Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Aku Cinta Kamu
Bab 34
"Kamu sudah tahu, kan, kalau Arumi sudah tidak mau lagi sama kamu, Rey? Makanya dia tidak mau bertemu sama kamu," kata Pak Agung.
Ucapan ayah mertua membuat Reyhan merasa dadanya tertusuk sesuatu yang kasar mata. Tidak terlihat, tetapi sangat menyakitkan rasanya.
"Yah, aku ingin Arumi," kata Reyhan. "Aku janji mau berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi. Aku enggak akan balas dendam lagi. Aku hanya mau selalu berdua saja dengan Arumi."
Reyhan bicara dengan nada getir dan ekspresi sendu juga mata yang berkaca-kaca. Dia tipe orang yang jarang sekali menangis, tetapi setelah ditinggalkan oleh Arumi, matanya jadi selalu basah karena merindukan dirinya dan juga menyesali perbuatannya kepada sang istri.
"Tidak bisa. Arumi pasti mau kalau hanya berdua saja sama kamu," ujar Pak Agung.
Bu Seruni melirik kepada suaminya. Dia ingin tahu apakah sang suami akan jujur kepada menantu mereka tentang kehamilan Arumi yang sedang mengandung anak kembar.
"Ayah, tolong! Aku mohon bantu aku agar Arumi mau memaafkan aku dan mau kembali kepadaku lagi," mohon Reyhan sambil berlutut di hadapan kedua mertuanya. Dia ingin mempertahankan orang yang dicintainya agar selalu berada di sisinya.
Arumi yang melihat itu semua merasa miris melihat Reyhan yang biasanya keras kepala dan tidak mau menunjukkan sisi lemah di depan orang lain, kini berlutut di hadapan kedua mertuanya. Di satu sisi dia merasa kasihan melihat suaminya seperti itu, tetapi di sisi lain laki-laki itu memang pantas untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya atas perbuatannya.
"Ya Allah, hamba mohon, tunjukkan jalan yang lurus kepada Reyhan. Jadikanlah, dia lelaki penyayang, berkemah lembut dalam bicara dan bersikap. Hilangkan penyakit hati di dalam dirinya, terutama rasa dendam kepada orang-orang yang dianggapnya sebagai penghancur kebahagiaannya. Berilah Reyhan dan mamanya keadilan-Mu," batin Arumi.
Jodoh, maut, dan rezeki sudah ada yang mengatur. Arumi berharap apa pun yang terjadi kepadanya dan Reyhan kedepannya adalah yang terbaik di hadapan Allah. Tinggal mengikhlaskan saja hatinya menerima takdir.
Pak Agung dan Bu Seruni saling beradu pandang. Mereka bisa melihat kejujuran dan ketulusan dari pancaran mata Reyhan. Mereka bisa saja mengajak masuk sang menantu ke dalam rumah. Namun, takutnya Arumi malah histeris atau shock dan berakibat buruk pada kehamilannya.
"Begini saja. Besok kamu datang ke rumah ayah. Nanti ayah juga akan suruh Arumi untuk datang," kata Pak Agung. "Berdoalah semoga Arumi mau bertemu dengan kamu besok. Jika dia tidak mau, berarti tidak akan datang ke pertemuan besok."
"Tapi, Yah—"
"Jika kamu benar-benar ingin yang terbaik untuk hubungan kalian berdua. Turuti kata-kata ayah," potong Pak Agung.
Mau tidak mau Reyhan menganggukkan kepala. Dia pun berdiri dengan kaki gemetaran. Seumur-umur dia baru kali ini berlutut di depan orang lain, selain kepada ayahnya dahulu ketika mamanya meninggal dan meminta dihidupkan kembali.
"Bunda tahu kamu sudah banyak berubah, tetapi belum menjadi sosok suami yang Arumi inginkan. Belajarlah menjadi suami yang benar-benar bisa menjadi pemimpin bagi keluarga kalian kelak," ujar Bu Seruni sambil mengusap kedua bahu Reyhan.
"Bantu doakan aku, Bun. Aku sedang berusaha berubah," ucap suami dari Arumi.
Reyhan pun pamit undur diri. Sebelum pergi dia menoleh ke arah rumah. Dia yakin kalau Arumi ada di dalam dan sedang memerhatikan dirinya. Lalu, dia pun berteriak, "Arumi ... aku cinta kamu!"
Arumi yang masih mengintip dari balik gorden dibuat terkejut oleh suara teriakan Reyhan yang sedang mengungkapkan perasaannya. Seketika wanita itu merasa ada ribuan kupu-kupu menari-nari di dalam perutnya. Pipinya juga terasa menghangat dan terselip rasa malu, tetapi senang.
"Cie ... cie ... cie! Yang mendapatkan ungkapan rasa cinta dari sang suami. Senang, kan?" Naura menggoda Arumi dengan wajah tengilnya. Dia sudah terkontaminasi oleh Airlangga, padahal dulu adalah gadis desa yang pemalu.
"Apaan, sih! Siapa juga yang senang?" bantah Arumi, lalu membalikkan badan karena masih merasa malu.
"Ya, Kak Arumi, lah! Lihat mukanya merah merona begitu. Lalu, tiba-tiba saja senyum malu-malu begitu," balas Naura yang terus saja mengikuti Arumi menuju ke dapur setelah sosok Reyhan sudah tidak terlihat lagi di jalan.
Tidak lama kemudian Pak Agung dan Bu Seruni masuk ke dalam rumah. Setiap sore secara bergiliran mereka atau Airlangga akan menjenguk Arumi dan Naura. Mereka akan melihat keadaan kedua wanita itu sambil membawa makanan. Mereka akan pulang setelah malam.
"Kamu sudah tahu, kan, kedatangan Reyhan barusan?" tanya Bu Seruni kepada Arumi.
"Iya, tahu, Bun," jawab Arumi.
"Dia memperlihatkan kesungguhannya untuk mempertahankan pernikahan kalian. Setelah mengesahkan pernikahan kalian di pengadilan sampai bisa tercatat di KUA, lalu setiap hari mencari keberadaan dirimu, dan bunda melihat kalau Reyhan juga sedang berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik lagi," ujar Bu Seruni dengan suaranya yang lemah lembut.
Arumi memilih diam, tidak merespon ucapan sang ibu. Karena yang diucapkan oleh ibunya adalah benar dan sudah dia dan Airlangga prediksi sebelumnya. Namun, dia takut kalau itu hanya sandiwara saja agar dirinya mau kembali kepadanya.
"Tidak ada salahnya memberikan kesempatan kedua kepada Reyhan. Temui dia besok di rumah ayah," kata Pak Agung dan Arumi terlihat bimbang.
***