Enam tahun lalu, Arissa pernah menyelamatkan Damian, dan juga keduanya sudah menikah selama tiga tahun, tapi sedikitpun Damian tidak pernah melirik Arissa.
Meskipun sebenarnya, Arissa sudah bertahun-tahun menyukai Damian, dan jatuh cinta pada pria itu.
Namun, setelah sekian lama, akhirnya Arissa merasa lelah.
Dia lelah terus berharap pada sesuatu yang tidak mungkin bisa dijangkau, meskipun sesuatu itu tepat di depannya.
bagaimana kelanjutan kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 5
Damian memicingkan matanya, melihat Arissa dengan seksama.
"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?"
Damian merasa jika dia pernah bertemu dan melihat Arissa sebelumnya.
Saat mendengar ini, kelopak mata Arissa langsung berkedut.
"Iya, kita memang pernah bertemu sebelumnya, bukankah baru saja tadi kita bertemu di dalam." Jawab Alika cepat, takut jika dia ketahuan. Dan, hal itu akan semakin membuat Damian murka.
Jika ada beberapa orang yang paling di benci oleh Damian, dia pasti berada di urutan pertama.
Arissa tidak akan membiarkan Damian tahu jika dia adalah istri yang ingin di ceraikan, atau mungkin saat ini statusnya sudah menjadi mantan istri.
Arissa tidak tahu, saat ini posisinya sebagai apa, karena, dia tidak pernah mendapatkan konfirmasi setelah dia menyerahkan surat cerai yang dia titipkan pada Remi untuk di serahkan pada Damian.
Arissa tidak akan membiarkan Damian sampai tahu dia adalah istri, atau mantan istri yang paling di benci pria itu.
"Oh ya? Sebaiknya kamu jangan membohongiku, karena kalau tidak..." Damian menjedah ucapannya.
"Aku tidak membohongi anda pak direktur Damian. Kita memang pernah bertemu tapi di dalam tadi." Ujar Arissa.
Damian tersenyum dingin penuh makna saat mendengar apa yang Arissa katakan.
"Awalnya, aku hanya ingin memanfaatkan mu untuk menjatuhkan harga diri Brian saat di dalam tadi. Tapi, melihatmu sekarang. Aku seketika jadi tertarik padamu. Dan, karena ini semakin menarik, aku ingin melihatnya sampai akhirnya aku jenuh." Ujar Damian tanpa peduli jika ucapannya itu membuat Arissa geram dan muak.
Arissa membuang wajah malas menatap wajah Damian.
Damian sadar, jika wanita mungil di depannya ini benar-benar meremehkan dirinya.
Damian semakin tertarik. Arissa berbeda dari wanita-wanita yang pernah di temuinya.
Karena, jika itu wanita lain, mereka pasti tanpa di minta akan menyodorkan diri mereka padanya.
Wah... Menarik sekali, dia tidak percaya kalau dia tidak bisa menaklukan satu wanita ini.
Arissa tak percaya dengan apa yang di dengarnya, dia sungguh kehabisan kata-kata, dulu dia sudah menggunakan segala cara untuk menaklukan Damian. Tapi semua itu tidak membuahkan hasil.
sekarang malah Damian sendiri tanpa diduga tertarik padanya, sungguh sebuah lelucon besar. Walaupun, Arissa yakin jika itu hanya rasa penasaran saja.
"Lepaskan..." Arissa tiba-tiba dengan jengkel mengangkat kakinya menuju ke selangkangan Damian.
Damian pun reflek mundur selangkah, menghindar, dan melepaskan tangan Arissa.
Setelah ada celah, Arissa langsung melarikan diri darinya.
Damian hanya membiarkan dan menatapnya dengan senyum licik.
Setelah merasa aman dari Damian, Arissa berhenti untuk menarik nafasnya.
Memperbaiki penampilannya. Dia tidak ingin terlihat acak-acakan saat nanti masuk ke ruang pesta.
Arissa tersenyum getir memikirkan perlakuan Damian padanya tadi.
Selama tiga tahun menikah, semua yang dia lewati persis seperti sebuah lelucon. Arissa tertawa getir, menahan tangis mengingat semuanya.
Brian sedang mencari Arissa, dan setelah melihatnya, Brian langsung berjalan menghampirinya.
"Kenapa? Wajahmu pucat sekali? Apa terjadi sesuatu padamu?" Brian melayangkan beberapa pertanyaan, dia merasa khawatir saat melihat Arissa.
"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit tidak enak badan saja." Jawab Arissa berbohong.
Dia tidak mungkin menceritakan apa yang baru saja terjadi padanya.
Dan dia juga tidak ingin siapapun tahu tentang dia dan Damian.
Arissa ingin mengubur masa-lalunya itu.
Lagipula, Damian tidak mengenalinya, jadi dia juga harus bersikap seperti orang bodoh, dan menganggap jika mereka memang tidak pernah bertemu, dan mereka tidak pernah menjadi sepasang suami istri.
Arissa juga tidak ingin lagi berhubungan dan memiliki hubungan dengan pria arogan dan kejam itu.
"Tidak enak badan, ya sudah kita pulang saja, aku akan mengantar." Ucap Damian dengan penuh perhatian.
Arissa menganggukkan kepala, dia juga sudah tidak ingin berlama-lama di tempat itu, dia takut jika akan bertemu Damian lagi.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Brian menerima telepon.
"Arissa maaf, aku harus kembali ke kantor. Bisakah ke kantor dulu ingin mengantarku lalu aku akan meminta supir untuk mengantarmu pulang?" Brian merasa tidak enak hati, tapi karena itu sangat mendadak dia terpaksa harus kembali ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang mendesak.
"Iya tidak apa-apa pak direktur. Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya Arissa.
"Sebenarnya banyak yang bisa kamu bantu, tapi bukankah kamu sedang tidak enak badan?"
"Sekarang saya sudah tidak apa-apa pak direktur. Saya sudah merasa lebih baik. Saya bisa menemani anda lembur malam ini." Ucap Arissa, yang memang sebenarnya sedari tadi dia memang baik-baik saja.
Brian tersenyum senang, dia memang menginginkan hal itu, tapi dia tidak enak hati memintanya karena tadi Arissa mengatakan jika sedang tidak enak badan.
Sampai di lantai bawah kantor, Brian membantu membukakan pintu mobil untuk Arissa.
"Terima kasih." Ucap Brian.
"Untuk apa pak direktur mengucapkan terima?" Tanya Arissa.
"Karena kamu sudah mau menemaniku lembur malam ini." Kata Brian.
"Daripada ucapan terima kasih, aku lebih suka jika kamu memberimu bonus, itu akan jauh lebih membuatku senang." Kata Arissa bercanda.
"Tidak masalah." Sahut Brian lalu keduanya tertawa bersama.
Keduanya masuk ruangan kerja Brian, setelahnya Brian pun segera mengeluarkan dokumen penawaran dan berencana untuk melakukan beberapa perbaikan pada dokumen-dokumen kerjanya.
Setelah hampir dua jam berkutat dengan dokumen-dokumen di meja, Brian menghela nafas berat.
"Aku masih merasa tidak tenang." Ujarnya dengan suara pelan.
"Apakah karena di pesta tadi bertemu dengan orang itu?" Tanya Arissa.
Arissa merasa penasaran, ada apa antara Damian dan Brian. Apakah keduanya hanya murni tak saling suka karena rival bisnis? Atau ada hal lainnya?
"Iya, benar aku memang sedang memikirkannya. Damian Liu, dia seperti raja di dunia bisnis, pemilik perusaan yang sangat besar namanya di industri ini."
Sambil mendengar cerita Brian, Arissa menuangkan secangkir kopi untuk Brian.
"Minum dulu untuk menghangatkan perutmu." Arissa menyodorkan cangkir kopi itu pada Brian.
"Terima kasih." Ucap Brian yang di balas senyum oleh Arissa.
"Apakah direktur Damian sehebat itu?" Tanya Arissa.
"Iya, dia hebat. Bahkan jauh di atas kata hebat. Dia seseorang yang memiliki banyak cara dalam bersaing, di umur 20 tahun dia sudah menjabat sebagai direktur di perusahaan Miracle Group. Dan, hanya dalam waktu 5 tahun, dia sudah membuat perusahaannya menjadi perusahaan terkuat nomor satu di asia, harga pasaran perusahaannya naik beberapa kali lipat, dia adalah seorang pebisnis yang handal, hampir tidak ada orang yang bisa melawannya, perusahaan kita sebelumnya pernah bersaing dengannya, tapi akhirnya kami hanya menerima kegagalan." Saat membahas Damian, nada suara Brian terdengar kagum pada Damian.
...****************...
Selamat membaca untuk kalian. Jangan lupa support author dengan like, komen dan vote ya. Terima kasih semuanya.
kapan Damain tahu
tentang istrinya
sekalian aja thor nanti klo mau end di kasih tau nya