NovelToon NovelToon
I Adopted Paranormal Dad

I Adopted Paranormal Dad

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Pendamping Sakti
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah sembilan belas kehidupan yang penuh penderitaan, Reixa terbangun kembali di usianya yang kesembilan tahun. Kali ini dengan gilanya, Reixa mengangkat seorang pria sebagai ayahnya, meninggalkan keluarganya setelah berhasil membawa kabur banyak uang.
Namun, siapa sangka Reixa membangkitkan kemampuannya dan malah berurusan hal di luar nalar bersama ayah angkatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Malam hari, di kediaman Alarick

"Nggak mau! Aku tidurnya sama Om Saverio!" seru Reixa keras sambil memeluk erat pria yang masih berusaha memahami situasi aneh ini.

"Dia hanyalah orang asing, Reixa! Jangan kekanak-kanakan seperti ini!" balas Alarick, frustrasi dan lelah menghadapi sikap keponakannya yang sulit diatur.

Reixa tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Matanya yang berlinang air mata justru menatap Alarick penuh tantangan. "Pelukannya mirip ayah aku, Paman! Ayah aku yang nggak boleh aku tangisi!" jeritnya penuh amarah.

Saverio, yang berada di tengah drama ini, hanya bisa menghela napas. "Ini bukan hidupku lagi. Aku sudah masuk ke dimensi lain," pikirnya dalam hati. Pelarian tidak mungkin dilakukan; gadis kecil itu memeluknya sekuat tenaga, seolah takut kehilangan.

Alarick mencoba melunak. Suaranya berubah lembut, berusaha meredam emosi Reixa. "Tapi, ayahmu mempercayakan aku untuk merawatmu, Reixa. Aku hanya berusaha memenuhi permintaan terakhir mereka," ucapnya dengan penuh kesabaran.

Namun, bukannya tenang, Reixa malah berteriak lebih keras. "Nggak!! Pesan orang hidup aja sering diabaikan, apalagi pesan orang yang udah mati. Pokoknya aku mau Om Saverio!!!" serunya keras, membuat suasana semakin tegang.

Saverio akhirnya berbicara, suaranya penuh usaha untuk tetap tenang meskipun di dalam hati dia sudah ingin melarikan diri. "Nak," panggilnya lembut, "darimana kau mendengar kata-kata seperti itu?"

Reixa menatapnya dengan polos, seolah pertanyaan itu benar-benar penting. "Dari sinetron yang tante dan nenek tonton. Itu, loh, yang selingkuh-selingkuhan itu," jawabnya tanpa ragu.

Saverio terdiam, nyaris tidak percaya dengan jawabannya. Sebelum sempat bereaksi, Reixa dengan riangnya memperbaiki posisi duduknya. Dia duduk di pangkuan Saverio dengan santai, lalu bersandar di dadanya seperti menemukan tempat paling nyaman di dunia.

Alarick hanya bisa memijat pelipisnya dengan frustrasi, sementara Saverio yang kini menjadi "sandaran hati" mendadak ini, hanya bisa pasrah. "Aku harus melapor ke polisi atau psikiater?" pikirnya, mencoba memahami logika di balik kejadian malam ini.

Alarick menatap keduanya dengan tatapan penuh tekanan. Di satu sisi, ia bertanggung jawab atas keselamatan Reixa sebagai wali sah. Namun, melihat gadis kecil itu bersikeras seperti ini membuatnya merasa seperti menghadapi benteng baja.

“Reixa, kau harus mengerti. Pria ini punya kehidupan sendiri. Tidak adil menyeretnya ke dalam masalah kita,” ujar Alarick, suaranya tegas namun penuh ketegangan.

“Kalau Paman tahu nggak adil, kenapa Paman selalu ngatur hidup aku?! Aku mau hidup sama Om Saverio! Paman nggak boleh larang!” Reixa menjawab, kali ini dengan lebih banyak air mata.

Saverio yang mendengar percakapan itu hanya bisa menarik napas panjang. Ia menatap Alarick sejenak, mencoba menenangkan situasi. “Pak... Alarick, ya? Kita bisa bicara baik-baik. Saya yakin gadis kecil ini hanya sedang emosional. Biarkan dia tenang dulu,” katanya pelan sambil sedikit menepuk punggung Reixa yang terus memeluknya erat.

Namun, Alarick tidak merespons. Ia malah menghela napas panjang, lalu berjalan mendekat dan berlutut sejajar dengan Reixa. “Kau tahu, kan, aku hanya ingin yang terbaik untukmu? Aku bukan ayah kandungmu, tapi aku sudah berjanji pada mereka untuk merawatmu. Kau pikir aku tidak sedih melihatmu seperti ini?” katanya dengan suara yang mulai melembut.

Reixa mendongak sedikit, menatap wajah pamannya. “Kalau Paman peduli, kenapa Paman nggak pernah peluk aku? Ayah selalu peluk aku waktu aku sedih. Tapi Paman nggak pernah,” katanya dengan nada getir.

Alarick terdiam. Perkataan itu seperti pukulan telak baginya. Di sisi lain, Saverio menatap keduanya dengan perasaan campur aduk. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di keluarga ini, tapi jelas, ada luka yang dalam di antara mereka.

“Baiklah,” kata Alarick akhirnya, suaranya penuh kelelahan. “Untuk malam ini, kau boleh tidur di kamar bersama... Om Saverio ini.”

“Apa?!” Saverio langsung tersentak, hampir bangkit berdiri. Namun, Reixa sudah bersorak kecil dan semakin erat memeluknya.

“Paman yang terbaik! Aku janji, aku nggak akan menangis lagi malam ini. Terima kasih, Paman!” seru Reixa senang.

Alarick menggelengkan kepala, lalu berdiri dengan gerakan lambat. “Tapi hanya malam ini. Dan kau

Tuan Saverio, jangan coba-coba kabur. Aku akan memastikan kau tetap ada di sini sampai aku yakin Reixa tenang.”

Saverio hanya bisa mengangguk pasrah. Dalam hati, ia tahu situasi ini jauh lebih rumit daripada yang terlihat. Dan yang lebih buruk, ia mulai merasa terjebak dalam keluarga yang penuh kekacauan ini.

🐾

Setelah memenangkan perdebatan dengan Alarick, Reixa menatap Saverio dengan binar bahagia yang sulit diabaikan.

“Makasih, Om, udah mau bantu aku. Aku Reixa Rheantari. Om bisa panggil aku Rei,” katanya ceria, seolah lupa pada drama yang baru saja terjadi.

Saverio hanya mengangguk kecil, terlalu lelah untuk memberikan respons lebih. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, gadis kecil itu sudah merebahkan tubuhnya di pangkuannya, membuatnya terpaksa menyesuaikan posisi agar gadis itu tidak terjatuh.

“Eh, tunggu, jangan seenaknya begitu…” Saverio mencoba protes, tapi Reixa malah menyeringai puas sambil memejamkan mata.

“Om harus nyaman sama aku. Aku udah pilih Om jadi ayahku, jadi Om harus terima semuanya. Mulai sekarang, aku bakal sering begini,” ucap Reixa dengan nada penuh keyakinan.

Saverio memijat pelipisnya. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya kenapa hidupnya yang biasa-biasa saja kini berubah menjadi telenovela absurd.

“Rei, kau tahu, kan, aku ini cuma orang asing? Kau nggak bisa sembarangan mempercayai orang baru begini,” katanya, mencoba menyuntikkan sedikit logika.

“Tapi Om nggak berbahaya. Aku tahu. Aku bisa lihat dari mata Om,” jawab Reixa ringan sambil memiringkan kepala, posisinya semakin nyaman di pangkuan Saverio.

Saverio menghela napas panjang. “Kalau begitu, bisakah kita istirahat? Hari ini sudah terlalu panjang, dan aku ingin malam ini cepat berlalu.”

Reixa tersenyum kecil. “Baiklah, Om. Tapi aku nggak akan jauh-jauh dari Om. Aku aman di sini.”

Saverio hanya bisa mengangguk pasrah. Malam itu, sambil menatap langit-langit ruangan yang megah namun terasa menyesakkan, ia berharap waktu berlalu lebih cepat. Sayangnya, di sampingnya terdapat seorang gadis kecil sudah tidur dengan nyenyak, tanpa sedikit pun rasa bersalah atas kekacauan yang telah terjadi.

...

Alarick duduk di ruang kerjanya, memandangi jendela dengan tatapan kosong. Cahaya lampu temaram membuat bayangannya memanjang di lantai kayu, menciptakan suasana yang penuh tekanan.

Di belakangnya, Yudha, asisten setianya, berdiri dengan tangan terlipat, menatap atasannya yang tampak tenggelam dalam pikirannya.

"Selidiki pria bernama Saverio Archandra, yang dibawa pulang oleh Reixa," perintah Alarick akhirnya, suaranya datar namun tegas.

Yudha mengerutkan kening, bingung. "Kenapa, Tuan? Bukankah pria itu justru membuat Nona Reixa lebih tenang?" tanyanya dengan nada hati-hati.

Alarick mendesah, lalu mengusap wajahnya dengan lelah. "Dia hanya orang asing, Yudha. Orang asing yang tiba-tiba saja dipercaya Reixa, sementara aku, pamannya sendiri, dianggap seolah tak berarti. Kakakku mempercayakan aku untuk merawat anaknya, tapi dia..." Alarick menghentikan ucapannya, mengendalikan emosinya. "Aku harus tahu siapa pria itu. Tidak ada ruang untuk kesalahan."

Yudha terdiam sejenak, lalu memberanikan diri untuk berbicara. "Mungkin Anda terlalu keras terhadap Nona Reixa, Tuan. Anak seusianya perlu lebih banyak kasih sayang, bukan hanya aturan yang ketat."

Wajah Alarick mengeras, tetapi ia tidak menanggapi. Ia hanya melirik sekilas ke arah Yudha, memberi tanda bahwa pembicaraan selesai.

Yudha membungkuk hormat. "Kalau begitu, saya akan segera menyelidiki pria itu. Sekarang, izinkan saya undur diri," katanya sopan sebelum berbalik meninggalkan ruangan.

Ketika pintu tertutup, Alarick kembali memandang keluar jendela. Pikirannya penuh dengan berbagai kekhawatiran yang membebani hatinya. "Reixa, apa yang sebenarnya kau pikirkan?" bisiknya pada dirinya sendiri.

1
Triani Sutriani
baguslah visualnya pakai anime, karena aku kurang suka kalau pakai foto orang asli
Triani Sutriani
hihi, lucu kamu Rei
Astuty Nuraeni
Reixa masih 10 tahun pak, tentu saja masih kanak kanak hehe
Ucy (ig. ucynovel)
secangkir ☕penyemangat buat kak author
Ucy (ig. ucynovel)
reinkarnasi ya
Citoz
semangat kk 💪
Buke Chika
next,lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!