Kehidupan seorang perempuan berubah drastis saat dirinya mengalami sebuah keajaiban di mana ia mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Mungkinkah kesempatan itu ia gunakan untuk membalas semua sakit hati yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya?
Selamat datang di kehaluan Mak othor yang sedikit keluar dari eum....genre biasanya 🤭.
Semoga bisa di nikmati y reader's 🙏. Seperti biasa, please jangan kasih rate bintang 1 ya. kalo ngga suka, skip aja. Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Aisha menyiapkan pakaian suaminya seperti biasa. Statusnya memang seorang istri dari Fazal Abidzar. Tapi sampai dua tahun pernikahan mereka sama sekali tak pernah melakukan hubungan suami istri pada umumnya.
Pernikahan karena perjodohan membuat Fazal enggan untuk menyentuh Aisha.
Ceklek....
Fazal keluar dari kamar mandi sudah dengan kaos oblong dan celana boxernya. Postur tubuhnya yang tinggi juga wajah rupawan pasti banyak di inginkan kaum hawa.
Sebagai perempuan normal, sebenarnya Aisha pun sama. Hanya saja, ia sadar kalau suaminya sama sekali tak memiliki perasaan pada nya.
Lalu bagaimana Aisha di mata Fazal?
Fazal akui meski tak ia katakan pada sang istri. Aisha gadis yang cantik, kalem dan penurut. Sayang, cinta Fazal sudah tertuju pada sosok perempuan bernama Naura yang sudah ia pacari bertahun-tahun lamanya. Namun keduanya tak bisa bersatu karena terhalang restu.
"Aisha siapkan sarapan sebentar!", kata Aisha.
"Ngga perlu! Aku sarapan bersama Naura di kantor nanti!", kata Fazal sambil memasang kancing kemejanya.
Aisha menarik nafas dalam-dalam. Lalu ia pun keluar dari kamar mereka. Jangan di pikir mereka akan pisah ranjang seperti di novel-novel. Mereka berada di ranjang yang sama. Hanya saja, Fazal seolah tak pernah tertarik pada Aisha.
Sabar Sha, percayalah mas Fazal pasti akan berubah!
Fazal menatap punggung kecil yang tampak ringkih itu melewati pintu. Dan setelahnya, ia tak peduli ke mana sang istri akan pergi.
Aisha menuju ke dapur untuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan di rumah itu.
Rumah besar dan mewah yang di huni oleh empat kepala keluarga. Fazal, ayahnya, kakeknya juga kakak iparnya yang sama-sama menjadi kepala keluarga mereka masing-masing.
"Udah mau selesai kok non, non Aisha bergabung sarapan aja!", kata bibik. Aisha yang mengenakan hijab lebarnya hanya tersenyum.
"Insya Allah saya puasa ,bik!"
Bibik memandangi menantu di keluarga ini dengan tatapan sendu. Gadis sebaik Aisha, harus berada dalam istana yang seperti neraka.
"Heh, gadis kampung! Enak-enakan di sini! Siapkan sarapan sana!", bentak Binar, kakak dari Fazal.
"Iya, mba!", sahut Aisha.
"Saya bantu non!", kata bibik.
"Ngga usah, manja banget sih gitu doang di bantuin! Biarin, biar dia sadar diri di sini dia itu siapa!", kata Binar. Bibik menatap iba pada Aisha.
Binar meninggalkan dapur lebih dulu di susul Aisha yang membawa beberapa makanan yang sudah tersaji di meja dapur.
"Zal, kamu ngga sarapan?", tanya Eva pada anak lelakinya.
"Aku sarapan di kantor aja Bu!", jawab Fazal. Lalu lelaki itu pun meninggalkan ruang makan begitu saja.
Kakek dari Fazal menatap cucu lelakinya dengan pandangan penuh emosi. Pasalnya, bukan baru sekali dua kali cucunya bersikap seperti itu.
Binar dan Adi sudah duduk dengan tenang di meja makan. Begitu pula dengan kakek juga dengan Firman dan Eva.
"Sarapan sekalian, Sha!", pinta Abid, kakek Fazal.
"Terimakasih kek, insyaallah Aisha shaum hari ini!", tolak Aisha halus.
Abid semakin kagum dengan cucu menantunya. Tapi entah kenapa cucunya begitu bodoh menyia-nyiakan gadis sebaik Aisha.
Acara sarapan pun usai. Mereka sudah beraktivitas seperti biasa. Tersisa Eva yang ada di rumah mewah itu.
[Hahah iya jeng, satu jam lagi aku sampai ke sana]
Usai menutup panggilan teleponnya, Eva berteriak memanggil Aisha.
"Aisha!!!"
Aisha yang sedang menjemur pakaiannya pun tergopoh-gopoh menghampiri ibu mertuanya.
"Ya, Bu? Ibu panggil saya?", tanya Aisha.
"Lelet banget sih di panggil dari tadi, itu setrika gamis ku yang hitam. Cepetan!", perintah Eva dengan kasar.
"Iya, Bu!", jawab Aisha sambil berlalu menuju ke ruang laundry di mana gamis yang akan Eva pakai masih menggantung di sana.
Aisha pun menyetrika pakaian Eva yang tentu saja berharga fantastis. Sebagai istri seorang pengusaha, wajar jika dirinya turut mengikuti mode istri para pengusaha lainnya.
Dengan hati-hati Aisha menyetrika pakaian Eva. Tapi ternyata pakaian mahal itu tidak bisa di setrika dengan setrika biasa melainkan dengan setrika uap yang ada di ruangan itu.
Alhasil, pakaian mahal milik Eva itu pun rusak dengan bekas setrika yang bolong cukup besar.
"Astaghfirullahaladzim....!", Aisha sampai terkejut.
Eva yang sudah bersiap itu pun menghampiri ruang laundry untuk mengambil pakaiannya. Betapa terkejutnya Eva saat mengetahui dresscode yang akan ia pakai justru rusak.
"Aisha!!!", teriak Eva berang. Aisha menunduk takut mendengar teriakan ibu mertuanya.
Kopi panas yang baru saja ia seduh, ia siramkan ke arah Aisha dan mengenai lengan gadis yang tertutup pakaian lengan panjang itu.
"Ah ....!", Aisha memekik keras karena kepanasan.
Eva melemparkan cangkir lalu menarik kepala Aisha.
"Aaampun...Bu! Aisha minta maaf! Aisha akan menggantinya!", kata Aisha.
"Mengganti katamu? Uang dari mana hah? Dari anakku?? Iya?!", bentak Eva.
Bibik yang mendengar suara benda pecah pun berlari menuju ke arah ruang laundry.
"Ya Allah, nyonya!", bibik berusaha membuat sang nyonya melepaskan tangannya dari kepala Aisha.
"Bibik diam di situ!", bentak Eva. Bibik pun tak bisa berbuat apa-apa selain melihat Aisha yang terisak karena merasakan perih di lengannya juga rambutnya yang ada di balik hijab di tarik kasar.
Binar yang kebetulan pulang kembali karena ada berkasnya yang tertinggal pun menghampiri keributan di ruang laundry.
"Apa sih ribut-ribut?", tanya Binar. Perempuan itu memicingkan matanya melihat sang ibu sedang menjambak Aisha.
"Ini nih, gadis kampung ini udah rusakin baju ibu!", adu Eva pada anak sulungnya. Binar mengambil pakaian Eva yang rusak tersebut.
"Eh...gila kali ya! Kamu ngga tahu berapa harga baju ini, heum?", tanya Binar pada Aisha. Aisha hanya menggeleng lemah.
Binar menarik Aisha ke meja setrika. Dan tanpa aba-aba, Binar menempelkan setrika itu ke punggung Aisha seperti posisi pakaian yang rusak tadi.
"Ahhhhh....! Astaghfirullah!", pekik Aisha.
"Ya Allah, non Binar!", spontan bibi menarik Aisha ke dalam dekapannya.
"Sudah nyonya, nona! Sudah! Kasian non Aisha!", kata bibi terisak. Eva yang sudah bad mood pun meninggalkan ruangan itu.
Aisha memang lemah. Ia tak berani melawan suami apalagi ibu mertua dan kakak iparnya. Gadis itu terlalu takut untuk sekedar bicara.
"Bibi obati ya, non!", kata bibi yang tak kalah terisak. Aisha hanya mengangguk pasrah saat bibi menuntunnya ke dapur untuk mengobati luka Aisha.
Perempuan paruh baya itu menangis sambil mengoles obat di tubuh Aisha.
"Udah Bi, ngga apa-apa!", kata Aisha. Si bibi tak sanggup berkata-kata. Dia merasa sangat kasihan pada Aisha. Gadis sebaik Aisha harus menerima takdir seperti ini.
🌸🌸🌸🌸🌸💐🌺🌺
Fazal pulang dari kantor sebelum perang. Seperti biasa, Aisha sudah menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.
"Mau di buatkan teh, mas?", tanya Aisha.
"Heum!", gumam Fazal. Tapi matanya menatap ada yang berbeda dengan Aisha, entah apa.
Beberapa menit berlalu, Aisha pun kembali ke kamar sambil membawa secangkir teh.
"Ini teh nya mas!", kata Aisha. Gadis itu memungut pakaian kotor Fazal. Lalu ia pun menyimpan sepatu suaminya ke tempat biasa.
Fazal menyesap tehnya perlahan.
"Mas!", Aisha sudah duduk di hadapan suaminya.
"Mau bicara apa?", tanya Fazal.
"Eum...apa ngga sebaiknya kita tinggal di tempat lain mas? Maksudnya biar kita bisa mandiri. Ak-aku ngga keberatan kalau mba Naura ke rumah. Aku ...."
Fazal menatap datar pada istrinya.
"Ngga! Kita akan tetap di sini!", kata Fazal. Aisha menghela nafas berat.
"Tapi mas, maaf di rumah ini aku merasa...!"
"Stop! Berhenti mengadu yang tidak-tidak! Paham!", kata Fazal yang langsung berdiri.
"Demi Allah mas ,aku ngga ada niat buat adu domba mas dengan....!"
"Stop ku bilang Aisha! Diamlah! Jangan sampai aku berbuat kasar pada mu meski aku bisa melakukannya!", bentak Fazal.
Aisha sudah tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia hanya menatap punggung Fazal yang menjauh menuju ke kamar mandi yang ada di ruang tidur mereka.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Kamu tuh kelewat be** tahu ngga!", Binar kesal karena berkas pentingnya basah. Kertas itu terjatuh di lantai yang baru saja Aisha pel.
"Maaf mba!", kata Aisha.
Binar yang kesal pun menarik Aisha dengan paksa. Rasa nyeri karena melepuh terkena air panas di pergelangan tangannya pun semakin terasa sakit.
Binar menyeret Aisha ke kolam renang dan mendorongnya hingga tercebur.
"Heh! Dengerin baik-baik! Jangan keluar dari sini sebelum kami berangkat ke kantor! Paham!", kata Binar sedikit menjauh dari kolam karena ia tak mau basah. Dia akan ada rapat dengan klien pagi-pagi sekali.
"I-iya mba!", kata Aisha sambil menggigil. Suasana subuh itu memang mendung dan gerimis kecil.
"Ke tengah sana, jangan di pinggiran!", bentak Binar.
"Sa-saya ngga bisa berenang mba!", kata Aisha.
Binar menaikkan salah satu alisnya.
"Oh ya?", Binar tersenyum smirk. Tanpa mengatakan apa pun, Binar pun meninggalkan area kolam renang.
Tubuh Aisha menggigil hebat. Luka di punggungnya pun masih basah dan terasa semakin perih. Mungkin karena efek itu membuat tubuh Aisha demam.
Karena semakin dingin, kaki Aisha pun kram. Ia tak bisa mengimbangi badannya yang terendam lama pun akhirnya benar-benar tenggelam.
Ia berusaha meminta pertolongan, tapi naas tak ada satu pun penghuni rumah itu yang mendengarnya.
Hingga Fazal yang biasa tinggal memakai pakaiannya usai mandi menyadari tak ada pakaiannya disana.
"Aisha!!!", teriak Fazal. Tak ada sahutan dari sang istri, Fazal pun menuju ke bawah. Suasana rumah masih sepi. Bibi yang biasa di dapur juga tak menunjukkan batang hidungnya.
"Kemana gadis itu!", monolog Fazal. Tanpa Fazal sadari, ia sudah tergantung pada Aisha selama dua tahun ini.
"Jangan-jangan gadis itu kabur karena aku tak percaya omongannya semalam!", monolog Fazal namun dengan emosi yang memuncak.
Samar-samar ia melihat sesuatu yang aneh di kolam renang. Fazal pun mendekat ke kolam renang. Matanya melebar sempurna saat menyadari jika istrinya yang sedang berusaha untuk tidak tenggelam. Namun entah sudah berapa banyak air yang masuk ke dalam paru-parunya.
Tanpa pikir panjang, Fazal pun meraih tubuh kecil istrinya. Ia menyeret Aisha ke tepi. Usai tiba di tepi kolam, Fazal memberikan pertolongan pertama pada korban tenggelam. Tapi Aisha tak memberi reaksi apa pun.
Fazal membopong tubuh kecil itu langsung menuju ke mobilnya.
"Zal! Aisha kenapa?", tanya Firman. Firman dan istrinya baru saja keluar dari kamar.
"Tenggelam ,Yah!", jawab Fazal. Lalu mereka pun membawa Aisha ke rumah sakit terdekat.
💐🌺💐🌺💐🌺💐
Agak panjang kayaknya part Aisha 🤭
Haturnuhun 🙏🙏🙏😊