Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Hasna Ahmad adalah adik Hana Putri Ahmad yang berprestasi. "Hasna, masuk de." panggil staf Bu Fitri. Hasna masuk bersama Ocha.
"Permisi bu." ucap Hasna dan Ocha bersamaan. Ibu Amel hanya mengangguk sambil tersenyum. Hasna dan Ocha duduk di kursi depan Bu Amel selaku Ketua Progam Studi Bahasa Inggris.
"Hasna Ahmad?" tanyanya menatap Hasna. Hasna mengangguk dengan senyum ramah. "Jadi kamu dapat beasiswa prestasi de, silahkan kumpul foto copy Kartu Tanda Penduduk dan juga buku rekening." ucap ibu Amel.
Nama lengkapnya Amelia Yahya, M.Hum. Beliau selaku Ketua Program Studi Bahasa Inggris di Kampus ternama di Kota P. Saat Hana kuliah, pengurusan beasiswa melalui akademik. Prosesnya lebih rumit dan lama, kalau melalui Prodi akan lebih mudah.
"Tapi bu saya belum punya KTP, kalau pakai kartu mahasiswa boleh kah bu?" tanya Hasna penasaran. Jangan sampai gagal mendapatkan beasiswa karena belum memiliki KTP.
"Iya boleh. Sampaikan juga kepada yang lain, karena belum ada yang menghadap selain kamu." ujar bu Amel.
"Baik Bu." jawab Hasna singkat. "Alhamdulillah masih ada harapan dapat beasiswa." batin Hasna bahagia. Setiap anak memiliki kelebihan masing-masing. Orang tua sebaiknya mendukung apa yang anak cita-citakan.
"Ini Rosalinda ya? Setia juga menemani." ucap Bu Amel sambil tersenyum bangga.
"Alhamdulillah Bu." jawab Hasna. "Oya bu, kapan terakhir dikumpul berkasnya bu?" tanyanya. Ocha hanya diam saja mendengarkan.
"Lebih cepat lebih baik ya! Supaya segera di proses beasiswanya." jawab bu Amel antusias.
"Bisakah urus beasiswa tidak mampu bu?" celetuk Ocha tiba-tiba. Dia menatap bu Amel dengan penasaran, menunggu jawaban yang sesuai dengan harapan.
"Untuk masalah beasiswa tidak mampu biasanya diurus di akademik. Coba tanyakan disana ya Rosa." jawab Bu Amel ramah. Dia tahu bahwa tidak semua mahasiswa dan mahasiswinya dari kalangan orang berada.
Semua bisa diusahakan ketika mahasiswa berprestasi. Ketika tidak berprestasi maka bisa diupayakan dengan beasiswa tidak mampu. Tetap semangat buat penempuh jenjang pendidikan.
"Oh begitu ya bu, terima kasih informasinya." jawab Rosalinda atau Ocha. Hasna dan Ocha saling pandang lalu mengangguk.
"Kalau begitu kami permisi Bu, terima kasih atas waktunya." ucap Hasna mewakili. Mereka menjabat tangan Bu Amel lalu meninggalkan ruangan kaprodi tersebut.
"Gimana, mau tanya ke akademik gak?" tanya Hasna. "Sekalian ke kampus gimana kalau kita tanya? Karena kalau sudah masuk kuliah biasa akan sibuk dengan tugas dan persiapan presentasi." usul Hasna.
"Boleh deh! Ayo temani aku kesana." ucap Ocha lesu. "Semoga bisa mengurus beasiswa kurang mampu." batinnya. Mereka melangkahkan kaki menuju akademik.
Setibanya di akademik, Ocha dan Hasna menuju kepada staf pelayanan. "Ada apa de?" tanyanya.
"Begini kak, kami mau tanya tentang beasiswa kurang mampu. Apakah masih ada?" tanya Hasna mewakili Ocha.
"Oh beasiswa kurang mampu ya?" tanya balik meyakinkan. Hasna dan Ocha mengangguk antusias. "Untuk saat ini tidak ada de, nanti kalau ada kami akan umumkan. Biasanya akan diberikan informasi di mading sana." tunjuknya.
"Oh begitu ya kak." jawab Hasna mengikuti arah yang ditunjukkan oleh staf tersebut. Mading adalah majalah dinding, yang digunakan untuk memberikan informasi terkait tentang kampus.
"Iya de. Ada yang lain?" tanyanya lagi. Ocha dan Hasna saling tatap.
"Oh tidak kak, terima kasih. Permisi." ujar Ocha mewakili. Akhirnya mereka keluar menuju kos. "Padahal pengen juga dapat beasiswa. Selamat ya Hasna. Kamu memang hebat." ucap Ocha sambil jalan pulang.
"Intinya belajar Cha." jawab Hasna. Sesampainya di kos, mereka menuju kamar masing-masing. Hasna menyiapkan berkasnya untuk dibawa esok hari ke kampus.
Malamnya Hasna makan malam bersama dengan Hana, Ocha dan teman kos lainnya. Usai makan malam, Hasna belajar lagi. Memang sudah hobby nya belajar.
Keesokan harinya Hasna membawa berkasnya ke Prodi sendirian. Dia sudah biasa sendiri, bahkan Hana selalu mengajarkan Hasna untuk mandiri.
"Permisi Bu, saya mau antar berkas untuk mengurus beasiswa prestasi atas nama Hasna Ahmad." ucapnya ramah.
"Oh iya de. Simpan sini saja, nanti saya akan bawakan pada Bu Kaprodi. Beliau masih keluar." jawab bu Fitri. Mau tidak mau Hasna menitipkan berkasnya pada Staf.
"Terima kasih bu." ucap Hasna, bu Fitri hanya mengangguk pasti. Hasna meninggalkan Prodi menuju perpustakaan.
Hari demi Hari Hasna lalui dengan kuliah, setelah masuk berkas beasiswanya. Sebulan kemudian barulah cair. "Alhamdulillah dapat dua juta. Bisa pake bayar kuliah." gumamnya pelan.
Uang semesternya saat itu masih cukup murah, terjangkau apalagi mendapatkan beasiswa. Itu menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi Hasna. Hari-hari berlalu dengan belajar, ke kampus, ke kos dan ke kampung.
"[Bismillah. Aku akan seminar Proposal pagi ini, insya Allah pukul 09.00., mohon doanya semoga lancar. Aamiin]" Hana memberi kabar kepada keluarganya. Hasna sedang disibukkan dengan tugas kuliah, jadi tidak bisa mendampingi ke kampus.
"[Maafkan aku kak, karena aku ada kesibukan jadi tidak bisa mendampingi kakak]" balas pesan Hasna terkirim ke Hana.
"[Tidak masalah de. Kamu semangat kerja tugas ya. Doakan kakak semoga lancar ujiannya!]" Balas Hana lagi karena ujian belum dimulai.
"[Aamiin. Iya kak. Aku kerja tugas dulu, kakak semangat!]" balas Hasna cepat melanjutkan tugasnya supaya cepat selesai. Hasna sudah semester tiga.
"[Makasih adikku]" balas pesan dari Hana. Hasna hanya membacanya tidak sempat membalasnya.
Hasna fokus dengan laptop didepannya, dia tidak pernah mengejar target apa pun. Tapi dia selalu berusaha melakukan apa pun dengan maksimal.
"Setelah kak Hana seminar dia akan lamaran, apa jadi ya?" gumam Hasna pelan, dia jadi memikirkan sang kakak. Usai mengerjakan tugas, Hasna malah melamun.
"Aku rindu ibu." gumamnya lirih, tanpa terasa mengalir air matanya. "Aku akan bahagiakan keluarga, aku akan jaga ayah bu." imbuhnya. Usai dengan menangis Hasna tertidur menjelang siang.
***
Flashback On
Tepat akhir tahun 2016 Hana mengajak Hasna untuk pulang ke kampung M. Tibanya di rumah ternyata ibunya sakit!
"Ibu, ya Allah. Ibu sakit apa?" tanya Hana khawatir. Hasna pun khawatir tapi dia hanya bergumam lirih.
"Kenapa ibu sampai sakit begini? Apa ibu memikirkan kami yang jauh?" tanya Hasna pelan.
"Ibu gak apa-apa nak." jawab ibu Ramlah sambil tersenyum menenangkan kedua putrinya yang baru pulang menempuh pendidikan.
"Rambut ibu rontok kak, ibu sudah jarang ngapa-ngapain, ibu lebih banyak istirahat kak." jelas Husna yang baru datang dari belakang rumah dengan membawa kunyit.
"Emang ibu sakit apa?" tanya Hana pada ibunya. Hasna mengangguk ingin tahu, dia juga penasaran. Ibunya selalu mengatakan baik-baik saja.
"Ibu hanya capek kak, perlu banyak istirahat saja!" Dusta ibu pada Hana, dia menatap Hasna dan juga Husna dengan senyum lembutnya.
"Sana istirahatlah Hana dan Hasna." sambung ayah Ahmad, dia tahu situasinya tidak akan baik jika semua anaknya tahu.
"Iya ayah." Hana, Hasna, bahkan Husna ikut keluar menuju kamar masing-masing. Tempat tinggal mereka meski kecil tapi membuat nyaman.
Flashback Off
***
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/