Arash, seorang pemuda biasa dari bumi yang berpindah ke Planet Pluto, tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi bagian dari pasukan militer. Namun, keadaan membuatnya harus memutuskan itu.
Setelah mengambil keputusan itu segalanya tampak berubah tiba-tiba sebuah sistem misterius aktif dalam pikirannya!
[Ding! Sistem penghargaan militer tertinggi diaktifkan!]
Sejak saat itu, Arash bukan lagi prajurit biasa. Dengan bakat SSS yang langka, ia memiliki potensi yang melampaui semua manusia.
Satu hari latihannya setara dengan sepuluh hari orang lain, dan keterampilannya berkembang dengan kecepatan luar biasa.
Namun, tantangan di Pluto jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan.
Di planet ini, umat manusia berperang melawan monster ganas yang terus berevolusi dan mengancam kepunahan seluruh umat manusia.
Para pejuang umat manusia terus bertempur tanpa henti demi bertahan hidup.
Saat peperangan besar semakin dekat, Arash menyadari bahwa musuh terbesar bukan hanya mon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Luo Dai menatap tajam ke arah arena pertarungan.
lalu matanya sedikit menyipit saat melihat seorang gadis di tim Matarahi dan bulan, gadis itu adalah putrinya yang berdiri di ditengah tim tersebut.
"Putriku... bergabung dengan tim orang lain ?" ucapnya didalam benaknya.
Seharusnya, dengan bakat dan kebanggaannya, Ning pasti akan membentuk timnya sendiri serta menjadi Kapten di timnya.
bukan tunduk di bawah kepemimpinan orang lain.
"Apa artinya ini ? Apakah orang itu begitu hebat hingga putriku rela mengikutinya ?" Tanyanya di benaknya.
Di sampingnya, Kapten Zha memperhatikan ekspresi Luo Dai, laku ia tersenyum kecil.
Akhirnya, sang Jenderal menunjukkan minat pada sebuah Tim.
Itu berarti pertarungan ini akan menjadi lebih menarik, bukan hanya untuk Luo Dai,
tetapi juga bagi para jenderal lainnya dan para kapten yang kini memasang ekspresi penasaran dengan pertarungan di arena.
Sementara itu, di arena, Arash berdiri tegap di tengah tim Matahari dan Bulan.
Dan Ia tidak peduli dengan sorotan atau bisikan di podium.
Begitu Kapten Zha memberikan aba-aba memulai pertempuran, Arash langsung melesat menyerang ke arah depan.
Tombaknya berkelebat, menusuk ke arah Chu Y, pemuda jangkung dan kurus yang sebelumnya melawan Li Bai.
"Dia ancaman terbesar di udara," pikir Arash. "Jika aku bisa menjatuhkannya lebih dulu, pertarungan akan jauh lebih mudah." Gumamnya.
Namun, Suga yang melihat serangan Arash datang hanya tersenyum kecil.
Dia sudah memperhitungkan langkah ini.
Dengan gerakan tenang, dia memberi sinyal pada seorang pemuda lain di timnya.
Pemuda itu tampak biasa saja—kulitnya putih bersih, lebih menyerupai seorang akademisi daripada seorang petarung.
Tetapi, saat ia meletakkan satu tangan ke tanah, udara di sekitarnya bergetar.
Energi kuat merembes keluar, dan Arash seketika berhenti menyerang, alisnya berkerut.
"Aura ini…" ucapnya.
Itu bukan aura sembarangan. Itu aura seorang petarung di puncak pejuang Tier 1!
"Jangan bilang kalau tim tampan ini menyembunyikan seorang petarung berbakat?" gumam Arash dalam hati.
Tepat saat itu, ruang di depan pemuda itu beriak.
Dalam sekejap, seekor beruang hitam raksasa setinggi tiga meter muncul dari kehampaan.
Bulu hitamnya berkilau, otot-ototnya menggelembung dengan kekuatan. Ia menggeram rendah sebelum mengeluarkan raungan yang menggema di seluruh arena.
Aura puncak pejuang Tier satu terpancar dari makhluk itu.
Ning, yang sedari tadi mengamati dengan ekspresi dingin, akhirnya berbicara. "Bakat Penjinak Binatang…"
Tatapan Apit dan Eza berubah serius, saling bertukar pandang dengan ketegangan yang nyata.
"Seorang pejinak binatang ?" bisik Apit. "Aku tidak menyangka tim tampan ini punya kartu truf sekuat ini." Lanjutnya.
Di sekitar arena, para penonton mulai berbisik.
"Penjinak Binatang jarang muncul dalam pertarungan seperti ini…" ucap seorang pemuda yang berbadan tegap.
"Beruang hitam itu setidaknya puncak pejuang Tier 1 ! Ini tidak akan mudah bagi tim Matahari dan Bulan!" Lanjutnya.
Di podium, Kapten Zha tetap tenang.
Dia sudah mengetahui bakat setiap peserta, jadi kehadiran pejinak binatang itu bukan kejutan baginya.
Namun, dia punya harapan lebih besar.
Dia ingin melihat bagaimana Arasb akan menghadapi tantangan ini.
Sementara itu, Arash tetap berdiri tegap, menatap beruang hitam di hadapannya.
"Bukannya aku meremehkan lawan, tapi…" Arash mengangkat tombaknya perlahan, napasnya tetap stabil.
"…Aku tidak suka jika ada yang mencoba menakut-nakutiku." Lanjutnya.
Kemudian Tombaknya bergetar halus, memancarkan energi tajam.