NovelToon NovelToon
BECOME A MAFIA QUEEN

BECOME A MAFIA QUEEN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Roman-Angst Mafia / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nuah

Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.

Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.

Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.

Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Bayangan yang Mengintai

Malam itu langit begitu gelap, hujan turun dengan derasnya, seakan mengiringi awal dari sebuah peristiwa yang akan mengubah segalanya.

Di dalam rumah besar mereka, suasana begitu tegang.

Alessia yang sudah hamil tua, tiba-tiba merasakan kontraksi hebat.

Dan saat itu juga, Ziad hampir kehilangan akal sehatnya.

“Dokter! Mana dokter?!!”

Ziad bergegas mengangkat Alessia ke dalam pelukannya, wajahnya pucat dan penuh ketegangan.

Padahal, para dokter yang sudah siaga sejak berminggu-minggu lalu sudah bersiap, namun Ziad tetap panik seakan semua baru terjadi tiba-tiba.

“Bos, tolong tenang. Kami sudah mempersiapkan semuanya.”

“Tenang?! Istriku mau melahirkan dan kalian menyuruhku tenang?!!”

Kael, yang melihat ayahnya seperti itu, hanya bisa menepuk dahinya.

“Astaga, Ayah. Kau lebih panik daripada Ibu sendiri.”

Alessia, yang sedang kesakitan, masih sempat melotot ke arah suaminya yang terlalu dramatis.

“Ziad, kalau kau tidak berhenti berteriak, aku yang akan membunuhmu lebih dulu!”

Mendengar itu, Ziad langsung bungkam.

Namun, wajahnya tetap penuh kekhawatiran.

Saat Alessia dibawa ke ruang persalinan, Kael tetap berada di luar, berdoa dalam diam.

Sementara itu, Ziad menolak keluar.

Ia memegang erat tangan Alessia, wajahnya berkeringat seakan ia yang sedang merasakan sakitnya melahirkan.

“Sayang, aku di sini. Kau pasti bisa.”

Alessia menggertakkan giginya, merasakan sakit yang luar biasa.

Setelah bertahun-tahun menjadi seorang ratu mafia, ini adalah pertempuran yang paling melelahkan baginya.

Tapi ia tidak sendiri.

Ziad ada di sisinya, menggenggam tangannya, memberinya kekuatan.

Dokter memberikan aba-aba, dan akhirnya, tangisan pertama bayi mereka memenuhi ruangan.

Ziad, yang sepanjang proses itu begitu panik, mendadak terdiam.

Matanya tertuju pada bayi mungil yang kini berada di pelukan Alessia.

Alessia sendiri, meski tubuhnya lelah dan penuh keringat, meneteskan air mata bahagia.

Dan Kael, yang akhirnya diizinkan masuk, menatap adiknya dengan penuh ketakjuban.

“Dia… sangat kecil.”

Bayi mungil itu diberi nama Alice Moretti.

Ia memiliki kulit putih bersih seperti ibunya, dan mata tajam yang mirip ayahnya.

Saat Alice membuka matanya untuk pertama kali, Ziad merasa dunia berhenti berputar.

Bayi kecil ini adalah anugerah yang paling ia nantikan.

Dan sekarang, ia bersumpah dalam hati, bahwa tidak akan ada satu pun bahaya yang boleh menyentuhnya.

Alessia menatap ekspresi suaminya dan tertawa kecil.

Ia tahu Ziad pasti akan menjadi ayah yang sangat posesif.

Dan benar saja.

Hari demi hari berlalu, sifat posesif Ziad mulai terlihat.

Setiap orang yang ingin mendekati Alice harus melewati dua lapisan keamanan:

Ziad, sang ayah yang overprotektif.

Kael, sang kakak yang tidak kalah menyeramkan.

Ketika salah satu anak buah mereka mencoba melihat bayi itu, reaksi Ziad sangat berlebihan.

“Jangan terlalu dekat! Napasmu terlalu kencang, nanti dia masuk angin!”

Kael, yang mendengar itu, ikut menimpali.

“Jangan pegang tangan adikku, dia masih terlalu kecil untuk disentuh sembarangan!”

Bahkan, Alessia sampai geleng-geleng kepala.

“Kalian ini keterlaluan! Alice butuh bersosialisasi juga!”

Tapi tentu saja, protes Alessia tidak ada gunanya.

Ziad dan Kael seolah sudah membentuk aliansi tak terbantahkan untuk melindungi Alice dari siapapun.

Meskipun hidup mereka dulu penuh dengan pertarungan dan dendam, kehadiran Alice membuat segalanya lebih hangat.

Alessia, yang dulunya dikenal sebagai Ratu Mafia yang kejam, kini lebih banyak tersenyum.

Ziad, yang dulunya mata-mata yang licin dan dingin, kini hanya fokus pada keluarganya.

Dan Kael, yang dulunya bertekad menjadi penerus Alessia, kini lebih fokus menjalani kehidupan sebagai kakak yang baik.

Hari-hari mereka berjalan dengan tawa dan kebahagiaan.

Namun satu hal yang pasti, Alice adalah pusat dari semuanya.

Dan tidak ada satu pun yang boleh menyakitinya.

Karena jika ada yang berani, mereka harus berhadapan dengan tiga pelindung paling berbahaya di dunia: Ziad, Kael, dan Alessia.

.

.

Empat tahun berlalu sejak hari itu.

Alice tumbuh menjadi gadis muda yang cerdas dan kuat di bawah bimbingan Alessia dan Ziad. Meskipun mereka berdua memiliki latar belakang yang rumit, Alice tak pernah kekurangan kasih sayang dan perlindungan. Alessia membesarkannya dengan tangan besi, mengajarkan cara bertahan di dunia yang penuh kebohongan, sementara Ziad, dengan caranya sendiri, memberikan kelembutan yang Alice butuhkan agar tidak terjerumus ke dalam kegelapan yang sama seperti ibunya.

Kael, di sisi lain, harus pergi ke luar negeri untuk bersekolah. Meski jauh, dia tetap memantau keluarganya dengan caranya sendiri. Setiap informasi yang bisa didapatkannya tentang pergerakan dunia bawah, ia simpan rapat-rapat. Ia sadar, ibunya tak akan pernah benar-benar aman, dan suatu hari, pasti akan ada yang mencoba menjatuhkannya.

Di balik ketenangan semu yang mereka nikmati, sebuah ancaman perlahan tumbuh di balik bayangan.

Di sebuah tempat yang jauh dari jangkauan Alessia, sebuah ruangan gelap diterangi oleh cahaya redup dari layar komputer yang berderet di sepanjang dinding. Sekelompok orang duduk menghadap layar, memantau pergerakan Alessia dan orang-orang di sekelilingnya.

"Sudah empat tahun sejak kita kehilangan segalanya," suara seorang pria bergema di dalam ruangan. "Empat tahun sejak dia menghancurkan kita. Sudah saatnya kita membalas."

Seorang wanita bersandar di kursinya, menyilangkan kaki dengan santai. "Aku setuju. Tapi menyerang langsung hanya akan membuat kita berakhir seperti Russo. Kita perlu sesuatu yang lebih... menyakitkan."

Tatapan mereka serempak tertuju pada satu layar yang menampilkan seorang gadis muda berambut panjang dengan senyum manis—Alice.

"Apa menurutmu Alessia akan tetap kuat jika anak angkatnya yang menjadi taruhan?" pria itu bertanya.

Senyum sadis muncul di wajah wanita itu. "Kita akan buat dia bertekuk lutut. Kita akan buat dia merasakan apa yang kita rasakan saat dia membantai keluarga kita."

Alessia menatap Alice yang tengah berlatih bela diri di bawah bimbingan Ziad. Gadis itu memang masih muda, tapi ketangkasannya semakin meningkat setiap harinya. Dalam dirinya mengalir darah pejuang—darah seorang petarung yang tak akan mudah ditundukkan.

Namun, Alessia tetap merasa ada yang mengganggu pikirannya. Ia tak tahu apa, tapi firasatnya mengatakan sesuatu akan terjadi.

"Alessia," suara Ziad membuyarkan lamunannya.

"Hm?"

"Ada yang mengawasimu," ucapnya pelan, nyaris berbisik.

Mata Alessia menyipit. "Sejak kapan?"

"Beberapa hari terakhir. Aku belum bisa melacak siapa mereka, tapi mereka sangat hati-hati."

Alessia mendengus pelan. "Sepertinya kita sudah terlalu lama hidup tenang. Ada yang ingin mengusik kita lagi."

Ziad mengangguk. "Dan aku yakin mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkan yang mereka inginkan."

Alessia menoleh ke arah Alice yang masih sibuk berlatih. Hatinya mencengkeram erat ketakutan yang berusaha ia abaikan. Apapun yang terjadi, ia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh gadis itu.

Di tempat lain, kelompok yang mengincar Alice semakin matang dalam menyusun rencana. Mereka bukan sekadar mafia biasa, mereka adalah sisa-sisa kekuatan yang pernah bersekutu dengan keluarga Russo sebelum Alessia menghancurkannya. Mereka beroperasi dalam bayangan, menghindari sorotan Alessia selama bertahun-tahun. Kini, saat yang mereka tunggu telah tiba.

"Besok, kita mulai pergerakan pertama," perintah sang pemimpin. "Pastikan Alice terpisah dari Alessia."

Mereka telah mempelajari kebiasaan Alice. Mereka tahu ke mana dia pergi, siapa saja yang ada di sekelilingnya, dan kapan saat paling tepat untuk menculiknya tanpa meninggalkan jejak.

Mereka ingin membuat Alessia menderita.

Dan mereka tahu, menghancurkan orang yang dicintainya adalah cara terbaik untuk melakukannya.

Bersambung...

1
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🥰🤣🥰🤣🥰🤣
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
MissHalu🐌🐢
aah Mak ikut bahagia untuk keluarga Alessia /Heart/
MissHalu🐌🐢
Leonard Ter Alice Alice
MissHalu🐌🐢
kenapa harus bingung neng, itu tandanya kamu nyaman sama dia.. dan benih-benih cintrong sudah tumbuh di hatimu
MissHalu🐌🐢
tanggung jawab loh, Mak kepincut sam Leonard /Joyful//Hammer/
MissHalu🐌🐢
kata-kata keramat, menarik/Curse/
MissHalu🐌🐢
kalo gitu mana bisa lari/Facepalm/
MissHalu🐌🐢
totuitt🤧🥰
MissHalu🐌🐢
aku harus menyelesaikan nya sendiri, ci ilehh neng... bibi ku itu mau duit bibimu mau memeras mu,kamu tuh harusnya tau ketika kael bilang dia mencintai mu maka setiap urusan mu akan selalu kael pantau
Shai'er
wuah😱😱😱😱😱
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
semangat ayah Ziad/Determined//Determined//Determined//Determined//Determined/
Shai'er
😱😱😱😱😱😱😱😱😱
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
shak shek shok
MissHalu🐌🐢
bos manis-manisan anak buah ngos-ngosan /Facepalm//Curse//Curse/
Shai'er
daebak 🥳🥳🥳🥳🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!