NovelToon NovelToon
Korban Virtual Check!

Korban Virtual Check!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Chicklit
Popularitas:667
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

"Berawal dari DM Instagram, lalu berujung sakit hati."

Khansa Aria Medina tidak pernah menyangka DM yang ia kirimkan untuk Alister Edward Ardonio berujung pada permasalahan yang rumit. Dengan munculnya pihak ketiga, Acha-panggilan Khansa-menyadari kenyataan bahwa ia bukanlah siapa-siapa bagi Al.

Acha hanyalah orang asing yang kebetulan berkenalan secara virtual.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balasan DM

Acha bolak-balik membuka akun Instagram di bagian kotak pesan, tetapi hasilnya sama. Kemarin, ia membalas DM dari Al tetapi belum kunjung dibalas hingga saat ini. Sehingga hari ini, mood-nya sedikit buruk. Padahal ia kira, pagi tadi, ia bisa mendapat notifikasi dari Al.

[al_ardonio]

[Apa?]

[khansa.achaa]

[Boleh minta follback?]

Pesan terakhir dari Acha yang belum kunjung dibaca itu membuatnya menghela napas panjang.

'Masa belum mulai udah dicuekin gini, sih?' batinnya.

"Makin yakin gue kalau yang bales temennya." Tiba-tiba, Serra berdiri di belakang kursi Acha—membuat Acha terlonjak kaget. Rupanya ia sudah berdiri di belakang Acha dan mengintip layar ponsel temannya itu.

"Cha, udah istirahat nih. Ke kantin, yuk?" ajak Maya.

Acha mengangguk pelan. Wajahnya terlihat lesu. Disimpannya ponselnya ke dalam saku lalu menyusul Serra yang sudah berada di depan pintu kelas.

Mereka bertiga berjalan menuju kantin. Seperti biasa, karena jam istirahat, kantin sangat ramai. Mereka pun memilih tempat duduk di paling pojok dan terhindar dari keramaian. Lalu, Serra dan Maya beralih menuju stand kantin untuk memesan makanan. Sementara Acha asyik duduk di kursi—ia menitipkan pesanannya pada Maya.

Tiba-tiba, Acha mendapat notifikasi baru dari Instagram. Matanya melotot begitu melihat username yang tertera di sana. "AAAAAA!" Sekali lagi, Acha berteriak kencang. "DM gue dibales lagi, yessss!"

Acha berusaha berpikir balasan apa yang ia berikan untuk Al. Ia tidak memedulikan tatapan semua siswa yang tertuju padanya—termasuk Serra dan Maya yang sedang menahan malu.

[al_ardonio]

[Sudah gue follback, cantik.]

[khansa.achaa]

[Aaa, makasih.]

Acha cengar-cengir, tidak lupa ia menambah emot senyum agar tidak terkesan judes.

[al_ardonio]

[Asal mana?]

[khansa.achaa]

[Jakarta Selatan. Elo?]

[al_ardonio]

[Sama.]

[khansa.achaa]

[Wih, serius? Sabi dong kalau meet up?]

[al_ardonio]

[Wkwk, sabi dong. Atur waktu aja.]

[khansa.achaa]

[Btw, mau pindah Line nggak?]

"Hmm, gue terlalu agresif nggak sih?" gumam Acha. "Masa bodoh, ketimbang dia direbut cewek lain."

[al_ardonio]

[Gercep juga lo.]

[khansa.achaa]

[Eh, kalau nggak mau, nggak papa kok:)]

"Ini cringe nggak, sih?!" Acha jadi menyesal karena ingin pindah platform di saat baru pertama kali bertukar pesan. Ingin rasanya ia membatalkan pesan sebelum terbaca, tetapi diurungkan karena ingat apabila membatalkan pesan akan muncul notifikasi pada Instagram Al. Ia tak ingin menahan malu lebih banyak lagi.

Kemudian, Serra dan Maya datang bersamaan dengan mangkuk berisi mi ayam di tangannya. Mereka duduk di depan Acha.

"Lo itu kerjaannya teriak-teriak mulu. Bisa nyantai nggak, sih?" tanya Serra sambil mengunyah mi ayam.

Acha tidak menjawab pertanyaan Serra langsung. Ia menunjukkan layar ponselnya yang berisi DM Instagram-nya dengan Al tadi. Ia akan membuktikan Al bukan laki-laki dingin seperti yang dikatakan Serra dan Maya. "Dia bales chat gue setelah sekian lama, gimana gue nggak seneng coba?"

"Sekian lama ...? Perasaan baru kemarin deh," kata Maya terheran.

"Biasalah, orang alay," ledek Serra.

Serra dan Maya pun mulai membaca deretan pesan antara Acha dengan Al. Lalu, tawa terbahak-bahak kembali terdengar dari mereka. Acha yang merasa heran pun segera mengambil ponselnya dan berusaha mencari titik lucu dari deretan pesan tersebut. Sayangnya, ia tidak menemukan titik lucu yang dimaksud sahabatnya.

"Wait, wait. Lo masih yakin kalau Al yang beneran nge-chat lo? Bukan temennya?" tanya Serra sambil terkekeh geli.

"Kalau di novel, cowok kayak Al itu cuek banget, Acha. Nggak mungkin dia nge-chat sepanjang itu. Apalagi bilang kamu cantik." Kali ini, Maya berkomentar.

"Setuju, palingan dibajak temennya.Toh, ini masih jam sekolah." Serra menimpali.

Acha memutar bola matanya malas. Teman-temannya itu terlalu mengikuti alur seperti novel. Padahal belum tentu kenyataan sama dengan kejadian di novel. Memangnya ini dunia novel?

***

Biasanya ketika jam istirahat, hampir semua siswa berbondong-bondong menuju kantin. Tetapi rutinitas seperti itu tidak berlaku untuk hari ini di kelas XI IPA-1. Entah kenapa, sebagian besar siswanya memilih di dalam kelas—termasuk Al dan Bagas. Mungkin karena sebagian kebetulan membawa bekal sendiri hari ini.

Mereka berdua berada di bangku paling belakang. Al sedang tertidur sementara Bagas asyik memainkan ponsel milik Al. Sebuah rutinitas baru bagi Bagas dengan membuka Instagram Al, tentu saja karena banyak perempuan cantik yang mengirim pesan pada sahabatnya itu.

"Al," panggil Bagas.

Al masih menutup mata.

"Al! Bangun, woi!" panggilnya sekali lagi.

Tidak ada jawaban. Bagas mulai membangunkan Al dengan gerakan fisik, seperti menggoyangkan bahunya. Al yang mulai merasa terganggu pun segera membuka mata.

"Gue lagi tidur! Buta mata lo?!" hardik Al. Ia mengucek matanya pelan.

Bagas menyengir tanpa dosa. "Penting nih, Al. Lo inget cewek yang gue bilang cantik, nggak?"

"Semua cewek lo bilang cantik."

"Iya juga, ya." Bagas membenarkan ucapan Al. Lalu, ditunjukkannya sebuah postingan milik Acha kepada Al.

"Yang namanya Khansa, nih. Cantik, kan? Lo mau ngebet, nggak?" tanya Bagas sembari menunjukkan profil Instagram Acha.

Al melotot dan meraih ponselnya. "Lo follback dia?!" Ia segera menekan tombol unfollow.

"Anjrit, ngapain lo unfoll, geblek?!" Bagas ingin meraih ponsel Al tetapi diurungkan ketika melihat Al yang sedang dalam mode serius.

Al merasa kesal karena sahabatnya itu sedikit lancang. "Bisa nggak, lo jangan follow orang yang nggak gue kenal?"

"Makanya kenalan!"

Al mendengus. Kalimat Bagas terasa mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Lagi pula, Al sedang tidak ingin berkenalan dengan perempuan. Sebentar lagi ia akan memasuki kelas akhir lalu menentukan jurusan dan universitas. Tidak ada waktu untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.

"Bilang aja belum move on dari dia, kan?"

Merasa Bagas menyindirnya dan membawa seseorang yang jelas-jelas harus dilupakan membuat Al menjadi geram. Ia pun membawa ponselnya dan beranjak dari kursi. Sekarang, pikirannya tertuju pada kantin. Setelah tertidur selama lima menit tadi membuat perutnya keroncongan.

"Lo yakin nggak mau kenalan sama Khansa?" tanya Bagas tiba-tiba.

Al berhenti melangkah. Tanpa berputar balik, ia mengatakan, "Nggak."

"Yakin?"

"Yakin."

Setelah mereka Bagas tidak memberikan pertanyaan lagi, Al kembali melanjutkan langkahnya. Di tengah lorong, ponsel Al berbunyi. Sebenarnya ia ingin mengabaikannya, tetapi ada rasa penasaran dengan siapa yang mengirim pesan padanya.

Mata Al melotot begitu melihat pop up notifikasi Line dari Bagas. Secepatnya ia membukanya.

[Bagas]

[Hehe, Al. Tapi gue sempet ngechat Khansa pakai akun lo tuh.]

Al melotot. Ia hendak membuka aplikasi Instagram tetapi pesan dari Bagas kembali muncul.

[Bagas]

[Nggak usah dicari, udah gue hapus.]

[Alister]

[Sial, Gas. Gue nggak mau minjemin hape gue ke elo lagi.]

[Lo ngechat apa aja ke dia?]

[Bagas]

[Hehe, cuman kenalan biasa kok. Nggak terlalu penting juga. Nggak usah dipikirin deh.]

[Alister]

[Kurang ajar lo.]

[Nggak aneh-aneh, kan?]

[Ngajak tidur, misalnya.]

[Bagas]

[Geblek, gue nggak sebejat itu.]

Al menghela napas. Antara lega dan kesal yang ia rasakan. Al jadi semakin yakin untuk tidak akan meminjami ponselnya kepada siapa pun lagi, termasuk Bagas.

Sebenarnya Al tidak begitu ingin meminjami ponselnya kepada sahabatnya itu. Tetapi terkadang Bagas yang keras kepala selalu memaksanya. Karena ia bukan tipe orang yang suka mendengarkan celotehan Bagas, maka lebih baik ia meminjami ponselnya agar Bagas tidak berceloteh lagi.

Sebenarnya Al tidak begitu peduli dengan apa yang Bagas lakukan pada ponselnya. Tetapi terkadang sikap Bagas cukup keterlaluan. Misalnya, ia menggoda seorang perempuan menggunakan akun Instagram-nya. Perempuan itu mulai baper dan ujung-ujungnya meneror Al terus-menerus. Membuat laki-laki itu cukup risi.

***

Makan malam kali ini terasa menyenangkan bagi Acha. Kepulangan ayahnya dari pekerjaannya di luar negeri menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu selama ini. Suasana makan malam diisi dengan celotehan Acha, omelan Rika, dan tawa Syarief khas bapak-bapak pada umumnya. Kini, mereka bertiga sedang menyantap makan malam yang hampir habis.

"Kamu dari tadi senyum-senyum mulu," celetuk Syarief dengan kekehan kecil. Rupanya, ia telah memperhatikan putrinya dari tadi.

"Iya dong, biar cantiknya nggak luntur," ucap Acha dengan kepercayaan dirinya yang tinggi. Padahal dalam hatinya, bukan itu alasan ia tersenyum. Siapa lagi kalau bukan Al yang menjadi faktor Acha murah senyum.

Syarief dan Rika hanya terkekeh kecil melihat putri mereka. Setelah mereka bertiga menghabiskan makan malam dengan lahap, ketiganya masuk ke kamar masing-masing.

Acha mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas meja. Tampak berbagai notifikasi muncul dari berbagai aplikasi yang terpasang pada ponselnya. Beberapa notifikasi ia hapus. Alasannya klise—tidak penting. Karena penasaran dengan balasan Al, Acha membuka aplikasi Instagram lagi. Sayangnya belum membalas, sehingga Acha beralih pada profilnya.

'Gue kudu ngecek following dia, semoga aja dia nggak nge-follow cewek-cewek,' batin Acha.

Acha mengerutkan keningnya begitu melihat tak ada username-nya yang muncul pada bagian following Al. Lalu karena penasaran, ia mencari username Al pada bagian followers-nya. Tidak ada juga.

"Sial, gue di-unfoll?!" Mata Acha melotot tak percaya. Baru saja ia seperti dinaikkan ke atas, lalu dijatuhkan secara tiba-tiba.

Sungguh tidak menyangka Al memberinya harapan palsu seperti ini. Tetapi Acha tidak ada niatan untuk meng-unfollow Al. Bisa saja laki-laki itu kebetulan menekan tombol 'berhenti ikuti' pada profil Acha.

Di saat yang bersamaan, muncul notifikasi request DM. Biasanya Acha membiarkan request DM alias tidak membacanya. Tetapi karena sedang tidak ada kerjaan, Acha iseng membukanya.

[bagass.radit]

[Hai, gue Bagas Raditya.]

[Gue temennya Alister. Lo tahu?]

Alister. Nama yang terlihat familier untuk Acha. Ia pun membuka profil Instagram Bagas. Rupanya Instagram Al mengikuti Instagram Bagas. Pantas nama Alister tidak terlihat asing. Lalu, Acha melihat-lihat berbagai postingan Bagas.

Dibanding Al, Bagas lebih aktif di media sosial. Bisa dilihat dari ratusan postingan bahkan highlight stories yang tertera di sana. Acha langsung ingat wajah Bagas yang ia lihat pada TikTok yang menampilkan wajah Al waktu itu. Beruntung Bagas membuat video tersebut sehingga Acha bisa mengenal Al.

'Gue kudu baik-baik sama dia nih,' batin Acha.

[khansa.achaa]

[Hai. Tahu dong.]

[Salken ya, gue Acha.]

Setelah membalas pesan tersebut, Acha membuka Instagram Al lagi untuk memastikan bahwa penglihatannya tadi salah. Rupanya, setelah beberapa kali mengecek dan memperbarui laman, hasilnya tetap sama. Instagram Al memang sudah tidak mengikuti Instagram-nya lagi. Bahkan, tidak ada tanda-tanda notifikasi bahwa Instagram Al kembali mengikuti Instagram Acha. Acha mendesah kecewa. Ingin sekali menanyakan melalui pesan, tetapi Acha masih tahu malu.

Kemudian, ia menerima pesan lagi dari Bagas. Segera ia membukanya karena penasaran. Mungkin saja Bagas bisa membantunya untuk melakukan pendekatan pada Al.

[bagass.radit]

[Haha, salken juga.]

[Lo anak Jaksel, kan?]

[Meet up?]

Acha mengerutkan alisnya. Setahunya, ia tidak pernah memasang lokasinya di Instagram. Jadi, bagaimana Bagas tahu bahwa ia dari Jakarta Selatan? Mungkinkah...

'Al bahas gue di depan Bagas?! Anjir, ini pede abis. Tapi, bisa jadi, kan?' batin Acha sembari cekikikan memikirkannya. Kalau memang seperti itu, ia jadi sedikit terharu karena Al membicarakannya. Meski ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

[khansa.achaa]

[Tahu dari mana gue anak Jaksel?]

[bagass.radit]

[Al.]

"AAAAAAA!" Acha menjerit kesenangan. Pemikirannya memang selalu tepat.

[bagass.radit]

[Jadi, mau meet up?]

Acha tampak berpikir sejenak. Bagas memang teman Al, tetapi mereka berdua masih berstatus sebagai pria asing. Acha jadi sedikit ragu untuk menemuinya. Entahlah, lebih baik besok ia pikirkan.

***

"Tangannya kurang diangkat, Mila! Terus, Dina dan Sarah geser ke samping dikit! Yes, that's perfect, Khansa!"

Beberapa anggota Cheers tampak latihan dengan sungguh-sungguh bersama ketua Cheers mereka—Angel. Termasuk Acha yang sedang memasang pose akhir dalam cheerleading. Selanjutnya, kegiatan Cheers dihentikan sementara karena para anggota akan beristirahat.

Acha mendekati botol minumnya yang berada di pinggir lapangan. Ia meneguk hampir setengah isi botol tersebut. Maklum, Acha menguras banyak tenaga untuk latihan yang satu ini.

"Cha, ajarin gue scorpion pose, dong." Salah satu anggota Cheers bernama Sarah menghampiri Acha. "Asli, kaki gue sulit banget buat diangkat. Jadi gerakan gue belum maksimal."

"Lo udah serius waktu perenggangan otot belum?" tanya Acha.

Sarah mengangguk.

Kemudian, Acha mengajak Sarah menuju lapangan. Beberapa anggota Cheers yang melihatnya ikut mendekat ke arah Acha dan Sarah.

Ketua Cheers mereka—Angel—seringkali menyuruh anggota Cheers untuk saling membantu dan mengajari. Tujuannya agar jiwa kepemimpinan tidak hanya ada di Angel saja. Kebetulan karena Acha yang paling terbaik, maka banyak di antara mereka yang memintanya untuk mengajarinya. Sementara yang lain bisa memperhatikan, barangkali untuk menambah ilmu.

"Lo rileks aja ya, gue bantu arahin." Acha menyentuh kaki Sarah lalu mulai mengarahkan sesuai gerakan yang diminta. Tidak lupa, ia memberikan sedikit tips agar kaki Sarah tidak mudah kram. "Nah, ini udah bener."

Sarah menurunkan kakinya. "Thank you, Cha."

"Anj*y, udah jago aja lo, Sar," puji Kamila terkekeh geli.

"Ya iyalah, diajarin Acha bakal bikin makin jago," tutur Dina yang ikut bangga.

Acha tertawa. "Sarah mah dasarnya udah jago. Gue asah dikit juga langsung nge-top."

Keempat anggota Cheers itu tertawa sembari memuji satu sama lain. Sementara anggota lainnya membuat kelompok sendiri-sendiri. Hanya ada satu anggota yang duduk sendirian. Dari awal, gadis itu memang tidak bergaul dengan anggota Cheers lainnya.

Sebetulnya Acha tidak begitu peduli. Hanya saja, ketika tadi ia perhatikan, gadis itu membuat sedikit kesalahan. Tidak begitu fatal, tetapi jelas membuatnya sedikit resah. Acha tidak ingin ada kesalahan-kesalahan kecil ketika mereka tampil nanti.

"Aya!" Begitulah Acha memanggil nama gadis itu.

Gadis yang bernama Aya langsung menoleh.

Acha menghampiri Aya yang sedang duduk sendirian. Sementara anggota Cheers lainnya memperhatikan mereka berdua. Jarang sekali mereka berinteraksi. Apalagi Aya tidak pernah meminta Acha untuk mengajarinya apabila ada kesulitan. Aya benar-benar menyendiri di klub Cheers ini.

"Tadi lo kurang senyum. Next time, jangan lupa senyum ya," kata Acha yang langsung diangguki Aya.

Acha kembali ke tempat duduknya. Saat ia melihat ponselnya tergeletak di samping botol minum, ia langsung mengingat kejadian kemarin malam. Segera Acha membuka aplikasi Instagram dan mencari username Bagas.

[khansa.achaa]

[Ayok deh.]

Jawaban Acha adalah iya. Memang sekilas ia terlihat ragu, tetapi Acha masih penasaran dengan Al. Mungkin melalui Bagas nanti, ia bisa semakin dekat dengan laki-laki itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!