"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tujuh
Karina memandang Mario dengan mata tajam. Setelah menunggu beberapa saat, dia kembali berkata. "Aku ingin tahu keseriusan'mu, Mas. Jika kamu ingin kembali padaku, dan ingin memulai lembaran baru, kamu harus bisa membuktikannya padaku."
Mario mengangguk, bersemangat. "Aku siap melakukan apa pun, Karina."
Karina menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kamu menceraikan Zoya di hadapanku. Aku ingin melihat keberanianmu menghadapi wanita itu. Jika memang kamu lebih memilihku darinya!"
Mario terkejut, namun kemudian mengangguk. "Baik, Karina. Aku siap."
Karina tersenyum. "Kita akan pergi ke rumah Zoya bersama. Aku ingin melihat bagaimana kamu menghadapi situasi ini, Mas."
Mario mengambil napas dalam-dalam, mempersiapkan diri. " Jika ini akan membuat kamu yakin dengan keseriusanku, mari kita pergi sekarang juga ke rumah Zoya," ucap Mario.
Karina lalu meminta waktu sebentar untuk dirinya mempersiapkan diri. Dia ingin tampil menarik dihadapan wanita selingkuhan suaminya itu. Setelah yakin penampilannya baik, Karina lalu mengikuti Mario menuju mobil.
Dalam kesunyian mobil, Mario dan Karina duduk berdampingan, terpisah oleh pikiran masing-masing. Perjalanan menuju rumah Zoya terasa seperti perjalanan panjang menuju kebenaran.
Mario memegang setir dengan kuat, mata terfokus pada jalan. Pikirannya terbang ke masa lalu, ke saat-saat bahagia bersama Karina. Dia merasa bersalah atas kekhilafannya dan berharap bisa memperbaiki kesalahannya dengan mengikuti kemauan istrinya tersebut.
Sementara itu, Karina memandang luar jendela, membiarkan pemandangan kota Jakarta mengalir. Dia memikirkan konsekuensi dari keputusan Mario dan apa yang akan terjadi setelah pertemuan dengan Zoya. Dia siap menghadapi apa pun demi keluarga kecilnya.
Kesunyian di dalam mobil hanya dipecahkan oleh suara mesin dan derai angin. Tidak ada kata-kata yang terucap, hanya kesadaran akan keputusan yang harus diambil.
Mobil melaju terus, membawa mereka menuju destinasi yang tidak terduga, namun penuh harapan. Karina berharap apa yang dia lakukan ini bisa membuka mata Zoya, jika bagaimana pun istri sah yang akan menang.
Saat tiba di rumah Zoya, Mario merasa gugup. Dia berjalan menuju pintu utama. Sedangkan Karina bersembunyi di salah satu tiang rumah itu agar sang pemilik tak melihat kehadirannya. Dia ingin tahu bagaimana keseriusan Mario dengan ucapannya.
Mario mengetuk pintu rumah. Setelah beberapa kali melakukan itu, barulah terdengar suara langkah kaki mendakat. Zoya membuka pintu dengan senyum manis.
"Mario, apa kabar?" Zoya bertanya dengan tersenyum manis. "Akhirnya kamu kembali. Apa kamu sudah memikirkan apa yang aku pinta kemarin?" Kembali dia bertanya.
"Ya, aku sudah memikirkan semua. Dan aku sudah memiliki satu jawaban!" seru Mario.
Kembali Zoya tersenyum semringah. Dia yakin sekali jika Mario akan mengikuti apa maunya. Aluna adalah senjata bagi wanita itu untuk menekan Mario. Seperti biasanya pria itu akan mengikuti maunya.
Mario menarik napas dalam-dalam. "Zoya, sebaiknya kita bicara di dalam saja."
"Silakan. Kamu seperti tamu aja. Kalau mau masuk ya silakan aja."
Mario lalu berbalik dan memandang ke arah Karina berdiri. Zoya yang merasa penasaran dengan apa yang diperhatikan pria itu, mengikuti pandangan pria itu. Dia terkejut saat melihat tenyata ada Karina, istri pertama suaminya.
Mario mendekati Karina dan mengajaknya masuk. Menggandeng tangan istrinya itu. Zoya memandangi dengan wajah masam. Mereka duduk bertiga di ruang tamu.
Setelah mereka bertiga duduk, Zoya lalu memandangi wajah Karina dengan penasaran. Dia merasa ada hal penting yang akan disampaikan suaminya, dan itu sepertinya bukanlah hal yang baik.
"Zoya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ucap Mario. Karina yang duduk di samping pria itu menggenggam tangannya erat, seolah memberikan semangat bagi suaminya untuk mengatakan semuanya.
"Katakan saja apa yang ingin kau bicarakan!" seru Zoya dengan ketus.
"Zoya, Karina sudah mengetahui tentang hubungan kita. Dia memaafkan semua kesalahanku ...," ucap Mario.
Zoya tersenyum mendengar ucapan pria itu. Dia berpikir Mario pasti akan mengatakan jika Karina memberikan izin untuk berpoligami.
"Terus apa, Mario?" tanya Zoya dengan senyum sumringah. Sepertinya wanita itu yakin akan mendengar berita baik.
"Aku akan memulai lembaran baru dengan Karina. Untuk itu mulai hari ini aku akan menceraikan'mu, Zoya. Mulai detik ini, kau bukan lagi istriku!" Mario berkata dengan tegas.
Zoya terkejut, wajahnya pucat. "Ap ... apa maksudnya ini? Kamu jangan main-main, Mario!" seru Zoya dengan raut wajah terkejut.
Mario memandangi Karina dengan tatapan penuh cinta dan dengan senyuman. "Aku masih sangat mencintai istriku ini. Aku baru menyadari jika hubungan kita selama ini adalah satu kesalahan. Aku tak mau lagi membagi cintaku dengan wanita lain."
Karina lalu memandangi wajah Zoya. Dia memberikan senyuman, seperti mengejek. Wanita merasa terhina. Dalam hatinya berkata jika dia tak boleh mengalah.
Wajah Zoya tampak memerah menahan amarah. "Kamu tidak bisa menceraikan aku begitu saja! Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"
Karina menatap Zoya dengan senyum sinis. "Zoya, sudah waktunya kamu menerima kenyataan. Mario telah menceraikan kamu. Mario lebih memilih aku, dan kamu harus menerima keputusan ini. Benar'kan, Mas?" tanya Karina dengan makin mempererat pegangan tangannya.
Mario mengangguk tanda setuju dengan ucapan istrinya. Hal itu membuat Zoya makin emosi. Ingin rasanya mendekati Karina dan mencakar wajahnya hingga terluka dan tak bisa tersenyum lagi.
Zoya terkejut, wajahnya merah padam. "Kamu pikir kamu menang, Karina? Kamu pikir kamu bisa merebut Mario dari aku?"
Karina tertawa lembut. "Aku tidak merebutnya, Zoya. Mario memilih aku karena cintanya masih begitu besarnya padaku. Kamu hanya bayang-bayang masa lalu yang tidak lagi diperlukan."
Zoya marah. "Kamu tidak tahu apa yang kamu bicarakan! Apa kamu tau, jika lima tahun belakangan ini telah dibohongi suamimu. Kamu pikir karena apa? Karena Mario begitu mencintai'ku, dan takut kehilanganku. Itulah alasan dia menyembunyikan hubungan kami!
Karina mengangguk. Dia menarik napas dalam. Mencoba menahan amarah Jangan sampai dia terbawa emosi. "Apa kamu yakin semua yang Mas Mario lakukan karena mencintaimu? Bukan karena anakmu saja? Jika dia lebih memilihmu tak akan menyembunyikan hubungan kalian, benarkan, Mas?" tanya Karina.
"Zoya, apa yang Karina katakan itu benar adanya. Aku selama ini bertahan denganmu hanya karena Aluna. Aku sudah sering katakan, jika aku hanya mencintai satu orang saja, yaitu istriku Karina. Aku harap kamu bisa menerima ini. Kita tak ada hubungan apa pun lagi. Aku hanya berkewajiban terhadap Nuna!"
Belum sempat Zoya angkat bicara, Mario telah bicara lagi. "Zoya, aku talak kamu dan aku lepaskan ikatan pernikahan kita. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi!" seru Mario dengan suara lantang, mengulangi ucapan talaknya pada Zoya.
Kamu harus mengatakan kebenaran ini ke Mario , biar bagaimana pun Mario harus tahu kebeneran ini
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya