NovelToon NovelToon
Kekasih Masa Kecil

Kekasih Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Poligami / Balas Dendam / Selingkuh / Harem / Romansa
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Rainer Prayogo, Seorang anak dari Petinggi di Institusi Kepolisian..
Rainer tak menyangka, wanita yang di cintainya, Bellona Carla, yang telah merajut kasih dengan nya selama 3 tahun pada akhirnya mengkhianati Rainer...

Namun Peristiwa itu mengingatnya pada 15 tahun silam, seorang gadis kecil yang bernama Renata Dwi Anggita
Mereka membuat janji ikatan cinta untuk kembali bertemu 15 tahun kemudian..

Akan kah mereka memenuhi janji tersebut?
Yok, ikuti kisah nya...😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

POV Rainer

POV Rainer

“Aaaarrrggghhh… Brengseeekkk.. kenapa ini harus terjadi. apa kurangnya aku sih An?”

Sudah puluhan kali aku mengeluh sambil berteriak di mobil ini. Untung saja pikiran sehatku masih melekat di otak ini. Sudah berminggu minggu ini aku selalu mendengar apapun yang negatif dari Lona. Tetapi dengan masih rasa percaya, aku menepis akan hal itu. Bahkan pernah satu kali, salah seorang temanku memberitahukan kalau Lona membawa teman lelakinya masuk ke kamar kostannya dan hampir saja temanku itu menjadi pelampiasanku. Untung saja dia meminta maaf akan omongannya itu.

Dengan berbekal beladiri yang aku kuasai, aku memang disegani di kota ini. Bahkan dengan garis keturunan papah yang juga dikenal para preman kota ini, menambah aku makin dikenal oleh beberapa preman kota ini. Dan semua itu bisa saja aku lampiaskan tadi ke Lona dan Yongki. Bahkan bisa saja aku menghabisi mereka tanpa mengotori tanganku sendiri.

Namun, kembali aku teringat kata kata ayah yang menepis semua prilaku yang keji itu.

“Ner, kita boleh berangasan, tapi satu pesan ayah jangan pernah kamu memukuli pasangan mu, meskipun terbukti bersalah. Redam emosi mu berkaca lah mungkin itu akibat kamu belum menjadi pemimpin baginya. Jadikan itu pelajaran untuk kita sebagai lelaki yang akan menjadi pemimpin yang baik bagi pasanganmu dikemudian hari.”

Namun, semua ini terlalu menyakitkan bagiku. Selama ini aku berusaha untuk tidak merusaknya agar di kemudian hari, aku bisa menikmati kesabaranku. Tapi kini, apa yang aku dapatkan. Malah sebuah pengkhianatan janji sampah yang pernah terucap. Aku juga tak menyangka dengan apa yang diperbuat oleh Lona. Aku tak mengira seorang Lona bisa melakukan hal yang menjijikkan itu. Sampai sampai bayangan pertemuan pertama kami teringat lagi bagiku. Mungkin hal ini dikarenakan rasa sayang yang total yang selama ini aku rasa.

...----------------...

“Hayyyoooo…. Lelet banget sih…. Kalian ini udah jadi mahasiswa yaaa. Bukan siswa SMA lagi…”

“Emang dulu di sekolah kalian gak pernah diajarin baris berbaris ya?”

“Heeeiiii.. lo gak bisa buat barisan yang lurus ya? apa otak lo berbelok seperti barisan lo itu?”

Teriakan Guntur dan Bima menggelegar disaat hari pertama OSPEK di Fakultasku. Ya, aku bersama Guntur dan Bima masuk dalam kepanitian OSPEK. Apalagi dengan dikenalnya kami dengan mahasiswa yang ditakuti, baik itu bagi teman seangkatan maupun beberapa senior, kami langsung mendapatkan kartu identitas panitia tanpa seleksi seperti panitia lain. Dan langsung, kami ditempatkan di bidang yang sesuai dengan karakter kami, yaitu Komisi Disiplin.

Biasa disingkat dengan KOMDIS, bidang ini memang ditakutkan bagi mahasiswa baru. Terbukti dengan dua sahabatku itu telah terkenal akan killernya bagi mahasiswa baru. Aku yang mengoordinir mereka hanya melihat dari jauh kelancaran acara sesuai dengan yang telah direncanakan.

“Naaahhh.. ni anak. Teman lo udah berbaris semua, lo masih aja jalan dengan santainya. Cepat dikit…”

“Maaf kak. Kaki saya keseleo.”

“Pada alasan lagiii.. gak mau tau, hayo cepat. Lariiiiii…”

Terikan Bima dari belakang barisan mahasiswa terdengar sampai ke telingaku. Aku pun penasaran dengan apa yang menyebabkan sahabatku tersebut berteriak seperti orang yang marah. Sampai akhirnya, aku melihat Bima sedang memarahi seorang mahasiswi cantik yang masih berpakaian SMA. Aku mengernyitkan keningku disaat melihat gadis tersebut terpincang pincang mencoba untuk berlari sampai akhirnya, ia sendiri berhenti.

“Woooiii.. kenapa berenti lo neng?”

“Uhhh.. sakit kaaakkk…”

“Lo berani bantah perintah senior lo ha? Masuk barisan eksekusi. Biar gue hukum lo.”

“Hiikkksss.. jangan kak. Kaki saya beneran sakit.”

“Alasan aja lo. Emang gue percaya sama acting lo ha?”

“Ampun kak. Bukannya aku melawan atau acting, tapi memang kakiku sakit. Dan susah untuk berlari kak.”

“AAhhhh.. banyak alasan lo.. ayo sini gue bantu lo biar cepat sampai di barisan eksekusi.”

Terlihat Bima menarik paksa tangan gadis tersebut tanpa memperdulikan alasan gadis tersebut. Terlihat gadis tersebut menitikkan air mata akibat ketakutan dengan bentakan dari seniornya tersebut. Aku yang memang tidak bisa melihat adanya air mata dari wanita tersebut langsung memberhentikan tarikan paksaan Bima ke gadis cantik tersebut.

“Udah Bim. Biar gue yang urus. Lo bantu aja tuh Guntur. Udah kek tukang ngangon bebek dia. Tampak kali keteterannya.”

“Oke Ner. Tapi hati hati sama ni cewek. Jangan sampai ketipu lo. Baru hari pertama udah mau nipu senior.”

“Udaahhh.. lo percayain aja ke gue.”

Dengan menepuk bahunya dengan pelan, aku memastikan ke Bima untuk melepaskan gadis tersebut. Bukannya aku tertarik dengan gadis ini, tapi memang aku gak bisa melihat air mata yang keluar dari mata wanita. Siapapun wanita itu. termasuk gadis ini yang akhirnya sedikit berhenti terisak saat tangan Bima sudah lepas di tangannya. Tampak, ada sedikir bekas paksaan tangan Bima di tangannya yang putih tersebut. Dan saat aku melihatnya, ia langsung menutupi bekas tersebut dari pandanganku.

“Beneran sakit?”

“Hiikkksss.. iya kak.”

“Ya udah.. aku bantu kamu ke tenpat medis ya.”

Aku langsung membantunya berjalan menuju pojokan lapangan ini. Disana terdapat tempat medis yang memang terletak persis di bawah pohon yang rindang. Dengan memegang kedua lengannya, aku bisa merasakan halusnya kulit gadis ini.

“Haduuuh.. tim medis pada kemana ya.?” aku yang heran dengan keberadaan tim medis yang belum ada ditempat. Mungkin ini terlalu pagi buat mereka datang. Soalnya dalam 1 jam ke depan, kami para KOMDIS lah yang banyak berperan.

“Udaaahh.. kamu selonjoran dulu gih.”

Gadis itu menuruti perkataanku untuk duduk di bangku yang memang tersedia di bawah pohon tersebut. Aku berinisiatif untuk memberikan pertolongan pertama baginya. Akupun membuka sepatunya, walau dia merasa keberatan aku yang membukakan sepatunya tersebut. Sampai akhirnya ia mengikut saja apa yang aku kerjakan di kakinya tersebut. Aku yang seperti orang bersimpuh tersebut mulai memegang kaki kirinya yang memang ia sebut tadi.

“Yang ini sakitnya?”

Pertanyaanku hanya dijawab anggukan oleh gadis ini. Gadis yang aku ketahui bernama Bellona Carla dari name tag nya. Aku tahu dimana pusat sakitnya tersebut dari caranya berjalan dan sesekali ia memegang pergelangan kaki kirinya tersebut. Aku mencoba mengurut sebisaku untuk mengurangi rasa sakit yang diderita gadis cantik tersebut.

“Maaf kak. Saya ngerepotin kakak.”

“Gak kok. Aku coba urut dulu ya.. kalau bisa ditahan ya. memang sedikit sakit sih.”

“Aaawwww… sakit kaaaakkk…”

Baru saja aku mengingatkan dia, langsung saja aku mendengar teriakan kesakitannya. Bahkan ia sempat menutup matanya karena mungkin kesakitan yang berlebih. Apalagi tanpa sadar, ia mengangkangkan kakinya di depanku. Sebagai pria normal, mataku langsung menuju ke roknya yang tersingkap tersebut. CD hitam yang dipakainya langsung terlihat dengan tambahan paha putih dan mulus membuatku sedikit bergeming.

“Duch.. Gilaaa.. mulusnyaa.. mimpi apa aku semalam.”

Dalam benakku masih berkeliaran fantasi yang memang selalu aku tahan selama ini. Karena, dalam prinsip hidupku memang tidak mau menyakiti perempuan. Dan memang akal sehatku kembali dan memalingkan pandanganku dari pahanya tersebut. Dan kini pandanganku naik ke wajahnya yang masih menahan sakit tersebut.

“Udaaahhh.. ntar bakalan gak sakit lagi kok.”

“Hiiikkksss….”

“Jangan nangis dong. ntar dipikir aku ngapa ngapain kamu.”

“Sakit kaaakkk..”

Dengan menghentakkan kaki kanannya, gadis tersebut masih mengeram kesakitan saat aku menguruti pergelangan kakinya tersebut. Memang aku dikenal pandai dalam memberi pertolongan pertama dalam hal keseleo bagi teman temanku. Bahkan aku menjadi andalan medis bagi mereka saat futsal.

“Daaahh beresss.. coba kamu berdiri…”

Gadis tersebut membuka matanya dan mencoba untuk berdiri walau menopang beratkan ke kaki kanannya. Dengan mengoyang goyangkan pergelangan kakinya yang sakit tadi, ia tersenyum sambil menghapus buliran air mata yang masih menempel di pipinya tersebut.

“Udah gak sakit lagi kak. Ngilu ngilu aja.”

“Ya udah.. masih kuat untuk kembali ke barisan?”

“Makasih ya kak. Tapiiiii…”

“Jika kamu dimarahi kakak yang tadi lagi, bilang aja udah aku hukum.”

“Makasih lagi ya kak. Namaku Lona, Bellona Carla.”

“Udah tahu kok. Kan ada di name tag kamu.”

“Hehehehe…”

TIIIIIINNNNNN….

Aku tersentak dari lamunanku saat kulihat ada sebuah motor yang di atasnya ada dua orang lelaki sambil menggedor pintu mobilku yang masih berjalan. Antara setengah sadar, aku mendengar kalau pengendara motor itu menyuruhku untuk berhenti. Dan, akhirnya aku berhenti. Aku gak mau kalau mobilku rusak atau memang ada hal lain yang membuat aku dalam masalah besar. Masalah dengan Lona saja sudah membuatku panik

1
Si Penjahat
jalan cerita membagongkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!