NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Billionaire

Jerat Cinta Sang Billionaire

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: DENAMZKIN

Sekar Arum (27) ikut andil dalam perjanjian kontrak yang melibatkan ibunya dengan seorang pengusaha muda yang arogan dan penuh daya tarik bernama Panji Raksa Pradipta (30). Demi menyelamatkan restoran peninggalan mendiang suaminya, Ratna, ibu Sekar, terpaksa meminta bantuan Panji. Pemuda itu setuju memberikan bantuan finansial, tetapi dengan beberapa syarat salah satunya adalah Sekar harus menikah dengannya dalam sebuah pernikahan kontrak selama dua tahun.
Sekar awalnya menganggap pernikahan ini sebagai formalitas, tetapi ia mulai merasakan sesuatu yang membingungkan terhadap Panji. Di sisi lain, ia masih dihantui kenangan masa lalunya bersama Damar, mantan kekasih yang meninggalkan perasaan sedih yang mendalam.
Keadaan semakin rumit saat rahasia besar yang disembunyikan Panji dan adik Sekar muncul kepermukaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENAMZKIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DI TENGAH LAUT PART 1

Sekar membungkuk sedikit untuk melihat ke arah air. Pemandangannya begitu memukau, dan meskipun dia berusaha keras untuk tidak menyukainya, sarapan tadi pagi sungguh luar biasa. Ketika Panji muncul dari balkon, ada sesuatu yang berbeda di antara mereka.

Sejak saat sarapan, dia hampir tidak menatap Sekar, terlalu sibuk dengan ponselnya. Sekar ingin sekali bertanya padanya tentang restoran—tentang staf baru, rencana baru, desain baru. Namun, tangan Panji tetap erat menggenggam ponselnya. Dia melihat ke layar dan membaca pesan yang tertera:

"Kita perlu bicara."

Sekar mengangkat pandangannya ke arah Panji yang berdiri di sisi lain perahu, bersandar dan menatap air. Bau asin laut menyelimuti dirinya, dan dia membiarkan matanya memandangi punggung Panji lebih lama dari yang seharusnya. Sekar memang butuh berbicara dengan seseorang, hanya saja dia tidak yakin apakah orang itu harus Damar. Di menyesali percakapan terakhir mereka; dia terdengar lemah, bahkan mungkin menyedihkan, dan dia tidak ingin Damar tahu kalau dia merasa seperti itu.

Gerakan Panji menarik perhatian Sekar kembali. Dia menatap pria itu dengan desahan tertahan. Sekar harus mengakui, dia penasaran. Panji Pradipta adalah pria yang penuh kuasa, seorang pemimpin alami. Hanya membayangkan gairah yang mungkin terjadi di antara mereka sudah cukup membuat tubuh Sekar bereaksi. Dia tidak ingat kapan terakhir kali tertawa, dia juga tidak pernah merasa begitu tergoda secara seksual.

Sekar mengamati Panji yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Ponselnya berdering, dan dia menekan layar beberapa kali sebelum menjawabnya.

"Ya, Tika?" katanya.

Sekar tahu dari pengalamannya kalau Tika adalah sekretaris Panji. Dia mengamatinya, saat Panji mendengarkan dengan penuh perhatian pada pembicaraan mereka di telepon. Sekar mulai bertanya-tanya tentang hubungan mereka—apakah Panji pernah menggoda Tika, mencoba memikatnya, atau mungkin memberinya hadiah-hadiah mewah. Dia bahkan membayangkan Tika mengenakan lingerie pemberian Panji.

Sekar pernah mengunjungi kantor Panji dan melihat Tika. Wanita itu tidak seperti bayangan Sekar tentang seseorang bernama Tika. Panji Pradipta memiliki sekretaris yang seksi bernama Tika.

"Tidak, beri tahu dia aku akan ada untuk pertemuan malam ini via online," kata Panji.

Sekar memperhatikan profil Panji, melihat bagaimana rahangnya mengencang dan rileks saat berbicara. Otot-otot di lengannya terlihat tegas di balik kemejanya saat dia memegang ponsel di telinga. Sekar tahu Panji rutin berolahraga; dia memiliki gym di rumah mereka. Sekar menemukannya pada hari ketiga saat dia menjelajahi rumah. Saat itu, Panji sedang di sana, sibuk dengan earbud di telinganya, mengangkat beban. Sekar terpesona oleh gerakan lengan Panji, bagaimana otot-ototnya bergeser dan berkilau karena keringat.

Tubuhnya sendiri mulai kehilangan lekuk yang kencang dan tegas. Kini, saat dia melihat ke bawah, yang terlihat hanyalah sedikit gumpalan lemak. Sekar menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas sambil menghela napas panjang. Apakah dia benar-benar ingin mengakui kepada Damar kalau dia tidak bahagia dalam pernikahannya? Apakah Damar akan menganggapnya bodoh? Atau putus asa? Tapi kenyataannya, dia memang putus asa, dan dia merasa seperti orang bodoh. Sekar bukan lagi gadis yang dikenal Damar sebelum dia pergi. Dia telah berubah. Tubuhnya telah berubah. Usianya hampir tiga puluh.

"Aku akan mengirimkan file-file yang aku punya lewat e-mail, dan pastikan Telecom tahu kalau aku sedang liburan, tapi tetap bekerja dari hotel," kata Panji sambil menghela napas dan bergeser dari satu kaki ke kaki lainnya.

"Dan Tika," tambahnya dengan senyuman lembut, "Ambil libur hari Jumat, nikmati akhir pekanmu."

Sekar memperhatikan saat Panji menutup teleponnya.

"Kamu sepertinya bos yang baik."

Panji menarik ponselnya menjauh dan mengerutkan kening sambil mengetik di layar lagi.

"Ya, memang, percaya atau tidak, aku bukan bajingan."

Sekar mengerutkan kening saat melihatnya berbalik menuju kabin.

"Bagaimana kamu menemukan Tika?" tanyanya, berharap Panji tinggal lebih lama. Keheningan mulai membuatnya gelisah.

"Dia anak dari pengurus rumah ayahku," jawab Panji tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. "Ibunya sudah meninggal."

Sekar menggigit bibirnya dan mengerutkan kening.

"Aku turut berduka."

"Tidak perlu," balas Panji. "Ibunya sudah bekerja selama dua puluh tahun. Dia meninggal di usia delapan puluh lima tahun, dalam tidurnya."

Panji akhirnya mengangkat pandangannya dari ponsel, dan untuk pertama kalinya dalam percakapan itu, dia menatap Sekar. Ada ekspresi datar di matanya, tapi Sekar bisa merasakan kalau ada lebih banyak cerita yang tidak dia ungkapkan.

"Kamu banyak bekerja bahkan saat tidak di kantor," kata Sekar pelan, sambil menunduk memandangi gaunnya dan memainkan ujung kainnya.

"Aku tahu," jawab Panji dengan senyuman kecil. "Apakah itu mengganggumu?"

Sekar mengerutkan kening dan menggeleng. "Tidak. Maksudku, kenapa harus? Kita hampir tidak pernah berbicara, bukan?"

"Benar," balas Panji, menunduk kembali ke tangannya saat ponselnya kembali berdering. "Aku akan menjawab beberapa panggilan di kabin. Nikmati pemandangannya."

"Kenapa kamu ingin berlayar, sih? Sepertinya kamu sendiri tidak ingin berada di sini," kata Sekar, belum siap untuk sendirian dengan pikirannya.

Panji menekan tombol di ponselnya, menghentikan nada dering.

"Kenapa kamu membalas ciumanku seperti itu, lalu mengatakan kalau kamu masih memiliki perasaan untuk orang lain?"

Pertanyaan itu membuat Sekar terpana. Dia tersentak mundur dan menatap Panji dengan bingung.

"Aku juga bukan mainan. Aku akan sangat menghargai jika tidak diperlakukan seperti itu." Lanjut Panji.

"Maaf?" Sekar bertanya bingung. "Kamu yang memulai ciuman itu."

"Dan kamu terus menatapku," balas Panji.

"Yah, aku tidak punya orang lain untuk diajak bicara," jawab Sekar setelah beberapa saat.

"Kamu bisa terus mengirim pesan kepada Damar dan mengenang waktu kalian saat di Semarang."

"Jadi kamu ingin aku selingkuh?" Sekar duduk lebih tegak, marah karena Panji melihat ponselnya, kesal karena dia menginginkan perhatiannya, dan geram karena Panji tahu itu.

"Jika kamu selingkuh, aku akan menceraikanmu dan mengambil alih restoran," kata Panji sambil menekan tombol lagi untuk menghentikan dering ponselnya.

"Silahkan pilih sendiri," lanjutnya sambil mengangkat bahu.

"Itu tidak adil," Sekar berdiri. Tapi mau ke mana dia pergi? Mereka berada di kapal di tengah laut, bahkan daratan pun tak terlihat. Apa yang Panji harapkan darinya?

"Selama tiga bulan terakhir kamu sendiri tidak setia, beraninya kamu menuntut hal yang berbeda dariku sekarang."

"Karena aku seorang pria, dan aku tidak melibatkan perasaan dalam urusan seksualku," kata Panji tegas. "Kasusmu berbeda, kamu mencintainya."

"Dan aku tidak mencintaimu," Sekar berteriak.

"Aku juga tidak mencintaimu," Panji balas berteriak. "Tapi kita berdua terjebak bersama dalam pernikahan ini, suka atau tidak."

"Maksudmu, aku yang terjebak sampai kamu bosan denganku," kata Sekar dengan nada pahit. "Aku terperangkap sampai kamu memutuskan kalau kamu sudah cukup puas denganku."

"Kamu bebas pergi kapan saja," Panji mengangkat tangannya, kehilangan kesabaran. "Kamu tahu syaratnya. Bukan salahku kalau kamu menolak untuk menyerah."

"Benar sekali," ujar Sekar sambil menghentakkan kakinya. "Aku tidak akan membiarkanmu mengambil alih bisnis keluargaku ataupun rumah ibuku."

"Rumah ibumu adalah miliknya, aku tidak akan pernah membuat keluargamu kehilangan tempat tinggal," suara Panji merendah, matanya menatap Sekar dengan ekspresi dingin dan jauh.

"Terlepas dari semua keluhan dan pertengkaranmu, aku hanya menginginkan apa yang dijanjikan kepadaku."

"Aku tidak pernah membuat janji itu," Sekar menyilangkan tangannya di dada.

"Tapi kamu mengenakan gaun putih, berjalan menyusuri lorong, dan mengucapkan 'aku bersedia'," balas Panji cepat sambil melangkah maju. "Kamu juga mengenakan cincin berlian itu di jarimu. Kalau itu bukan janji, lalu apa?"

"Bagaimanapun ini berakhir, kamu yang menang," Sekar berkata lemah, bahunya merosot dengan kekalahan. "Jika aku pergi, kamu mendapatkan restoran. Jika aku tetap tinggal, kamu tetap memiliki restoran."

"lebih tepatnya, jika kamu pergi sekarang, kamu pergi tanpa membawa apa-apa. Sebaliknya, Jika kamu bertahan, seperti yang dijanjikan, aku akan mengembalikan restoran itu dan tetap menjadi pemilik pasif," mata Panji menyipit, "Itu dua pilihanmu."

"Tidak," Sekar menggigit bibir bawahnya, berpikir tentang persyaratan dalam kesepakatan mereka. "Aku tidak pernah benar-benar punya pilihan."

"Yah, sekarang kamu punya," Panji menghela napas panjang, terdengar lelah.

"Katakan saja yang sebenarnya," Sekar menggigit bibirnya lagi, memikirkan semua hal yang ingin dia katakan. "Apa kamu benar-benar berniat menjual restoran itu setelah kamu memperbaikinya dan akan mendapatkan keuntungan?”

1
sSabila
ceritanya keren, semangat kak
jangan lupa mampir di novel baru aku
'bertahan luka'
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!