar televisi menyala, pikirannya tetap tertuju pada perempuan yang baru saja ia temui. Seolah-olah semua ingatan tentang masa lalu mereka perlahan kembali menghantui dirinya. Sean tahu, malam ini akan menjadi malam yang panjang.
📍 Kamar Netha
Netha menatap langit-langit kamar. Senyumnya samar, tetapi ada rasa lega di dalam hatinya. Pertemuan dengan Sean tadi benar-benar mengejutkannya, tetapi ia berhasil menjaga ketenangannya.
“Dia akhirnya pulang,” gumam Netha pelan.
Namun, rasa lelah setelah seharian bermain di Mini Zoo dan menghadapi kejutan ini mulai terasa. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum menghadapi Sean untuk percakapan yang pasti akan menjadi babak baru dalam kehidupan mereka.