Mbak Bian itu cantik.
Hampir setiap pagi aku disambut dengan senyum ramah saat akan menikmati secangkir kopi hangat di kafe miliknya.
Mbak Bian itu cantik.
Setiap saat aku ingin membeli produk kecantikan terbaru, maka mbak Bian-lah yang selalu menjadi penasehatku.
Mbak Bian itu cantik.
Setiap saat aku butuh pembalut, maka aku cukup mengetuk pintu kamar kost tempat mbak Bian yang berada tepat di sampingku.
Ah, mbak Bian benar-benar cantik.
Tapi semua pemikiranku sirna saat suatu malam mbak Bian tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. Dengan wajah memerah seperti orang mabuk dia berkata
"Menikahlah denganku Cha!"
Belum sempat aku bereaksi, mbak Bian tiba-tiba membuka bajunya, menunjukkan pemandangan yang sama sekali tak pernah kulihat.
Saat itu aku menyadari, bahwa mbak Bian tidaklah cantik, tapi.... ganteng??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Difar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Namanya Mbak Bian
‘Kosan tante Ella’
Aku membaca plang yang terpasang di sebuah rumah berlantai 3 tepat di depanku.
Ah, inilah tempat tinggalku yang baru. Senyum puas tersungging di wajahku. Bangunan bercat hijau ini sepertinya sangat nyaman untuk kutinggali. Aku lalu mengalihkan tatapan ke arah barang-barang yang menumpuk tepat di sebelahku. Sebenarnya aku sudah menyewa jasa pindahan, tapi karena kabar mendadak kalau istri si mas ekspedisi melahirkan, akhirnya aku ditinggalkan sendirian, tepat di depan gedung kos-an.
Oh iya, namaku Raisa Zahra, seorang pejuang skripsi yang sedang bertempur menuju sarjana hingga titik darah penghabisan! Semester akhir juga menjadi salah satu alasanku untuk pindah kos-an. Selain karena kosan lamaku terletak agak jauh dari kampus, penghuni kosan lamaku juga hampir semuanya berbakat menjadi penyanyi.
Ketika pagi, maka lagu dangdut yang akan menggema nyaring. Begitu sore, koleksi lagu lawas-laj yang akan terdengar. Kalau malam? Maka lagu pop yang sengaja di jedag-jedug kan lah yang setia menemaniku hingga menutup mata. Kalau seandainya ada kuis tebak lagu berhadiah mungkin aku akan keluar sebagai pemenang.
Aku memindahkan barangku satu persatu menaiki tangga. Maklumlah, hanya tersisa 1 kamar kosong disini, dan itupun berada di lantai paling atas.
"Ini kos paling yahud di kompleks sini! Gak bakal nemu deh yang sestrategis ini. Dekat dengan jalan raya lagi!"
Begitulah ucapan tante Ella, pemilik kosan dengan penampilan super nyentrik. Dalam hati aku hanya bisa bergumam, ya iyalah dekat jalan raya, ya kali dekat empang!
Siapapun yang melihat tante Ella tak akan menyangka kalau usia tante Ella sudah menginjak 50 tahun. Gimana nggak? Rambut di cat warna-warni bak ayam teletubies, tinggi semampai dengan body yang masih semlehoi. Aku aja yang masih gadis saja merasa iri saat melihat body tante Ella!
Dengan susah payah aku mengatur nafas setelah menaikkan seluruh barang. Buset, benar-benar menguras energi! Bahkan sarapan yang baru aku makan tak ada artinya karena sekarang cacing diperutku sudah mulai melakukan aba-aba, mengambil posisi untuk memulai konser. Aku bisa membayangkan hidupku kedepannya. Kalau begini sih, aku nggak perlu olahraga lagi deh. Cukup naik turun tangga kos sudah bisa membuat lemakku terbakar.
Mataku mengamati seluruh penjuru lantai 3. Hanya ada 2 kamar di lantai 3 dengan masing-masing nama terpampang di pintu kamar. Kamarku terletak di paling ujung, pas di dekat tangga. Sebenarnya aku agak keberatan dengan posisi kamar ini. Selain karena sangat jauh ke atas, posisi di dekat tangga juga sangat merugikan untukku. Alasannya karena langkah kaki orang yang lalu lalang akan sangat terdengar dari kamarku. Tapi aku akhirnya pasrah, toh hanya ada 1 kamar yang berada di sampingku.
"Okays, mari beraksi!"
Gumamku riang sambil mulai membuka pintu kos dan memasukkan satu persatu barangku.
"Pindah kosan apa pindah rumah sih? Barangnya banyak amat!"
Suara seseorang membuat aktifitasku memindahkan barang terhenti sejenak. Aku langsung mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Pandanganku bersitatap dengan perempuan super cantik yang sedang berdiri menyender di pegangan tangga. Matanya memandangiku dari atas ke bawah, lalu tersenyum sumringah. Sedangkan Aku? Jangan tanya, mulutku menganga lebar sekarang, rasanya aku bisa mendengar musik dan angin yang menerbangkan rambut panjang perempuan itu lengkap dengan uringan musik, persis seperti film-film India. Jujur, ini kali pertama aku melihat perempuan secantik dia, bahkan aku saja sebagai perempuan merasa betapa aku hanyalah secuil upil jika dihadapkan dengan perempuan ini.
"Lha, malah melamun, baru pindah?"
Tanyanya bingung sambil melambai-lambaikan tangan kanannya di depan wajahku.
Seperti terhipnotis, aku langsung menganggukkan kepala.
Perempuan itu tersenyum lagi, dia lalu meraih salah satu koperku dan membuka pintu kamar kosku lebar-lebar. Dengan santai dia melangkah ke dalam, tanpa mempedulikan ekspresi cengo-ku yang belum juga kembali normal.
"Aiya! kalo lo planga plongo gini, sampe ayam beranak juga gak bakal siap ini pindahannya!"
Gerutunya sambil memanyunkan bibir.
"Ah.. iya!"
Dengan gelagapan aku mulai memindahkan seluruh barangku ke dalam.
Selanjutnya kami tak banyak bicara. Dia sibuk dengan aktifitas membantu memasukkan barangku, sementara aku sibuk memikirkan betapa asyiknya kalau aku juga terlahir dengan wajah secantik dia.
"Nama lo siapa?"
Tanyanya setelah memastikan semua barang-barang berhasil terpindahkan ke dalam kamar.
Aku terhenyak kaget, dengan cepat beranjak menuju salah satu kotak dan mulai merogoh mencari sesuatu.
"Raisa, tapi panggil aja Icha."
Jawabku sambil menyodorkan sekotak susu UHT rasa strawberry.
"Makasih mbak." lanjutku lagi sembari tersenyum lebar.
Perempuan itu terdiam sebentar, sebelum akhirnya terkekeh pelan.
"Duh, imutnya! Nama gue Bianca, tapi panggil aja mbak Bian. Kalau lo perlu apa-apa ketuk aja pintu kamar gue. Pas di samping elo kok."
Setelah itu mbak Bian berjalan pergi, meninggalkanku yang masih terpesona dengan kecantikkan dan kebaikan hatinya. Itulah kali pertama aku bertemu mbak Bian, perempuan super cantik seantero kos-an. Dengan tinggi yang kuperkirakan mendekati 175 cm, hidung bangir dengan bola mata cokelat susu. Ya tuhan! Dunia ini sangat tidak adil saat menciptakan mbak Bian. Bagi dikit kek tingginya dengan diriku yang cuma semekot alias semeter kotor ini, huhu.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk menjadi akrab dengan mbak Bian yang memang sangat supel. Karena kami sesama anak tunggal, mbak Bian bilang dia menganggapku sebagai adiknya. Dan tentu saja, aku dengan senang hati menganggap mbak Bian sebagai kakakku.
Bukan cuma cantik, mbak Bian juga baik banget. Kadang aku cuma perlu memandang mbak Bian, maka dia langsung bisa membaca pikiranku. Pernah suatu kali aku mengalami kram perut saat sedang menstruasi. Tak sengaja aku dan mbak Bian berpapasan di tangga saat aku hendak berjalan menuju kamar kos. Tentu saja aku tersenyum seperti biasa, mencoba menyembunyikan rasa sakitku agar mbak Bian tidak khawatir. Tapi seakan bisa membaca pikiranku, tak lama setelah aku masuk ke kosan, mbak Bian mengetuk pintu kamarku. Dia menyodorkan beberapa botol minuman pereda nyeri haid dan seporsi bubur ayam. Intinya mbak Bian is the best lah! Kalau saja aku seorang pria, pastilah aku sudah klepek-klepek dengan mbak Bian.
Mbak Bian juga bisa dikatakan sebagai wanita sukses. Di usianya yang baru menginjak 29 tahun, dia sudah punya 3 cabang cafe dan sebuah swalayan yang dikelolanya sendiri. Bahkan aku selalu ngiler setiap main ke kosannya mbak Bian, memandangi semua barang-barang branded yang mbak Bian punya. Dan tentu saja, mbak Bian dengan senang hati memberikanku beberapa barang yang dia punya. Bahkan jika itu adalah barang kesukaannya sekalipun. Rasa kagumku kepada mbak Bian semakin besar ketika mbak Bian mengizinkanku untuk bekeja di cafenya, dengan sistem pembayaran perjam tanpa ada patokan jam masuk dan jam pulang. Duh, pokoknya mbak Bian adalah malaikat pelindung sekaligus kakak perempuan terbaik yang kupunya, walaupun nggak sedarah sih.
Tapi, ada 1 hal yang menjadi pertanyaan dalam hatiku. Yaitu kenapa perempuan sesukses mbak Bian bisa memilih untuk ngekos di tempat se-sederhana ini. Selain itu mbak Bian juga masih single. Bagaimana mungkin wanita secantik, sesukses dan sebaik mbak Bian masih single? Apakah ini bentuk keadilan dunia dengan membiarkan mbak Bian single dibalik semua kesempurnaannya?.
Sebenarnya aku sering sih melihat seorang pria keluar masuk kamar mbak Bian. Aku bahkan sempat mengira bahwa pria itu adalah suami mbak Bian. Tapi ternyata aku salah. Dugaanku langsung dihempas oleh mbak Bian. Dia bilang, pria itu memang mengejar mbak Bian dari dulu. Tapi mbak Bian menolaknya. Saat kutanya alasannya, mbak Bian hanya tersenyum sedih dan mengatakan bahwa ada 1 hal yang masih mengganjal di hatinya yang membuat dia tidak bisa membuka hati untuk seorang pria. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan kelanjutan perkataan mbak Bian. Tapi aku memutuskan untuk hanya mengangguk dan tidak membahas perihal asmara mbak Bian.
Terlepas semisterius apapun mbak Bian, aku tetaplah menyukainya.
Intinya, mbak Bian is the best!