"Heh, bocil? Nanti setelah ini aku minta di traktir ya." Goda adrian.
"Adrian!? Mulai deh kamu?." Ketus shely.
"Nggak mau!?, om adrian banyak makannya." Tebak aqilla membuat semua orang di sana tertawa.
"Ye? Mana ada aku makan banyak!? Lagian yang kamu pesankan, semua makanan nya hanya seumil. Gimana nggak makan banyak,." Jawabnya asal.
"Iss maruk, om adrian nya." Ujar aqilla namun tangan adrian mulai usil. Ia pun mulai menarik pelan hijab aqilla.
"Bundaaaaa!?." Teriak aqilla yang taj terima, jika hijab nya ditarik.
"Aduh sayang ampuuunn!!!!?." Pekik adrian yang merasakan nyeri di pinggang, akibat cubitan ulfa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sherly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar dari nomor tak dikenal seri 2
Kini aldi pun pergi dengan hati yang menyesal.
"Mas! Jangan bilang kamu sedang memikirkan anak itu! Ayo jawab!?." tanya una yang seakan tau apa yang suaminya pikirkan.
Namun sebisa mungkin aldi tak menjawabnya, ia sudah mulai jengah dengan keadaan ini semua, selalu dikekang oleh istrinya.
"Mas! Kalau kamu tak menjawab berati iya, kamu ingin balikan lagi kan sama mantan istrimu itu?." ujarnya.
Aldi menghempaskan tangannya dengan secepat kilat, ia kini berhadapan dengan istrinya yang saat ini tersulut emosi.
"Ingat ya un, ini semua gara-gara kamu! Kamu yang membuat semuanya hancur, dan jika kamu nggak menghambur- hamburkan uang, pasti keadaan kita nggak kaya gini? Dan kamu selalu bisanya meminta uang-uang! Dan uang!?, kau nggak pikirin apa masa depan kita, menyesal aku meninggalkan shelly dan memilih menikah dengan mu?." ucapnya dengan lantang dan masuk kedalam rumah.
Brakk.
Brakk.
Brakk.
Aldi pun tak segan menendang pintu juga lemarinya, membuat una tersentak kaget, ia baru tau jika suaminya marah akan membuat nya tercengang.
"Dasar gila!." umpatnya dan ikut masuk kedalam rumah nya.
***
Ditempat lain kini shely pun sedang pergi kemal, namun sebelum kemall shely sempat menghubungi seseorang.
"Hallo sayang aku sama aqill sedang di mall nih sama ibu, kamu kesini ya aku tunggu ditempat makan biasa, ada yang harus aku bicarakan." ucapnya.
"Oke baik, jam makan siang aku akan menyusul mu kesana, kamu jaga diri baik-baik ya sebelum aku kesana!?." jawab dari seberang telepon.
"Oke, sayang." jawab shely lalu menutup teleponnya.
Kini ia pun menemani aqilla ke tempat permainan mandi bola, ditemani dengan oma ilma.
"Buk?." panggil shely.
"Iya kenapa shel?." tanyanya yang menghampiri shely, kedalam permainan mandi bola.
"Ibu tolong temenin aqilla ya, aku mau kesana nemuin seseorang." ucapnya yang keluar dari tempat permainan.
"Oh, oke, biar ibu temenin aqil." ucapnya dan shely pun beranjak pergi, dan tak lupa mengucapkan terimakasih.
Kini shely pun pergi kekedai kopi, dan memesan beberapa cemilan tak lupa dengan kentang goreng, setelah itu shely memilih tempat duduk yang paling ujung.
.
.
Ditempat lain aldi yang sedang keluar mencari hiburan di mal, karna setelah bertengkar hebat dengan istrinya membuat kepalanya sedikit pusing, hingga memilih pergi ke mall, hanya untuk sekedar nongkrong dan pergi ngopi, dan matanya tak sengaja melihat mirip dengan seseorang.
'Shelly? Apakah itu kamu.' batinnya. Hingga kini aldi pun mendekat.
"Shely!?." panggilnya, hingga shely pun menoleh ia pun terkejut akan kehadiran mantan suaminya.
"Ka-kamu?." ucapnya tergagap.
"Iya ini aku, shely tolong maafkan aku." kata aldi ia pun tertunduk sujud didepan shely, hingga wanita dihadapannya pun sontak melongo, refleks menendang aldi hingga membuat hatinya semakin memanas, namun aldi tak mau melepaskan kaki shely.
"Aldi! Aku tidak akan segan-segan berteriak, jika kamu masih begini bangun!?." ucapnya sedikit berteriak, membuat semua pengunjung kedaibpun, menoleh kesumber suara tersebut.
Disaat aldi memegang tangan shely, di sudut ruangan terlihat seorang pria berdiri, ia menatap shely tak mengerti namun pria itu lantas pergi, tanpa menghirau kan kedua orang yang sedang terlihat romantis.
Dan shely yang tak tau itu pun, ia menarik paksa kerah baju aldi, dan menatapnya dengan tatapan tak suka.
"Shely aku mohon maafkan kesalahanku dulu, aku hanya ingin menanyakan anak kita?." tannya nya, membuat shely tersenyum masam.
"Anak?, anak kamu bilang! Kemana aja kamu! Sehingga sekarang baru mengakui nya anak!?." ucap shelly ketus namun mampu membungkam mulut aldi.
"She_ "
"Ingat ya al, kamu nggak akan bisa bertemu anak kamu selamanya, dia udah bahagia al, sejak bapak nya tak mau mengakui nya anak, tak ada nanyain apa kabarku disaat aku mengandung anak kamu!?, kamu egois al semua ingin kamu miliki tapi dengan cara mu yang kotor!?, dan aku mulai jijik sama kamu!?." potong shely cepat dengan berapi api.
"Shely aku mohon, iya aku mengaku salah, tapi tolong jangan kamu pisahkan aku denganny, dan aqilla itu anak aku kan shel, iya kan." ucapnya penuh yakin.
"Hah? Kamu bilang apa?." tanyanya dan ia pun tertawa namun berhenti lagi, dan menatap tajam aldi.
"Aku peringatkan sama kamu ya al! Aqilla itu bukan anak kamu!? Anak kamu itu udah meninggal!?."
Plaaak.
"Jaga bicara kamu ya shel." ucap aldi penuh emosi, membuat shely semakin tersenyum kecut.
"Hemm, kamu nampar aku al, ingat al sampai kapanpun aku tidak akan pernah balik sama kamu, dan ingat ya anak kita sudah meninggal! Jika kamu tidak percaya datang kerumah, bicara sama ibu dan ayah, mereka yang tau seberapa beratnya kehidupan yang aku jalani, selama aku pasca oprasi, dan aku harap itu bisa membuat mu yakin!?." jawabnya berlalu pergi meninggalkan aldi yang mematung, namun langkah itu terhenti, sehingga keluarlah kata.
"Ingat ya al, aqilla bukan anak kamu, dia anak dari suamiku yang sekarang, juga usia nya berbeda setahun dari anak kita paham!?." sambungnya lagi lalu shely pun benar-benar pergi, meninggalkan aldi yang terjatuh kelantai, hingga menjadi totonan para pengunjung caffe.
Disatu sisi disana terdapat aziz yang sedang menuju ke mobilnya, dengan gegas ia mengetikkan chat buat shely.
'Sayang maafkan aku, belum bisa menemuimu, karna ada keperluan mendadak, maaf ya.' send dan kini aziz pun melajukan mobilnya.
Ia berpikir kemungkinan kekasihnya itu akan rujuk, demin anaknya, 'tunggu dulu, anak? Kenapa aku baru ingat kalau aqilla itu hanya anak tiri?.' batin aziz yang baru menyadari sesuatu. Namun setelahnya ia tetap jalan.
Sesampainya dirumah aziz langsung kekantor, tibalah seseorang ke ruangan aziz, yang wajahnya nampak begitu kusam.
"Kamu kenapa lagi." tanyanya.
"Eh, oh, kamu wik kenapa?." kini bukannya menjawab, aziz malah balik bertanya pasa sahabat nya.
"Emmh, enggak tadi ada ayah kamu kesini, katanya ada perlu penting." ucapnya kemudian, namun ia masih penasaran kenapa sahabatnya sering kali melamun.
"Bro kita udah kenal lama kenapa sih lo, masih aja ngumpetin sesuatu dari gue, emang lo nggak anggap gue temen lagi kah, sampe segitunya nggak mau cerita." ujarnya yang memaksa sahabatnya buat bercerita.
"Bu-bukan gitu konsepnya wik, lo tetep sahabat gue kok, tapi kali ini maafin gue ya, gue lagi malas debat sama hal yang bikin gue nantinya emosi." ucapnya membuat kedua alis duwik bertautan.
Ya' duwik ini adalah sahabat aziz yang sekantor, duwik ini memang baik anaknya penyayang, dan saat di kantor atau diluar kantor, anaknya ramah dan yidak pernah hidup dalam kemewahan, duwik memang anak berada namun semua tidak beguna bagi duwik, ia tak mau menyombongkan diri, hanya dengan mengandalkan warisan, ia lebih memilih berusaha bekerja sendiri, dan ayahnya merekomendasikan bekerja sebagai staf biasa di kantor sahabat ayahnya.
Jadi aziz dan duwik adalah sahabatan dari sejak ia kecil, dan keluarga duwik sudah mengenal jauh sebelum aziz duwik lahir, duwik ini cowok ya say bukan perempuan hehe.
"Apa semua karna cewek bro?." tanya duwik saat aziz hendak pergi ke meja kerja.
"Iya bro, ntah lah sejak dia pergi dari mantan suaminya, kini malah mantan nya kembali lagi dan berlutut pula didepannya." ucapnya membuat duwik menautkan alis.
"Maksut kamu? cewek itu berlutut didepan mantan suaminya gitu?." tebaknya membuat aziz seketika menggeleng, karna tebakan duwik salah.
Pletak..
"Aduh,, napa lo jitak kepala gue sih." gerutu duwik yang mendapatkan polesan dari aziz.
"Ya' kalau ngomong asal aja sih? Maksut gue si mantan suaminya yang berlutut." cerca aziz yang kesal pada sahabatnya.
"Oh, begitu? Tapi kan kamu belum tau kelanjutannya gimana kan." tebak duwik dan sahabatnya itu pun manggut-manggut.
'Bener juga sih, kenapa aku nggak dengerin dulu kelanjutannya.' umpatnya diri sendiri.
Dreett dreet dreeet.
Tiba- tiba ponsel aziz berdering, dan tertera nama shelly, ia pun segera menggeser timbol hijau.
"Hallo Assalamu'alaikum."
"Wa'allaikumsalam, kenapa kamu nggak jadi kesini sih." ucapnya dari seberang telepon.
"Oh iya maaf sayang aku lupa karna masih banyak kerjaan." jawabnya pura-pura sibuk.
"Oh' yasudah kalau begitu mas, aku tak pulang aja, aku juga masih ada kerjaan juga kok." jawabnya.
"Ma'af ya sayang." ucapnya lagi agar kekasihnya tak tersinggung.
"Iya nggak apa-apa kok, aku pulang dulu ya Assalamu'alaikum."
"Wa'allaikumsalam hati-hati ya." ujarnya sebelum shely memutuskan panggilan.
***
(Seminggu tanpa kabar)
Malam hari yang begitu sunyi, hanya deru mobil dan motor yang berlalu lalang, bintang yang tadinya terang kini telah hilang, tertutup awan malam namun masih bisa terlihat meskipun samar-samar.
Ada wanita yang duduk disebuah balkon, ia melamun sendirian lantaran si kecil sudah tidur, sehingga memilih menyendiri di balkon, sambil membuka buku diary nya, dan menuliskan sebuka kata-kata mutiara.
'Segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan. Meski kadang kamu tak mengerti alasannya, Tapi dia selalu memberimu sebuah pelajaran'
'Malam yang penuh canda tawa kini semuanya sunyi, biasa dia mengabariku dimanapun dia berada, namun ini sudah seminggu tanpa ada chat dari dia' batin shely semakin merasa sangat kesepian.
Karna seseorang yang selalu ada kini ntah hilang kemana, aziz sekarang tak pernah menghubungi shely.
"Ziz apa kamu masih menyayangiku, atau mungkin kamu telah pergi meninggalkan ku, dan ingin mencoba menjauh." batin shely.
"Mamah, ini ada telepon dari orang tak dikenal." ujar aqilla yang datang dsri ruang tamu, lalu memberikan ponselnya kepada shely.
Tanpa banyak bertanya shely pun menerima ponsel tersebut, lalu menekan tombol hijau.
Terhubung..
"Halo siapa ini?." tanyanya.
"Hallo ini saya bu, ini aku raina teman sekaligus kariyawan ulfa, saya dapat nomer ini dari ulfa, dan aku malam-malam telepon ada hal penting yang mau disampaikan." ucapnya sedikit gugup.
"Iya apa katakan saja." jawab shely santai.
"Saya dapat info, jika mas aziz itu kekasih bu shely kan?." tanyanya membuat shely pun membulatkan matanya.
Dari mana dia tau?
Dan kok dia kenal aziz?
Siapa dia?
Apa jangan-jangan selingkuhannya?
Tapi kenapa dia telpon aku malam-malam?
Itulah isi pikiran shely saat orang lain mengenal kekasihnya.
"Kamu siapanya aziz? Katamu sahabat ulfa tapi kan ulfa saja tidak tau jika pasanganku aziz." tanyanya mengitimidasi.
"Iya karna adiknya aziz sahabat saya, tapi itu nanti aja penjelasannya, bu saat ini saya mau menyampaikan besok pukul 10 pagi, mas aziz mau ke singapur apa ibu sudah tau?." kini raina yang balik bertanya, shely pun sedikit tak percaya.
"Enggak tuh, emang kamu tau dari mana?."
"Adiknya yang cerita kata nya besok mau anter kakaknya, kebandara makanya saya hubungi ibuk." mata shely kini berembun lalu panggilan itu pun ditutup, tapi sempat mengucapkan terimakasih pada raina.
Shely pun pergi ke ruang tengah tak lupa ia memakai jaket juga membawa ponselnya, lalu menyambar kunci di gantungan, bu ilma dan pak malik pun kini saling tatap.
"Shely kamu mau kemana? ini udah malam." tegur bu ilma saat shely hendak membuka pintu.
"Aku buru-buru buk, mau kerumah temen sebentar aja." dusta nya sebenernya ia akan menemui aziz, namun bu ilma belum mengetauhi soal anaknya dan aziz.
"Nak baik besok aja ini udah jam 10 loh, lagian sepenting apa sih sampe malam-malam harus keluar." kini pak malik pun angkat bicara.
"Penting banget buk pokoknya, untuk masa depan anakmu bu plis ya, izinkan aku keluar bentar aja." rengek nya sambil mengatupkan tangannya ke dada, agar ibu dan ayahnya mengijinkan.
Bu ilma dan pak malik pun merasa tak tega jika sudah anaknya merengek, sampai memohon seperti itu dengan tangan di katupkan ke dadanya.
"Okelah kalau begitu, tapi jangan malam-malam ya." ucapnya kemudian shely pun tersenyum lalu ia pun, manggut manggut bertanda setuju oleh ucapan ibunya.
"Pamit dulu Assalamu'alaikum." pamitnya tak lupa sebelum mengucap salam, ia mencium punggung tangan kedua orang tua nya, kebetulan shely tak melihat aqilla. Pikirnya mungkin anaknya sedang tiduran di kamarnya, sehingga shely pun pergi.
Ia pergi menggunakan mobil sport nya, agar lebih nyaman aja dijalan, karna ia sudah terbiasa menggunakan mobil sport nya.
Bersambung