Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Bima yang di minta membuat rancangan pemasaran produk baru sedang ketar ketir di ruangannya, karena selama ini yang membantunya ada lah Sahira, kini bagaimana caranya dia minta tolong sama wanita itu, karena sudah dia khianati, dan membuat wanita itu sangat membencinya dan juga pergi dari rumahnya.
"Ais... Sialan, kenapa susah sekali sih, hii... Menyebalkan, biasanya juga tinggal Terima bersih, sekarang malah di suruh mikir sendiri." gerutu Bima mengacak acak rambutnya.
"Bodo amat lah, Sahira harus mau membantu gue, secara gue kan atasannya, dia harus tunduk sama gue." egoisnya Bima belum hilang juga.
Sementara di divisi tempat Sahira bekerja dia sedang serius mengerjakan pekerjaannya, sesekali ada aja teman satu divisinya minta tolong sama Sahira, tapi bukan menyuruh Sahira mengerjakan pekerjaannya, hanya minta di ajarkan dengan pekerjaan yang belum mereka paham.
Sahira memang pintar dan cepat mengerti dengan setiap tugas yang di berikan kepadanya, dan juga dia tidak pelit ilmu, makanya teman temannya sangat menyukai Sahira, dan tidak ada yang membenci Sahira, justru mereka sangat menyukai Sahira.
"Makasih Sahira cantik, lu emang keren, semua pekerjaan bisa lu selesaikan, kudunya bos melihat kepintaran lu itu, dan lu di angkat jadi manager di sini." puji salah seorang temannya.
"Iya benar tuh, tapi klau Sahira pindah dari divisi kita, trus kita mau minta tolong sama siapa coba." keluh teman yang lain.
"Haa... Iya juga ya." kaget yang lain mulai sadar.
"Haiii.... Pada ngeributin apa sih, ini pada minum biar adem." ujar Wawan membawa beberapa Cup minuman di tangannya, memang Wawan suka sekali mentraktir teman temannya itu, apa lagi di bulan bulan tanggung seperti ini, karena di antara mereka Wawan adalah salah satu orang berada, dan juga mempunyai usaha sampingan di luar sana.
"Wihhh... Mantab lah ini, tau aja kita lagi haus." sorak temannya.
"Makasih Wan." ucap Sahira senang, saat Wawan memberikan satu cup minuman kepadanya.
"Sama sama cantik." begitu lah Wawan selalu memuji Sahira.
"Udah punya segel, jangan suka merayu nanti lu kena geplak sama yang punya." kekeh Arum.
"Ya ampun Rum, kan Sahira emang cantik, masa mau gue bilang ganteng, kan ngak lucu." sewot Wawan.
Sahira dam Arum terkekeh mendengar kekesalan sahabatnya itu.
"Ehhh iya, tadi kan para manager rapat tuh, dan gue rasa sebentar lagi, manager otak udang itu pasti nyari Sahira tuh." ujar salah satu teman kerja Sahira.
"Masih mau Ra? " tanya yang lain.
"Bodoh klau kamu mau Ra." sahut yang lain.
"Harusnya posisi yang dia tempati sekarang itu Sahira yang nempatin, perasaan dari awal dia kerja sampai sekarang apa apa minta bantuan Sahira, enak benar dia yang naik pangkat, yang kerja siapa yang gaji gede siapa, dasar ngak ada otak." sewot yang lainnya.
"Awas aja lu masih mau di manfaatin sama si mokondo itu." sewot Arum.
"Kalian tenang aja, mulai sekarang aku ngak akan mau lagi di suruh suruh dia." seru Sahira.
"Nah ini baru teman kita, harus bisa menolak apa yang ngak sesuai dengan hati." ujar Wawan menepuk nepuk bahu Sahari pelan.
"Hira, kamu di panggil pak Bima." ujar seseorang dari pintu divisi, Sahira itu.
"Nah, belum juga mingkem kita bercerita, ehhh.. Udah datang aja." kekeh Aldo.
"Cuekin aja udah, ngak ada urusan sama Sahira, atasan Sahira tiba tiba muncul dan dalam ruangannya.
" Betul itu." sahut yang lain.
"Saya juga ngak mau pak, kerjaan saya aja belum kelar." sungut Sahira lansung mengerjakan tugasnya yang belum selesai.
"Good Sahira pertahankan harga diri mu, saya ingin melihat sampai mana dia bisa bertahan, hingga posisi itu berganti dengan kamu, saya tau selama ini yang dia persentasikan adalah hasil usaha kamu, tapi saya masih diam karena dia kekasih mu, tapi saya mendengar dia selingkuh dengan adik mu, saya tidak suka perselingkuhan, dan satu lagi dia kacang lupa kulit, dia berhasil karena kamu, senang senang sama orang lain, jangan mau kamu di manfaatkan lagi." ujar atasan Sahira serius.
"Siap pak, mata saya sekarang sudah terbuka pak, sudah terbangun dari tidur panjangnya." kelakar Sahira.
Semua teman Sahira tertawa mendengar kelakar Sahira itu.
"Kamu makin cantik aja Hira, berhubung kamu jomblo, mau ngak jadi pacar saya." rayu atasan Sahira itu.
"Wiihhh.... Bapak terlambat pak, sudah punya pawang baru dia pak." sela Wawan terkekeh.
"Yah... Saya terlambat dong." atasan Sahira berpura pura lesu, memang atasan Sahira itu suka bercanda dengan bawahannya, dan akan serius saat bekerja, jadi anak buahnya nyaman bekerja bersamanya.
"Sangat sangat terlambat pak." seru yang lain.
"Tapi ngak pa apa, saya senang melihat kamu yang sekarang Hira. Kamu makin cantik, makin modis, itu tandanya suami kami betul betul mencintai kamu, bukan seperti mokondo ono yang hanya memanfaatkan kamu." jujur atasan Sahira itu.
Sahira tersenyum, apa yang di ucapkan atasnya itu membuat Sahira memikirkan sang suami, yang makin hari makin perhatian sama dirinya, apa kah sudah saatnya Sahira menyerahkan dirinya pada sang suaminya itu.
Ting...
Satu pesan masuk ke HP Sahira.
[Sayang, jangan lupa makan siang ya, maaf nanti mas ngak bisa jemput, nanti ada sopir yang jemput kamu, maaf ya sayang." ] begitulah isi pesan Galang.
Senyum Sahira lansung mengembang.
[Iya mas, mas juga jangan lupa makan ya, siap. Makasih suamiku."] Sahira pun membalas tak kalah romantis membuat Galang di sebrang sana mengucek mata berkali karena tidak percaya sang istri menulis kata "suamiku" ini pertama kali Sahira mengakuinya suami.
"Agggkkk... Pengen cepat pulang jadinya." gumam Galang memeluk HP nya.
"Dasar bucin." cibir Toni melihat tingkah Galang itu sudah seperti ABG sedang jatuh cinta saja.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘